Berita Lembata
Di Atas Bukit Pada, Kita Temukan Cinta Suster SSpS Untuk Masyarakat Lembata
Di atas bukit Desa Pada, kita temukan cinta Suster Margaretha Ada, SSpS untuk masyarakat lewat BLK Karitas Peduli Lembata
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Kanis Jehola
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo
POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA - Suster Margaretha Ada, SSpS, masih berjalan tertatih dengan bantuan tongkat. Kakinya patah karena kecelakaan tahun lalu. Tetapi semangatnya untuk bekerja tidak pernah padam.
Kini seluruh hidupnya dia baktikan untuk memajukan masyarakat Lembata melalui Balai Latihan Kerja atau BLK Karitas Peduli Lembata.
“Masih ada pen di dalam kaki ini, tapi sudah mau operasi buka pennya September nanti,” ungkap Suster Margaretha saat berbincang dengan POS-KUPANG.COM, Senin, 4 Maret 2024.
Kakinya patah saat melewati jalan tanjakan yang terjal dan berbatu menuju ke BLK yang berada di atas bukit Desa Pada, Nubatukan. Saat itu, jalan tersebut belum disemen bagus seperti sekarang.
“Jalan itu kita minta pemerintah daerah yang bangun karena kita bekerja untuk anak-anak Lembata,” ungkapnya.
POS-KUPANG.COM berbincang dengannya di depan teras gedung utama BLK yang menghadap ke arah Teluk Lewoleba dengan pemandangan gunung Ile Boleng Adonara dan gunung Ile Ape.
Di sebelah barat gedung utama, para tukang sementara mendirikan gedung pelatihan keterampilan yang dibiayai penuh oleh Yayasan Dana Kemanusiaan Harian Kompas. Di sebelah selatan, berdiri kokoh gedung bercat biru yang kini dipakai sebagai biara dan tempat tinggal para suster yang mengabdi di BLK tersebut.
Sepuluh tahun lalu, bukit berbatu di Desa Pada, Kecamatan Nubatukan itu hanyalah lahan kering, tempat warga biasa menambatkan ternak.
Baca juga: Anak Petani, Nelayan, Ojek dan Buruh Desa Pada Lembata Kursus Gratis di BLK Karitas Peduli
Siapa sangka, sentuhan magis tangan para biarawati tarekat SSpS menyulap tempat tersebut menjadi Balai Latihan Kerja (BLK) Karitas Peduli, tempat warga Lembata menaruhkan harapan untuk masa depan mereka.
“Ini semua berkat campur tangan Tuhan. Tidak mungkin semuanya bisa terjadi tanpa bantuan dari yang di Atas,” ungkap biarawati berusia 55 tahun ini.
Suster Margaretha pulang dari Amerika pada 2018 dan langsung diberi tugas mengurus sebuah yayasan yang berbasis di Kota Larantuka, Flores Timur. Yayasan Gunthild Karitas Peduli berdiri pada 30 Oktober 2020.
Sulit mendapatkan tanah dengan harga terjangkau di Larantuka, para suster kemudian berpikir untuk melangkahkan kaki ke pulau seberang, Lembata.
Di negeri Sembur Paus itu, lembaga adat dan pemerintah Desa Pada sudah menghibahkan dua hektar tanah untuk SSpS sebagai hadiah satu abad kongregasi yang didirikan oleh Santo Arnoldus Yansen itu berkarya di Indonesia.
Acara penyerahan sertifikat tanah itu berlangsung pada 17 Januari 2017 di Kewapante, Kabupaten Sikka.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.