Berita Manggarai Barat
15 Kapal Pesiar Berlabuh di Pulau Komodo Selama 2024
mengunjungi Taman Nasional Komodo cukup banyak. Sebelum pandemi Covid-19, jumlahnya hampir sama dengan wisawatan
Penulis: Engelbertus Aprianus | Editor: Rosalina Woso
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Berto Kalu
POS-KUPANG.COM, LABUAN BAJO - Sejak Januari hingga Maret 2024 tercatat ada 15 kapal pesiar (Cruise) dari luar negeri yang datang membawa turis ke Kawasan Taman Nasional (TN) Komodo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Data dari Kantor Imigrasi Kelas II TPI Labuan Bajo, kapal pesiar itu membawa 11.912 tamu warga negara asing dan 6.865 awak kapal. Belasan kapal pesiar tersebut kebanyakan datang dari Australia. Ada juga dari Timor Leste, Papua New Guinea dan Malaysia.
Ketua Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Manggarai Barat, Ignasius Suradin menyambut baik kedatangan kapal pesiar dari sejumlah negara ke kawasan TN Komodo.
Namun ia menyoroti kapal pesiar yang membawa ribuan wisatawan itu langsung bersandar di Pulau Komodo dan tempat lainnya di kawasan Taman Nasional Komodo. Menurutnya, kapal pesiar itu harusnya sandar di Pelabuhan Marina Labuan Bajo.
Baca juga: Pemkab Manggarai Barat dan KPK Keliling Labuan Bajo Tagih Pajak
"Dari pelabuhan ini wisatawan dari kapal pesiar itu bisa menggunakan kapal wisata di perairan Labuan Bajo seperti pinisi atau speedboat untuk mengunjungi Taman Nasional Komodo," katanya, belum lama ini.
"Tujuannya agar kelestarian biota bawah laut Taman Nasional Komodo terjaga, dan juga memberikan efek domino ekonomi bagi warga lokal," tambahnya.
Ignas menjelaskan, kapal pesiar yang berlabuh di perairan TN Komodo bisa merusak lingkungan kawasan konservasi, seperti karang dan biota laut di sana.
"Kapal pesiar itu berbadan lebar, contoh buruk untuk kapal lain yang ke Taman Nasional Komodo. Kapal badan lebar masuk kawasan Taman Nasional Komodo pasti mengganggu biota laut. Jika berlabuh di pelabuhan Marina Labuan Bajo, itu menyelamatkan terumbu karang di sana. Kapal badan lebar resikonya biodata bawah laut," jelas dia.
Menurutnya, jika kapal pesiar bersandar di Labuan Bajo memberi dampak ekonomi bagi masyarakat, baik itu pelaku wisata, usaha kuliner hingga UMKM.
Wisatawan yang mau ke Taman Nasional Komodo bisa menggunakan kapal-kapal wisata. Secara langsung pelaku wisata lokal merasakan manfaat ekonomi dari kedatangan kapal pesiar itu.
"Kalau itu berlabuh di pelabuhan Marina Labuan Bajo dengan asumsi yang lihat Komodo 50 persen berarti dia butuh kapal lokal. Ada penyerapan tenaga kerja lokal, penyerapan kapal-kapal. Jauh lebih besar efek domino ekonominya," ungkapnya.
Untuk wisatawan yang tidak mau melihat Komodo, lanjut dia, juga menjadi pasar bagi pelaku wisata dan usaha lainnya di Labuan Bajo. Tamu-tamu kapal wisata itu bisa diajak mengunjungi spot wisata dalam kota Labuan Bajo (City Tour)
Wisatawan itu juga bisa diajak untuk belanja produk-produk UMKM hingga menikmati kuliner di sejumlah restoran di Labuan Bajo.
"Mereka punya waktu ke sini, mereka punya uang ke sini. Penikmat kapal pesiar itu rata-rata punya uang, kalangan orang-orang berduit," ujarnya.
Lebih lanjut dikatakan, kapal pesiar yang mampir di TN Komodo biasanya hanya bersandar sekitar delapan jam. Waktu tersebut bisa dimanfaatkan omwisatawan yang tidak berkunjung ke Pulau Komodo menikmati Labuan Bajo daratan.
Ignas mengaku dirinya dan sejumlah pelaku pariwisata lainnya di Labuan Bajo pernah menyuarakan aspirasi ini namun tak kunjung terwujud. Ignas menegaskan pelabuhan Marina Labuan Bajo sudah bisa disandar kapal pesiar.
"Itu susah lama kita suarakan. Kapal pesiar didorong bersandar ke pelabuhan Labuan Bajo. Pelabuhan kita sudah layak untuk berlabuh kapal besar. Dari Labuan Bajo mereka bisa ke Rinca, ke Komodo, silahkan. Berlabuh biasanya 8 jam. Waktu 8 jam ini bisa manfaatkan untuk City Tour, mobilnya jalan, guidenya jalan karena mereka itu punya uang. Saya yakin tamu juga akan mengeluh kenapa di kapal terus," tegas Ignas.
Ia mengatakan jumlah wisatawan dari kapal pesiar yang mengunjungi Taman Nasional Komodo cukup banyak. Sebelum pandemi Covid-19, jumlahnya hampir sama dengan wisawatan yang datang dari Labuan Bajo.
Hal ini berarti sudah cukup lama pariwisata Labuan Bajo kehilangan potensi ekonomi dari kedatangan kapal pesiar akibat tidak bersandar di Pelabuhan Marina Labuan Bajo.
"Sebelum Covid tamu yang dari Labuan Bajo dan kapal pesiar ke pulau Komodo 11,12 jumlahnya. Ini potensi ekonomi lost (hilang) selama ini, bocor selama ini," bebernya.
Ia mencontohkan kapal pesiar yang Bersandar di Pelabuhan Benoa, Bali. Kedatang kapal pesiar itu menjadi berkah bagi warga lokal. Tamu dari kapal pesiar yang berkunjung ke sejumlah destinasi wisata di Pulau Dewata itu menggunakan transportasi lokal.
"Mereka makan di restoran, dan nginap di hotel. Efek domino ekonomi dirasakan oleh masyarakat lokal," tandasnya.(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.