Opini

TOR 89 dan Mgr. Hieronimus Pakaenoni: Narasi tentang Persahabatan

Bapak Uskup Agung Hieronimus Pakaenoni, dari Eiken AG, Swiss saya mengucapkan proficiat atas penunjukanmu sebagai Uskup baru Keuskupan Agung Kupang.

Editor: Agustinus Sape
YOUTUBE/KEUSKUPAN AGUNG KUPANG
Mgr. Hironimus Pakaenoni saat diumumkan sebagai Uskup Agung Kupang yang baru di Gereja Santa Maria Assumpta Kupang, Sabtu (9/3/2024) malam. 

Uskup Roni tentu akan berusaha menjalankan tugasnya sesuai ajaran dan harapan gereja. Dekrit tentang tugas pastoral para Uskup dalam gereja menegaskan tritugas Uskup yaitu: mengajar, menguduskan dan menggembalakan. Melalui tugas mengajar seorang Uskup mewartakan injil kepada semua orang, memanggil mereka untuk beriman dan meneguhkan mereka dalam iman yang hidup.

Melalui tugas menguduskan, seorang Uskup mengatur dan menjaga seluruh kehidupan liturgis dalam gereja, memajukan umat beriman agar semakin menyelami dan menghayati misteri paskah melalui ekaristi suci. Uskup menjadi teladan kesucian dalam cinta kasih, kerendahan hati dan hidup ugahari.

Melalui tugas menggembalakan, seorang uskup menjadi pelayan di tengah umat. Uskup adalah gembala baik yang mengenal dan dikenal oleh domba-dombanya, mengetahui situasi dan kondisi umat. Uskup mengepalai kolegialitas para imam, menjadi bapak dan sahabat mereka, mendengar dan memupuk rasa saling percaya dengan para imam.

"Mgr. Roni akan memimpin umat katolik dengan wilayah yurisdiksi lima kabupaten dan satu kota: Kabupaten Kupang, TTS, Alor, Rote Ndao, Sabu Raijua dan Kota Kupang. Wilayah jurisdiksi ini memiliki keragaman budaya, sosio ekonomis, sosio politis dan sosio religius. Dalam ruang keberagaman ini hadir 256.372 jiwa (data 2022), 35 paroki didukung 145 imam diosesan dan biarawan/wati dari 43 konggregasi,“ demikian sharing teman RD. Geradus B. Duka, Vikjen Keuskupan Agung Kupang saat ini.

Keuskupan Agung Kupang seperti halnya gereja-gereja lokal lain di NTT tentu memiliki tantangan pastoral aktual. Mayoritas umat kita masih dibelenggu kemiskinan, hidup di bawah kekangan budaya, keterbatasan pendidikan dan keterampilan, dualisme dalam penghayatan iman, persoalan ekologis, masalah perantauan, keterbatasan infrastruktur, menguatnya sikap individualistis dan materialistis.

Mgr. Roni tentu tidak memikul beban tantangan pastoral ini seorang diri. Tapi sesuai dengan tugas kegembalaannya, Uskup Roni berperan seperti kata orang-orang berbahasa Jerman sebagai "Brückenbauer“ atau "pembangun jembatan“, penjalin kerjasama antarumat, pemerintah dan gereja-gereja lain.

Saya optimistis di bawah kepemimpinan Uskup Roni, bersama umat beriman, para imam dan biarawan/wati, keuskupan Agung Kupang akan terus bertumbuh, daya Roh Kudus akan terus berkarya.

Saya tahu Uskup Roni memiliki keseimbangan dalam aspek-aspek kecakapan: kepribadian, kerohanian, kesehatan lahiriah, intelektual dan sosial pastoral.

Teman TOR 89 di Kupang, Yoseph Sudarso Sogen menulis, “Sejak kami sama-sama di Kupang saya memerhatikan Bapak Uskup Roni sangat sederhana. Pakaiannya bisa dihitung, yang itu-itu saja. Dia tidak terlalu peduli ada uang atau tidak. Tidak melekat pada hal-hal material. Gaya komunikasinya agak kering, kita bisa mengantuk. Tapi refleksinya bernas dan mendalam. Dia tetap kutu buku dan rajin menulis dan telah menulis beberapa buku“. Saya yakin Mgr. Roni akan menulis surat-surat gembalanya dengan baik.

Uskup Roni adalah pribadi yang dapat dipercaya, bisa merangkul dan mendengar, memiliki mutu pribadi, ada konsistensi antara kata dan perbuatan. Teman Kunibertus Ganti Gai menulis: „Mgr. Roni kumis stabil dan murah senyum, pribadi bersahaja, rendah hati, cerdas. Beliau mempunyai karakter pemimpin yang mengayomi dan imam yang setia“. (7)
Pasce Oves Meas atau Gembalakanlah dombaKu.

