Berita Flores Timur

Nobenta da Silva, Aktivis Perempuan Flores Timur yang Membela Perempuan

Nobenta adalah Ketua Yayasan Permata Bunda Berbelas Kasih. Aktivis perempuan kelahiran 26 Maret 1968 itu terus berjuang mendampingi korban kekerasan

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/PAUL KABELEN
Nobenta da Silva saat ditemui di rumahnya di Kelurahan Larantuka, Kecamatan Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Jumat, 8 Maret 2024 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Paul Kabelen

POS-KUPANG.COM, LARANTUKA - Nobenta da Silva tampak sibuk menjemur pakaian yang baru saja dicuci. Dia berjalan menuju halaman depan rumahnya di Sandominggo, Kelurahan Larantuka, Kecamatan Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Jumat, 8 Maret 2024.

Selesai menggantungkan pakaian di tali jemuran depan rumahnya itu, Nobenta lalu menghampiri VBK, seorang perempuan yang diduga korban penelantaran. Beberapa bulan terakhir anak tanpa pengakuan sang ayah asal Pulau Solor itu tinggal di rumah Nobenta.

Nobenta adalah Ketua Yayasan Permata Bunda Berbelas Kasih. Aktivis perempuan kelahiran 26 Maret 1968 itu terus berjuang mendampingi korban kekerasan perempuan, mulai dari KDRT, pelecehan seksual, hingga pekerja migran (PMI).

Nobenta turut gembira saat momentum Hari Perempuan Sedunia yang diperingati setiap tanggal 8 Maret. Meski demikian, aktivis sejak 24 tahun lalu itu menyebut kaum perempuan masih jadi korban ketidakadilan, termasuk kasus terhadap anak di bawah umur.

"Saya terjun sejak tahun 2000. Konsen dengan kekerasan terhadap perempuan, mulai dari KDRT sampai pelecehan anak bawah umur," ujarnya kepada wartawan.

Saat membela harkat dan martabat kaumnya, banyak sekali tantangan yang teramat sulit diatasi. Jika korban dan pelaku masih punya hubungan darah, usahanya dinilai berkahir sia-sia.

Nobenta tak tinggal diam dengan anggapan pesimis itu. Dia mengaku terus membela kebenaran dan keadilan. Menurutnya, pelaku akan berbuat seenaknya jika persoalan tidak ditindak tegas.

"Sering dicercah, ada pihak pesimis bahkan tidak suka. Mereka anggap masalah keluarga jadi diselesaikan secara internal. Tapi, jika tanpa ada efek jerah, pelaku dibiarkan berbuat seenaknya," pungkasnya.

Salah satu kenangan yang selalu membekas dalam hati Nobenta adalah Proyek Strategis Nasional (PSN) Waduk Lambo di Kabupaten Nagekeo. Dia hafal perawakan perempuan tua yang melakukan perlawanan atas proyek di atas tanah adat suku itu.

Baca juga: Polisi Tertibkan Pengendara Bandel, Warga Flores Timur Wajib Hindari Hal Ini

Ketika erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki pada bulan Desember 2023 hingga awal tahun 2024, Nobenta termasuk orang pertama yang datang membawa bantuan logistik.

Selain membawa sembako, sabun cuci, dan perlengkapan tidur, dia juga rutin menjenguk para kelompok rentan bencana seperti lansia, ibu hamil, anak kecil, dan disabilitas.

Nobenta menuturkan, selama menjalani hidup, akan sia-sia jika tidak membantu orang kecil dan terpinggirkan. Hal itu sesuai dengan moto hidupnya 'Hidup Untuk Melayani'.

"Hidup untuk melayani. Itu selaras dengan moto Yayasan Permata Bunda Berbelas Kasih, yaitu Melayani Dengan Ikhlas," tutupnya. (*)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved