Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Sabtu 16 Maret 2024: Siap Menderita untuk Kebaikan Orang Lain
Yeremia banyak mengalami penderitaan tetapi membawa banyak orang kembali ke jalan yang benar.
Oleh : RP. John Lewar SVD *)
POS-KUPANG.COM- Renungan Harian Katolik berikut ini ditulis RP. John Lewar SVD Hari Biasa Prapaskah IV diberi judul Siap Menderita untuk Kebaikan Orang Lain.
Renungan ini merujuk pada Bacaan I : Yeremia 11:18-20, Mazmur 7:2-3,9bc-10,11-12, Yohanes 7:40-53
Berikut ini teks lengkap Renungan Harian Katolik yang ditulis oleh RP. John Lewar SVD hari ini.
Kisah luka jahitan. Ibu dan anak perempuan kecil itu sering mandi berduaan. Pada suatu hari anak itu melihat ada bekas luka jahitan di perut maminya. Sambil memegang bekas jahitan itu, ia bertanya: “Mami, wajah mami cantik tapi kenapa perut mami ada bekas luka yang kasar?”
“Dulu belum ada obat seperti sekarang” kata ibunya. “Tapi kenapa papi tidak mencari obat yang baik untuk mami?” Tanya anak itu. “Papi sudah mencarinya ke mana-mana dan mendapatkan obat yang bagus.” Kata ibunya. “Tapi kenapa seperti ini diperut mami?” Maka ibu itu mulai menangis dan berterus terang dalam ceritanya.
Ketika melahirkan putri semata wayang itu air ketuban ibunya kering maka tidak ada pilihan lain selain operasi mendadak untuk menyelamatkan bayi dan dirinya. Anak itu mengangguk dan memeluk maminya. Siap menderita untuk kebaikan orang lain itu membahagiakan! (PJ-SDB).
Bacaan-bacaan suci hari ini berbicara kepada kita tentang nilai rohani dari sebuah penderitaan. Nabi Yeremia mengalaminya ketika nyawanya terancam di Anatot. Tuhan memanggilnya untuk bernubuat di tengah umatNya yang sudah tidak memperhatikan keadilan sosial di antara mereka.
Nabi Yeremia muncul untuk meluruskan hidup mereka. Tetapi usahanya nyaris gagal total. Dia dianiaya. Di saat seperti ini, Yeremia mengingat kembali pengalaman masa lalu dan Tuhan mengingatkannya bahwa dulunya dia pernah seperti anak domba jinak yang dibawa untuk disembelih.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 16 Maret 2024: Mesias Tidak Datang dari Galilea
Atau seperti sebatang pohon yang hendak dibinasakan sekalian dengan buah-buahnya. Tentu saja bagi Yeremia, semua ini adalah nubuat dari atas tetapi sedang dialami secara nyata dalam hidupnya. Pengalaman penderitaan bukan hanya sekedar nubuat yang diwartakannya tetapi sedang dihayatinya dalam iman.
Apa yang diungkapkan menjadi sempurna dalam penghayatan. Yesus juga punya pengalaman. Orang-orang mempertentangkan identitasNya sampai menyelidiki Kitab Suci. Perdebatan yang terjadi adalah apakah Yesus sungguh-sungguh Mesias, nabi yang akan datang atau bukan.
Mengapa Dia orang Galilea tetapi berlaku seolah-olah Dia adalah Mesias, padahal Mesias haruslah berasal dari keturunan Daud di tanah Bethlehem? Semua itu bertumbuh menjadi niat jahat untuk menangkap dan membinasakan Yesus.
Namun di antara mereka ada juga yang masih percaya bahwa Yesus sungguh Mesias dan nabi yang akan datang. Bahkan ada suara jernih dan bijak, yaitu dari para penjaga bait Allah dan dari Nikodemus. Para penjaga tidak menangkap Yesus karena terpikat pada pengajaranNya.
Nampaknya, mereka mulai takjub dengan perkataan Yesus. “Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu!” (Bdk. Yoh. 7: 46). Sedangkan Nikodemus adalah salah satu orang Farisi yang memberikan reaksi yang berbeda dengan orang Farisi lainnya. Nikodemus membela kehadiran Yesus.
Dia mengingatkan Kaum Farisi agar tetap bertindak menurut hukum Taurat, yaitu meneliti benar-benar apa yang dilakukan oleh Yesus sebelum menghukumNya.
Kaum Farisi tetap pada pendirian mereka untuk melawan Yesus, karena bagi mereka tidak ada nabi yang berasal dari Galilea. Mereka tidak mau meneliti kasus Yesus dan tidak peduli pada apa yang Dia lakukan.
Contemplasi:
Yeremia banyak mengalami penderitaan tetapi membawa banyak orang kembali ke jalan yang benar.
Pertentangan, penolakan dan kebencian publik terhadap Yesus semakin besar dan klimaksnya dengan kematian dan wafat Yesus di salib. Tetapi kebangkitan Kristus membawa hidup baru bagi umat manusia.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 15 Maret 2024: Jangan Takut Menjadi Orang Benar
Penderitaan membawa kebahagiaan. Penderitaan Yesus itu merupakan bagian yang tak terelakkan dari tugas perutusanNya untuk melaksanakan kehendak BapaNya.
Apakah kita juga siap menderita bersamaNya jika hal itu memang harus terjadi? Manakah bentuk-bentuk pengorbanan yang dapat kita berikan untuk ikut ambil bagian dalam pengorbananNya?
Doa:
Ya Allah bapa kami, PuteraMu Yesus menderita sampai wafat di salib. SalibNya membuat hidup kami bermakna, dan punya nilai di hadapan Mu dan sesama.
Betapa berharganya diri kami sehingga Yesus sendiri menebusnya dengan darahNya yang mulia dan TubuhNya yang kudus. Terima kasih Tuhan Yesus. Engkau menderita bagi kami. Amin.
Sahabatku yang terkasih, Selamat Hari Sabtu. Salam doa dan berkatku untukmu dan keluarga di mana saja berada: Bapa dan Putera dan Roh Kudus...Amin.(*)
*) RP. John Lewar SVD adalah Admonitor Biara SVD St. Josef Freinademetz STM Nenuk Atambua Timor.
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.