Opini

TOR 89 dan Mgr. Hieronimus Pakaenoni: Narasi tentang Persahabatan

Bapak Uskup Agung Hieronimus Pakaenoni, dari Eiken AG, Swiss saya mengucapkan proficiat atas penunjukanmu sebagai Uskup baru Keuskupan Agung Kupang.

Editor: Agustinus Sape
YOUTUBE/KEUSKUPAN AGUNG KUPANG
Mgr. Hironimus Pakaenoni saat diumumkan sebagai Uskup Agung Kupang yang baru di Gereja Santa Maria Assumpta Kupang, Sabtu (9/3/2024) malam. 

Saya ingat kode mereka, "Ada ko?" Itu artinya ada rokok kah? Bagi dulu. Domi Wawo sangat peka. Dia buka pintu kamar, keluarkan rokok dan ambil catur. Rokoknya laris, kebutuhan rekreasi terpenuhi, persaudaraan terawat.

Roni itu pribadi yang taat. Contoh kecil, saat masuk tingkat satu tahun 1990, pendamping tingkat RD. Hubert Leteng (kemudian Mgr. Hubertus Leteng) mengusung program kebersihan diri. Salah satu yang harus dibersihkan adalah “Kumis“. “Para frater tingkat satu harus mencukur kumis. Itu identitas tingkat satu," tegas RD. Hubert. Kami yang tak berkumis nyaman.

Tapi teman-teman yang berkumis cukup terganggu. Saya ingat tiga teman yang bersikeras mempertahankan kumisnya hingga ultimatum terakhir: Roni Pakaenoni, Roni Neto Wuli dan Eman Tulasi.

Tentu mereka punya alasan. Kumis tidak perlu dicukur, yang penting rapi. Saya ingat komentar Richard Dawkins, penulis Britania Raya kelahiran Kenya, "Hitler dan Stalin punya kumis, tetapi toh kita tidak mengatakan bahwa kumis merekalah yang membuat mereka jahat.“

Sementara RD. Hubert Leteng terus memberi ultimatum. Trio berkumis takluk dan tengah malam mencukur kumis. Mereka hadiri misa tanpa kumis! Kami tersenyum memandang bibir-bibir bengkak tanpa kumis. Rupanya ini cukuran pertama sejak kumis mereka bertumbuh. Yach, mereka harus taat demi identitas kolektif tingkat satu.

Sejak tahun rohani saya mengenal kecerdasan intelektual Roni Pakaenoni. Roni merupakan salah satu orang cerdas dari kelas kami. "Roni cerdas sejak di seminari menengah. Bahkan sejak sekolah dasar dan SMP di Noemuti,“ kata teman kelasnya di Lalian, Wens Fahik Moruk.

Saya menyaksikan Roni banyak membaca buku-buku berkualitas. Roni mengagumi konsep konsientisasi pendidikan pemikir Brasil: Paulo Freire. Saat diskusi akademis, Roni mengajukan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan kritis. Dia menulis gagasan-gagasan bernas di majalah dinding, buletin dan majalah BIDUK. "Sejak di Lalian Roni sudah menulis di majalah dinding dan majalah kesayangan Lalian Sol Oriens,“ tambah Wens Fahik Moruk.

Selama tingkat enam, para pembina rumah Rita (Ritapiret) memercayakan kami berdua sebagai Socius tingkat tiga. Kamar kami berhadapan dan letaknya di samping kamar makan pembina dan kamar makan frater. Kami sering duduk, ceritera, berekreasi, berolah raga dan pesiar bersama ke Maumere.

Roni mencintai kerja tangan, setia menjalani hidup rohani, menulis refleksi dan menghayatinya. Refleksi-reflkesi kehidupan rohaninya bernuansa biblis-teologis yang mendalam. Saya menduga Roni banyak menimba inspirasi dari Santo pelindungnya: Hieronimus, penulis Vulgata, De Viris Illustribus dan Chronicon.

Saya ingat kalimat terkenal dari Hieronimus, "Liebe die Heilige Schrift und die Weisheit wird dich lieben; liebe Sie zärtlich, und sie wird dich beschützen (Cintailah kitab suci dan kebijaksanaan akan mencintai engkau. Cintailah dia dengan lemah lembut, dia akan melindungi engkau“). Menjelang tahbisan Diakon, Roni sering mensharingkan pengalaman akan kasih Allah. 

Dia berkeyakinan bahwa pengalaman akan kasih Allah menjadi semakin terpenuhi manakala kita mencoba mengenal Tuhan dalam sabdaNya yang selalu terucap tiap hari.

Saya berkeyakinan Roni akan dikirim Uskupnya melanjutkan studi ke luar negeri. Dia bisa mengambil bidang teologi atau kitab suci untuk kepentingan karya pastoral keuskupan. Seingat saya Roni mengagumi Karl Rahner, teolog Katolik yang berpengaruh di abad 20, kelahiran Freiburg im Breisgau Jerman Selatan.

Dan terjawab, setelah beberapa tahun di paroki, Roni melanjutkan studi teologi dogmatik di Roma. Roni kembali mengajar, membina calon imam sambil mengemban beberapa tugas penting di keuskupan Agung Kupang.

Mgr. Hieronimus Pakaenoni: Sahabat Yang Membanggakan

Saya pribadi, teman-teman TOR 89 berbangga atas keterpilihan Roni menjadi Uskup Agung Kupang. Rasa bangga yang disertai dengan doa. Selama ini saya menyapa Roni atau teman. Tapi sejak keterpilihannya saya menyapanya Bapak Uskup. Bila satu saat merayakan misa di wilayah Keuskupan Agung Kupang, dalam doa syukur agung, saya harus menyebut Uskup kami Hieronimus.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved