Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Selasa 26 Maret 2024: Akan Menyerahkan Aku
Dari kisah Yudas kita belajar bahwa kita kadang menggunakan Tuhan atau hal-hal yang berbau spiritual untuk menguntungkan diri kita sendiri
Oleh : Bruder Pio Hayon, SVD *)
POS-KUPANG.COM- Renungan Harian Katolik berikut ini ditulis Bruder Pio Hayon SVD mengangkat judul, Akan Menyerahkan Aku.
Renungan Harian Bruder Pio Hayon SVD Hari Senin dalam Pekan Suci Paskah merujuk pada Bacaan I: Yes. 49: 1-6, Injil : Yoh. 13: 21-33.36-38
Berikut ini teks lengkap Renungan Harian Katolik yang ditulis, Bruder Pio Hayon SVD hari ini.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Salam damai sejahtera untuk kita semua. Salah satu hal yang sangat menyakitkan seseorang ketika teman atau saudara sendiri mengkhianati kita dalam hidup kita. Dalam banyak kasus, ini terjadi karena orang selalu melihat orang lain sebagai saingannya dan karena merasa kalah lalu mengkhianati orang lain.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Di hari kedua dalam pekan suci ini, kita kembali disuguhkan dengan refleksi dari peristiwa menjelang Yesus memulai perjalanan salibNya. Hari ini kisahnya dimulai dari perjamuan malam terakhir yang dilakukan oleh Yesus bersama-sama dengan kedua belas muridNya.
Dari semua kisah yang disampaikan kepada kita dalam bacaan hari ini terlebih pada bacaan Injil memberi kita gambaran tentang pengkhianatan dan penyangkalan. Kisah pengkhianatan dilakukan oleh Yudas Iskariot yang akhirnya pergi sesudah makan paskah bersama itu untuk menjual Yesus kepada orang-orang Yahudi dengan imbalan 30 keping perak.
Yudas sendiri sebenarnya hanya tergiur dengan uang itu dan tidak pernah berpikir bahwa dengan caranya itulah dia telah melakukan pengkhianatan terhadap dengan Gurunya sendiri. Dia pasti berpikir ketika menjual Yesus itu kepada orang Yahudi itu adalah permainan dia dengan orang-orang Yahudi.
Karena dia sebenarnya berpikir bahwa pasti Yesus akan mengalahkan mereka semua dengan kuasaNya yang maha besar itu. Yesus yang dia kenal selama hidup bersama itu adalah seorang Mesias yang akan membebaskan bangsa Israel dari perbudakan dan penjajahan bangsa Roma dan penjajahan spiritual yang dilakukan oleh orang tua-tua bangsa Yahudi itu.
Maka dia sangat yakin bahwa Yesus akan mengalahkan mereka semua dan dia akan mendapatkan uang itu. Namun kenyataannya terbalik sama sekali dari harapannya. Lalu dia menyesal dan entah kemana dia pergi. Dalam tradisi diceritakan bahwa dia akhirnya bunuh diri tapi itu belum pasti.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 25 Maret 2024 : Kasih dan Pengorbanan
Tapi yang pasti adalah bahwa penyesalan itu biasa datang terlambat setelah kita melakukan kesalahan itu. Hal yang sama dilakukan juga oleh Petrus. Ketika Yesus menyampaikan tentang “kepergianNya” Petrus lalu dengan gagah berani mau membantu Yesus: “aku akan memberikan nyawaku bagiMu”.
Ungkapan Petrus ini malah dijawab oleh Yesus bahwa Petrus akan menyangkal diriNya: “Sebelum ayam berkokok, engkau akan menyangkal Aku tiga kali.” Itulah kita manusia, gampang sekali jatuh dalam pesona halusinasi yang kita ciptakan sendiri yang berujung pada pengkhiantan dan penyangkalan pada sesama dan terlebih kepada Tuhan.
Kita sering sekali jatuh dalam kesombongan diri kita sendiri yang dipermainkan oleh ego kita dengan ilusi ciptaan diri kita sendiri. Namun lupa akan kebenaran itu sendiri. Hasilnya adalah kita menyangkal dan mengkhianati diri kita, orang lain dan Tuhan.
Dari kisah Yudas kita belajar bahwa kita kadang menggunakan Tuhan atau hal-hal yang berbau spiritual untuk menguntungkan diri kita sendiri tanpa menyadari apa dampaknya bagi kita, bagi sesama dan terlebih bagi Tuhan sendiri. Hal itu bisa terjadi karena hati kita sudah dipenuhi oleh ego diri kita dan kita menjadi pusat dari segalanya sehingga kita tak pernah perhitungkan tentang apa yang akan terjadi kemudian.
Dan ketika terjadi barulah kita sadar bahwa kita telah melakukan kesalahan terbesar. Sedangkan dari Petrus kita belajar untuk tetap rendah hati sehingga tidak jatuh pada penyangkalan. Tuhan dalam diriNya sendiri tidak membutuhkan bantuan kita. Yang Tuhan butuh adalah kesetiaan kita dalam mengikutiNya karena kita tak mungkin dapat membantu Tuhan dengan cara apapun.
Sebaliknya Tuhanlah yang akan membantu kita. Hal yang dibutuhkan oleh Tuhan adalah siap menjadi pengikutNya yang setia pada jalan-jalanNya. Namun kita sering kali jatuh pada anggapan bahwa kita satu-satunya orang yang akan siap membela Tuhan di depan manusia sehingga muncullah kaum radikal padahal Tuhan sama sekali tidak membutuhkan bantuan kita untuk membelaNya apalagi membelaNya dengan cara-cara yang tidak benar.
Maka marilah kita coba merenungkan diri kita. Apakah saya masuk pada kalangan orang seperti Yudas atau Petrus? Dengan demikian kita semakin membaharui diri kita untuk satu masa depan hidup yang lebih baik.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Pesan untuk kita, pertama: kita semua sudah mengakui diri kita pengikut Yesus ketika kita dibaptis. Kedua, maka tak ada cara lain selain kita tetap memberi kesaksian tentang Tuhan kita.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 25 Maret 2024: Orang Miskin Selalu ada Padamu
Ketiga, namun kita harus tetap waspada dengan diri kita sendiri agar kita tidak jatuh sebagai seorang pengkhianat atau penyangkal Tuhan dan sesama.(*)
*) Bruder Pio Hayon, SVD adalah Dosen STPM Santa Ursula Ende, Konselor dan Koordinator Bruder Subzonal Indo-Leste
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.