Berita Lembata
Di Atas Bukit Pada, Kita Temukan Cinta Suster SSpS Untuk Masyarakat Lembata
Di atas bukit Desa Pada, kita temukan cinta Suster Margaretha Ada, SSpS untuk masyarakat lewat BLK Karitas Peduli Lembata
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Kanis Jehola
“Saat itu belum terpikirkan sama sekali akan bangun BLK,” kenang suster yang berasal dari Wolowae, sebuah kampung di perbatasan Ende dan Nagekeo itu.
Para suster lantas tinggal di sebuah rumah tua di desa Pada dan mulai berbaur dengan warga (live in).
Selama lima bulan mereka melakukan survei kebutuhan masyarakat desa Pada. Gagasan untuk mendirikan BLK tercetus dalam benak Suster Margaretha.
Baca juga: Pengurus BLK Karitas Peduli Bertemu Bupati Lembata Sampaikan Rencana Akreditasi Nasional
Dia pun mulai mengirim proposal ke pemerintah dan lembaga-lembaga lainnya. Suster Margaretha terbang ke Jakarta, bertemu dengan para donatur dan para pejabat kementerian, menawarkan program pelatihan kompetensi untuk masyarakat di Lembata.
"Kalian bekerja digaji, sementara saya bekerja untuk masyarakat tidak digaji. Ini untuk kepentingan masyarakat, bukan untuk kepentingan saya pribadi," begitu pesannya bernada guyon kepada pejabat-pejabat di pemerintahan yang dia temui.
Jalan semakin terbuka. Proposal yang dia kirim, satu per satu terjawab. Kementerian Tenaga Ketenagakerjaan pun mendirikan gedung BLK di atas wadas bukit Pada. Gedung itu sekarang dipakai untuk kursus komputer, kantor dan ruangan utama untuk menerima tamu. Bantuan dan donasi mulai berdatangan.
Hanya dalam waktu lima tahun, BLK yang didirikan Yayasan Gunthild Karitas itu telah mengubah jalan hidup 276 alumni yang sekarang sudah terserap dunia kerja. Setiap tahun selalu ada program pelatihan dan kursus yang dibiayai dengan dana APBN dan APBD.
Pada awal Januari, BLK Karitas Peduli Lembata membuka kursus menjahit dan kursus komputer secara gratis.
Para peserta kursus merupakan anak para petani, nelayan, tukang ojek dan buruh pelabuhan yang bermukim di desa Pada.
Kursus gratis ini merupakan program para suster dalam rencana strategi untuk memberdayakan masyarakat kelas menengah ke bawah di desa Pada.
Suster Margaretha tidak bekerja sendiri di BLK. Ada Suster Domitila Kilok sebagai instruktur komputer yang andal dan Suster Ema Maria Roja dari Bajawa, instruktur menjahit.
Baca juga: AP2TKI dan PADMA Indonesia Dukung Total BLK Karitas Peduli Lembata Jadi BLK LN/LPK Terakreditasi
Tahun ini, dua orang suster lagi dikirim untuk mengikuti pelatihan instruktur di Semarang untuk program tata boga dan busana.
Beralih status dari BLK Komunitas, BLK Karitas Peduli Lembata sementara disiapkan untuk menjadi BLK Luar Negeri (LN) yang mandiri dan profesional.
BLK Karitas Peduli Lembata sedang membuat batu loncatan dengan membuka program pelatihan house keeping untuk calon pekerja migran Indonesia dari NTT.
Balai Latihan Kerja (BLK) Karitas Peduli Lembata juga resmi ditunjuk oleh Kementerian Ketenagakerjaan sebagai salah satu BLK inkubator wirausaha di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.