Liputan Khusus
News Analysis PMI Asal NTT Disiksa Anak Majikan di Arab Saudi, Pemerhati: Sudah Sering Terjadi
Kejadian yang belakangan viral itu terjadi di Arab Saudi, meski negara itu memang kurang memiliki catatan kekerasan terhadap PMI.
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Pemerhati PMI dari NTT, Pdt Emi Sahertian menyebut penyiksaan terhadap para PMI asal Indonesia sering terjadi. Kejadian seperti yang menimpa TKW asal Mbay Kabupaten Nagekeo itu merupakan satu dari sekian kejadian yang selama ini terjadi.
Kejadian yang belakangan viral itu terjadi di Arab Saudi, meski negara itu memang kurang memiliki catatan kekerasan terhadap PMI.
"Ini jarang kalau di Arab Saudi. Kena tipu itu iya. Pernah dulu ada tapi sudah selesaikan oleh Migrant Care," sebut Emi.
Baca juga: Lipsus - Berangkat Non Prosedural, PMI Asal NTT Disiksa Anak Majikan di Arab Saudi
Ia menyebut, justru, kejadian seperti ini banyak menimpa warga Indonesia, termasuk NTT di Malaysia hingga Hongkong. Sebab, negara itu paling banyak menjadi tujuan perantau asal Indonesia.
Kejadian seperti itu memang jarang diberitakan. Bahkan, bila ada PMI yang meninggal, jenazah itu bisa dihilangkan. Paling banyak, kasus itu menimpa PMI yang bekerja di kelautan. Jadi yang kami terima (di Indonesia) itu yang kerja di darat.
Di samping itu, persoalan lainnya ada penolakan otopsi oleh keluarga. Penyebabnya adalah perekrut PMI itu bisa saja dari keluarga terdekat sehingga menyulitkan otopsi.
Pada tempat lainnya, kalaupun ada PMI yang dipulangkan lewat deportasi, konsekuensi berikutnya akan terjadi pengangguran di desa atau tempat asal. Potensi untuk mengulang dan lewat modus yang sama akan terjadi lagi.
Biasanya bila ada masalah semacam ini, Kementrian Luar Negeri dibantu para relawan untuk mendapat informasi dan penanganan.
Mengenai kejadian itu, KBRI Arab Saudi punya pengalaman dalam penanganan PMI. Lewat jejaring yang ada. Pihaknya sedang berupaya untuk melakukan upaya konfirmasi ke jaringan di Arab Saudi.
Jangan sampai tertunda karena kalau sudah lebih dari tiga hari, bagaimana nasib anak ini. Kebiasaan kami itu menghitung menit untuk trauma. Kami terus melakukan komunikasi intensif yang terhubung ke jaringan di Jakarta maupun di Arab Saudi. Jaringan Kabar Bumi juga sedang dilakukan koordinasi.
Kasus PMI Asal Maropokot
Akun tik tok @darmawaty9708 memposting sebuah video berdurasi 5 menit satu hari lalu. Video itu menampilkan seorang wanita berhijab hitam, menangis tersedu - sedu. Matanya tampak bengkak dan sembab.
Wanita itu diduga merupakan seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Arab Saudi. Dia mengaku mendapat ancaman dari majikannya. Dia mengharapkan bantuan dari sanak keluarganya di Maropokot, Kabupaten Nagekeo, NTT.
"Assalamualaikum, teman - teman yang di tik - tok, yang Indonesia atau tidak di sini Arab, TKW - TKW (Tenaga Kerja Wanita). Kalian pernah merasa atau tidak ni. Saya mau cerita. Mungkin ini video terakhirku,"
Baca juga: Lipsus - Perjuangan Tak Sia-Sia, Korban TPPO di NTT Terima Restitusi dari 2 Pelaku
"Untuk keluarga yang di Mbay, Maropokot orangtuaku dan saudaraku mohon nonton video adekmu ini, anakmu ini. Saya diancam, kalau berani jawaban omongannya di potong lidahku," kata wanita itu, lalu menangis.
