Pengedar Narkoba di Flotim Tewas
Penjelasan Polisi Soal Kematian Pengedar Narkoba di Flotim Dinilai Tak Logis
Informasi dari Kapolres Flores Timur, AKBP I Nyoman Putra Sandita, kepala RO mengalami luka serius akibat terbentur aspal.
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Paul Kabelen
POS-KUPANG.COM, LARANTUKA- Terduga pelaku pengedar narkoba jenis sabu berinisial RO, warga Narasaosina, Kecamatan Adonara Timur, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur tewas usai melompat dari sepeda motor, Sabtu, 9 Maret 2024.
Informasi dari Kapolres Flores Timur, AKBP I Nyoman Putra Sandita, kepala RO mengalami luka serius akibat terbentur aspal.
Dia disebut memberontak dan melawan saat dibawa dua anggota polisi.
"Lompat dari sepeda motor sehingga terjatuh. Kepalanya terbentur aspal dan tidak sadarkan diri. Dia (RO) dibawa ke puskesmas terdekat untuk penanganan medis dan selanjutnya dilarikan ke RSUD Larantuka," ujarnya melalui keterangan tertulis, Minggu, 10 Maret 2024.
Penjelasan I Nyoman Putra Sandita perihal kematian RO yang loncat dari sepeda motor itu pun dinilai janggal dari berbagai pihak, termasuk keluarga korban. Mereka menilai aparat lalai dalam melakukan pengawasan.
Kepala Desa Narasaosina, Yanuarius Tolan Igor, mengatakan keluarga menilai penjelasan polisi kurang logis. Sebab, RO dikawal dua aparat yang sama-sama menumpang satu sepeda motor.
"Korban (RO) diapit dua polisi. Secara logika, kalau melompat atau berontak apakah polisi jatuh atau tidak? Keluarga rasa janggal dan kurang logisnya di situ," ujarnya kepada wartawan.
Yanuarius mengatakan, kematian RO yang jadi pelaku penangkapan itu menjadi tanggung jawab kepolisian.
Baca juga: BREAKING NEWS: Lompat dari Motor, Pria Diduga Pengedar Narkoba di Flores Timur Tewas
Baca juga: Sebelum Loncat, Pengedar Narkoba Berinisial RO di Flotim Mengamuk saat Diapit Dua Polisi
Kapolres Flores Timur juga diminta tegas menindak anggota polisi yang dinilai keluarga lalai menjalankan tugas.
"Yang kami tahu, termasuk membaca dari sekian literatur, ketika ditangkan oleh polisi maka tanggungjawab penuh kepolisian," pungkasnya.
Selain keluarga, penilaian kejanggalan juga datang dari GMNI Flores Timur. Organisasi mahasiswa itu menilai telah terjadi keteledoran aparat saat menangkap terduga pelaku narkoba.
Ketua GMNI Flores Timur, Yulius Ninu Badin dan Sekretaris GMNI Flores Timur, Fransiskus Pati Soge, menyayangkan kematian RO dalam pengawasan kepolisian.
"Sangat disayangkan. Mestinya kejadian ini tidak terjadi dan pehak kepolisian harusnya lebih profesional menjalankan tugas," ujar Fransiskus.
Meski tersandung kasus, kata dia, terduga perlu diamankan sebaik mungkin agar dapat diproses sesuai peraturan.
Pihaknya juga menyoroti aparat membawa korban dengan sepeda motor.
"Kantor PLTD Terong (TKP penangkapan) ke Pelabuhan Tobilota cukup jauh. Sangat disayangkan lebih memilih kendaraan bermotor," tutupnya.(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.