Anggota TNI Serang Polres Jayawijaya
Lima Prajurit TNI Ditahan Usai Serang Polres Jayawijaya, Begini Pernyataan KSAD Maruli Simanjuntak
Adapun peristiwa penyerangan yang menyebabkan kerusakan kaca kantor itu terjadi pada Sabtu (2/3/2024) malam lalu.
POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Maruli Simanjuntak menyebut insiden penyerangan Markas Polres Jayawijaya, Papua, oleh anggota atau prajurit TNI merupakan luapan emosi sesaat.
Yang terpenting, kata dia, tidak sampai ada korban jiwa dari serangan-serangan seperti itu. Adapun peristiwa penyerangan yang menyebabkan kerusakan kaca kantor itu terjadi pada Sabtu (2/3/2024) malam lalu.
"Ya mudah-mudahan tidak sampai ada korban jiwa apa segala macam lah. Tapi ini saya pikir anak-anak muda yang emosi sesaat lah," ujar Maruli, Kamis (7/3/2024) sebagaimana dikutip dari Kompas.com.
Baca juga: Polres Jayawijaya Diserang Anggota TNI Hingga Rusak, Begini Kronologis
Menurut Maruli, pihaknya sudah berhasil meredam emosi para prajurit. Dia juga mengatakan, kenakalan para prajurit lakukan belum mencapai taraf serius karena tidak sampai menimbulkan korban jiwa ataupun menggunakan alutsista.
"Selama ini tidak sampai ada korban jiwa, lumpuh, menggunakan alutsista, ya kita mungkin anggap ini mudah-mudahan mungkin kenakalan-kenakalan yang tetap kita anggap tidak cukup serius. Karena institusi yang diserang, tetap kita lakukan itu (penetapan tersangka)," tuturnya.
Meski begitu, Maruli mengatakan, kejadian bentrok seperti ini terus berulang, meski TNI selalu melakukan evaluasi.
Dia mengaku akan mengevaluasi perihal sistem komunikasi, sehingga tidak ada lagi kejadian salah paham seperti yang terjadi di insiden Polres Jayawijaya.
"Kita evaluasi juga bagaimana komandan di sana dengan kapolres-nya. Sebetulnya mereka kan forkopimda. Itu kalau batalion berarti forkopimda plus. Mestinya mereka sudah berkomunikasi bagaimana cara menyatukan anggota. Nah sekarang anggotanya jadi salah paham, akhirnya terjadi seperti ini," jelas Maruli.
Sementara itu, terkait psikologi para tentara, Maruli meyakini tidak ada masalah. Pasalnya, ketika masuk TNI pun, mereka semua dicek psikologisnya.
"Jadi Anda kalau kelihatan stabil, tapi lagi laper, lagi pusing, tetap saja emosi kan. Jadi dalam hukum-hukum pun harus kita lihat sisi itu, apa yang terjadi di sana," katanya.
"Kita tarik ke belakangnya, mungkin ada kata-kata yang membuat dia tersinggung, emosi membawa institusi nah itu yang mungkin dalam hukum ada yang akan membuat dia dihukum berat dan atau dia meringankan. Mudah-mudahan tidak ada kelanjutan yang tidak baik," imbuh Maruli.
Sebelumnya, sebanyak lima anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus penyerangan di Mapolres Jayawijaya.
Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen Izak Pangemanan menegaskan, penyerangan yang terjadi pada Sabtu (2/3/2024) tersebut adalah pelanggaran dan bukan bagian dari jiwa korsa.
"Ini pelanggaran, bukan jiwa korsa. TNI tidak pernah mengenal jiwa korsa seperti itu," kata Pangdam di Jayapura, Selasa (5/3/2024), seperti dikutip Antara.
Untuk mengusut kasus penyerangan tersebut, Pomdam XVII/Cenderawasih juga memeriksa 21 personel TNI yang diduga terlibat.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.