Wanita muda itu melanjutkan, “habis itu gajiku tidak akan dikasi. Saya tidak akan dikasi pulang ke Indonesia. Kecuali uang semuanya yang saya kerja selama ini dikasi kembali. Padahal saya kerja kasihan, saya kerja di sini," lanjutnya sembari menangis.
Tidak hanya itu tambah wanita tersebut. Bahkan majikannya juga menyuruh anaknya memukul dan menendang PMI tersebut karena tidak kerja.
"Ya Allah saya masih bisa bersyukur masih bisa bicara di HP ini. Seluruh dunia ya Allah mudah - mudahan bisa lihat ini. Saya diancam seperti itu," sambungnya sambil terus menangis.
PMI tersebut mengaku sudah tidak mau lagi bekerja di Arab Saudi dan meminta majikannya untuk dikembalikan ke kantor. Namun tidak dijelaskan apakah yang dimaksudnya kantor agen yang membawanya ke Arab Saudi atau KBRI di Arab Saudi.
"Mau ke kantor. Saya bilang saya mau pulang, saya tidak mau lagi di sini. Biar saja kasi pulang saya ke kantor, tidak apa-apa. Kan saya pegang uang empat juta sekarang ni. Empat juta ini toh. Saya bilang tidak apa-apa itu ambil saja, intinya kasi pulang saya ke kantor," jelasnya.
Namun tambah wanita itu lagi, pihak majikannya menolak memulangkan gadis malang tersebut. Bahkan diancam akan dibuang. “Saya dibuang. Sedangkan saya tidak tau di Arab Saudi ini bagaimana. Kasihan. Ya Robbi. Ini jalan yang kau berikan. Maafkan hamba-Mu Ya Allah," ujar gadis tersebut.
Beberapa jam kemudian, @darmawaty9708 kembali memposting tiga video. Pada tiga video ini wanita tersebut mengenakan hijab berwarna merah muda. Apa yang dia sampaikan dalam tiga video itu kurang lebih sama dengan video pertama saat berhijab hitam. Wanita itu mengeluhkan kondisinya ada ingin pulang ke Indonesia.
Terpantau tidak ada postingan lain di akun @darmawaty9708 selain empat video tersebut.
Andi Lukman (54) seorang nelayan asal Desa Maropokot, Kabupaten Nagekeo, mengaku bahwa sosok wanita berhijab hitam yang berada dalam video viral di tiktok tersebut bernama Andi Darmawaty adalah putrinya.
Andi Lukman sudah menonton video putrinya yang diunggah akun @darmawaty9708. Andi sedih melihat Darmawaty menangis. Dia juga merasa sangat terpukul, karena sebagai ayah Andi tidak bisa berbuat banyak untuk Darmawaty.
Darmawaty merupakan anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan suami istri Andi Lukman dan Andi Tawang (54), lahir 27 November 2006 atau belum genap 18 tahun.
Andi mengenang, sembilan bulan yang lalu, Darmawaty pergi dari rumah tanpa sepengetahuan keluarga. "Waktu dia jalan kami ada di Manggarai Timur," ujar Andi dalam percakapan via telepon dengan Pos Kupang, Minggu (3/3).
Kembali dari Manggarai Timur, Andi dan keluarga pun mencaritahu keberadaan Darmawaty. Mereka memperoleh informasi bahwa Darmawaty sedang berada di Maumere, Kabupaten Sikka.
Andi sedikit merasa tenang karena di Maumere, ada sanak keluarganya. "Kita pikirnya tidak kemana - mana. Kalau di Maumere kan ada anak ponaan di sana," ujar Andi.
Selang beberapa hari, Darmawaty menghubungi keluarga dan memberitahu bahwa dirinya sudah di Surabaya dan sedang berada di penampungan sebelum berangkat kerja di Arab Saudi.
"Ternyata dia berangkat ke Surabaya sama-sama dengan anak ponaan di sana (Maumere)," kata Andi.