Saya senang Mgr. Roni memilih motto: Pasce Oves Meas atau Gembalakanlah Domba-DombaKu (Yohanes 21, 15-18). Saya berbesar hati dan semakin optimistis. Uskup Roni mendapatkan kepercayaan dari Tuhan untuk menggembalakan kawanan domba di Keuskupan Agung Kupang. Melalui motto ini, Uskup Roni ingin menghadirkan tingkatan kasih paling mulia: Agape.

Saya menyapa Yang Mulia Uskup Roni karena menghadirkan tingkatan kasih ini. Agape adalah istilah Yunani yang berarti cinta yang tidak mementingkan diri sendiri, cinta tanpa batas, cinta tanpa syarat. Cinta Agape tidak pernah egois.

Dalam tradisi kristen, Agape berarti cinta yang bersifat total. Agape dianggap sebagai kasih yang paling mulia, sebab identik dengan kasih Allah. Agape itu memiliki kriteria yaitu suci dan sarat akan pengorbanan.

Pasce Oves Meas, gembalakanlah domba-dombaKu. Beberapa hari lalu saya makan siang di rumah Helen, orang Yunani. Tanggal 26 Desember 2019, RD. Efraim Pea, RD. Albert Dedon dan RD. Denol Nuwa pernah makan di keluarga ini.

Helen lahir di Yunani dan mengalami masa kecil di Istambul. Dia fasih berbahasa Yunani dan kebetulan sekali dia menyimpan kitab suci bahasa Yunani. Saya coba meminta Helen membaca teks Yohanes 21, 15-18 dan menjelaskan "Gembalakanlah domba-dombaKu“ dalam bahasa Yunani.

Di sana tertulis "voske ta provata mou“ yang artinya «rawatlah domba-dombaKu ». Helen menjelaskan bahwa ada perbedaan kata voske yang berarti merawat dan poimaine yang berarti menggembalakan.

Di dalam kata merawat terkandung makna menggembalakan. Sedangkan dalam kata menggembalakan bisa tidak terkandung makna merawat. Yang bertugas merawat pasti juga menyandang tugas menggembalakan. Sedangkan yang menggembalakan belum tentu bertugas merawat.

Yesus memerintahkan Petrus untuk menggembalakan domba-dombaNya. Yesus meminta Uskup Roni untuk melakukan hal yang sama. «Rawatlah anak-anak dombaKu». Petrus tidak saja diminta untuk menggembalakan. Tapi lebih dari itu menolong, merawat dan memberdayakan jemaat agar menjadi orang-orang percaya.

Mungkin iman mereka masih lemah, mudah terombang ambing, dipenuhi pertanyaan dan keraguan tentang kebenaran yang mereka imani.

Mereka seperti anak-anak domba yang lemah dan gampang diterkam pemangsa. Untuk itu seorang gembala harus memiliki kemauan, kemampuan dan keteguhan hati, bahkan pengorbanan nyawa.

Karena itu Yesus bertanya apakah Petrus mengasihinya dengan kasih Agape : kasih yang benar-benar tulus, suci, tidak berpamrih dan sarat pengorbanan diri.

Sebagai sahabat yang kini berada jauh di negeri Alpen, saya tentu berharap Uskup Roni hidup dalam spiritualitas Agape ini. Mgr. Hieronimus Pakaenoni adalah sahabat yang membanggakan. Bagiku berita keterpilihanmu adalah hadiah di awal musim semi negeri Alpen. "Sebab, musim dingin sudah berlalu. Hujan sudah lewat dan hilang. Bunga-bunga muncul di bumi. Waktu nyanyian burung datang. Dan suara burung tekukur terdengar di negeri kami“.

"Erzbischof Hieronimus Pakaenoni, von Eiken AG, Schweiz möchte ich Dir herzlich zu deiner Ernennung als neuer Bischof für Erzbistum Kupang NTT gratulieren. Möge Gott dich in deinem Amt zum Segen für die ganze Diözese führen und begleiten. (Bapak Uskup Agung Hieronimus Pakaenoni, dari Eiken AG, Swiss saya mengucapkan proficiat atas penunjukanmu sebagai Uskup baru Keuskupan Agung Kupang. Semoga Tuhan membimbing dan menuntunmu dalam tugas untuk menjadi berkat bagi seluruh Dioses“.

Penulis adalah Imam Projo Keuskupan Agung Ende Flores. Teman kelas Mgr. Hieronimus Pakaenoni di Ritapiret dan STFK Ledalero 1989-1997. Saat ini Misionaris Fidei Donum di Keuskupan Basel Swiss

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved