Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Senin 25 Maret 2024 : Kasih dan Pengorbanan
Namun, Injil Yohanes mencatat bahwa Yudas tidak begitu peduli dengan orang miskin, melainkan dia mencuri uang yang dia pegang.
Oleh : RP. John Lewar SVD *)
POS-KUPANG.COM- Renungan Harian Katolik berikut ini ditulis RP. John Lewar SVD Hari Senin Dalam Pekan Suci Paskah diberi judul,Kasih dan Pengorbanan.
Renungan ini merujuk pada Bacaan I : Mrk. 11:1-10, Yesaya 50:4-7, Mazmur 22:8-9,17-18a,19-20,23-24, Filipi 2:6-11; Markus 14:1-15,47 (panjang) atau Markus 15:1-39 (singkat).
Berikut ini teks lengkap Renungan Harian Katolik yang ditulis oleh RP. John Lewar SVD hari ini
Saudari-saudaraku yang terkasih dalam Kristus.
Kasih dan pengorbanan seorang dokter kampung. Ada seorang dokter, Stefani namanya. Dia tinggal di sebuah puskesmas, di daerah terpencil. Stefani sudah terbiasa tinggal di kota besar dan kali ini harus berada di tengah masyarakat kampung dan desa yang sederhana, memanjat tebing untuk menolong orangorang sakit.
Dia mengabdikan diri di Puskesmas itu selama dua tahun. Rekan-rekannya ada yang sudah pulang bahkan ada yang bertugas sebagai dokter PTT
selama enam bulan. Sebaliknya, Stefani bertekad memperpanjang masa pengabdiannya satu tahun lagi. Dia tinggal di rumah dinas yang sudah tua dan
mulai lapuk, harus menimba air sendiri, sulit sayur dan lauk pauk dan hanya bermodalkan supermi.
Kesedihan dan kekecewaan tidak keluar dari mulutnya, meskipun dia melayani masyarakat yang kurang gizi, mengalami gangguan pernapasan atau malaria dan sebagainya. Wajahnya cerah penuh sukacita dan dia murah senyum, serta suka bergaul. Dokter Stefani sangat dicintai masyarakat.
Nabi Yesaya dalam bacaan pertama, menubuatkan sosok pelayan dan Hamba Tuhan yang akan datang yakni Yesus Kristus. Ia tidak akan berteriak atau
menyaringkan suara atau memperdengarkan suaranya di jalan” (Yes. 42:2). Ia dipilih untuk membawa keselamatan bagi banyak orang. Yang mengesankan adalah keheningan dan kesendirian-Nya.
Sebagai pilihan Allah, Ia tidak mencari popularitas. Meskipun banyak orang mencari-Nya untuk memohon kesembuhan dan pembebasan, tetapi Ia senang tinggal dalam keheningan seorang diri, mencari tempat yang sunyi, di atas bukit, atau di taman untuk berdoa. Berbeda dengan yang lain, termasuk para murid, yang seringkali tertidur dan bertengkar merebutkan tempat kehormatan.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 25 Maret 2024: Orang Miskin Selalu ada Padamu
Ketika berhadapan dengan orang-orang yang mengadili-Nya, Yesus memilih untuk diam, bukan karena Ia tidak mengerti, tetapi karena Ia sebagai “hamba” yang mewartakan kasih Allah, sekalipun Ia tidak diterima dan dikasihi oleh dunia. Keheningan dari Yesus mengingatkan kita untuk memusatkan kehidupan kita pada kasih-Nya, sekalipun kita mengalami tantangan dan kesulitan dari luar.
Pelayan hamba Tuhan adalah Kristus, yang penuh dengan Roh Tuhan. Ia tidak memadamkan sumbu yang pudar, tetapi dengan lembut Ia akan membawa keadilan dan menegakkan hukum kepada mereka yang lemah dan terluka (Yes 42:4). Kristus adalah lambang kasih dan pelayanan yang lembut, dan kita diajarkan untuk mengikuti-Nya dalam melayani sesama.
Penginjil Yohanes (Yohanes 12: 1-11) menggambarkan sosok pelayan dengan adegan di rumah Lazarus, Maria dan Marta. Maria mengambil sebotol minyak narwastu yang sangat mahal dan meminyaki kaki Yesus. Tindakan ini bukan hanya sikap penghormatan, tetapi juga ungkapan cinta yang mendalam.
Minyak narwastu itu sangat berharga, tetapi Maria memberikannya sebagai tanda pengabdian dan kasih kepada Yesus. Akan tetapi, ada salah satu murid, yaitu Yudas Iskariot, yang mengkritik tindakan Maria, menganggap bahwa minyak itu seharusnya dijual dan uangnya diberikan kepada orang miskin.
Namun, Injil Yohanes mencatat bahwa Yudas tidak begitu peduli dengan orang miskin, melainkan dia mencuri uang yang dia pegang.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.