Andi meminta Darmawaty untuk mempertimbangkan dengan baik rencana untuk kerja di Arab Saudi. Namun dia kemudian gagal menghalangi putrinya yang bersikeras tetap berangkat ke Arab Saudi untuk bekerja.
Selama bekerja di Arab Saudi, kata Andi, Darmawaty cukup rutin berkomunikasi dengan sanak Keluarga. Bahkan Darmawaty mengirim uang setiap bulan untuk membantu perekonomian keluarganya.
Menurut Andi, Darmawaty sudah kurang lebih sembilan bulan bekerja di Arab Saudi. "Kalau bulan lima ini ( Mei 2024) dia sudah satu tahun di Arab Saudi," jelas Andi.
Menurut Andi,beberapa waktu lalu mendengar kalau majikan Damawaty meninggal. Setelah meninggal majikannya ini, ada pihak keluarga dari majikan ini yang diduga melakukan menganiayaan tersebut. “Harapan kami orangtua, dipulangkan saja ke Indonesia," imbuhnya.
PMI Non Prosedural
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kadis Nakertrans) Kabupaten Nagekeo, Petrus Aurelius Assan mengatakan, pihaknya sudah mendapat informasi mengenai video tersebut. Wanita dalam video tersebut bernama Andi Darmawaty, warga Desa Maropokot, Kabupaten Nagekeo.
Aurelius menjelaskan, untuk urusan PMI, kewenangannya bukan di pemerintah daerah tetapi di pemerintah pusat.
"Kita sifatnya hanya koordinasi. Urusan itu ada di pemerintah pusat melalui BP2MI (Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia). Badan ini punya pelaksana teknis namanya BP3MI (Balai Pelayanan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia) di NTT di Kupang," ujarnya.
Menurutnya, secara garis koordinasi ketika ada urusan PMI, itu merupakan urusan wajib pemerintah daerah tetapi non pelayanan dasar.
"Kemarin dulu ketika mendapat informasi ini dan kita langsung koordinasi. Pertama kita cek di data base website Kemenaker (SISKOPMI) nama - nama PMI asal Nagekeo. Nah nama anak ini, Andi Darmawaty, tidak ada di data base. Kalau tidak ada nama artinya dia PMI ilegal atau nonpredural," jelas Aurelius.
Setelah mengetahui Andi Darmawaty tidak ada di data base Aurelius berkoordinasi dengan BP3MI. Aurelius menegaskan, pihaknya mengedepankan rasa kemanusiaan dalam persoalan ini, bukan soal benar dan salah dalam konteks status PMI apakah ilegal atau legal.
"Namanya orang sudah di pinggir jurang. Namanya kita sebagai manusia menolong dulu. Sebagai manusia kita menolong, sebagai pemerintah kita sudah melakukan koordinasi. Dan kita bergerak cepat. Informasi ini tadi malam sudah sampai di KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) di Riyadh (Ibu Kota Negara Arab Saudi)," kata Aurelius.
Aurelius belum mau berkomentar jauh soal isi pengakuan Andi Darmawaty di video yang beredar tersebut. Sebab, butuh pendalaman. "Komunikasi dengan BP3MI akan terus kami bangun untuk penanganan masalah ini," kata Aurelius.
Dia mewaspadai mafia human trafficking dan bisa jadi agen dari Andi Darmawaty mau 'cuci tangan'. Aurelius berasumsi demikian, namun dia berharap asumsinya tidak benar.
"Agen tidak mau membayar gaji orang, karena illegal. Dia tidak mau memulangkan dan dia ciptakan dengan cara begitu sehingga pemerintah turun tangan, pemerintah yang membiayai kepulangan," jelasnya.
Aurelius menambahkan, PMI legal asal Nagekeo yang bekerja di Arab Saudi ada sekitar tiga orang. Dan sejauh ini baik - baik saja. Tiga orang PMI ini dapat dipantau karena memang berangkat secara prosedural. (fan/orc)
Ikuti Liputan Khusus POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.