Berita NTT

Dinkesdukcapil Provinsi NTT Imbau Masyarakat Tak Takut Soal Nyamuk Wolbachia

pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan RI menerapkan strategi inovasi pengendalian DBD melalui teknologi nyamuk Aedes Aegepty

Penulis: Elisabeth Eklesia Mei | Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/EKLESIA MEI
Kepala Bidang P2P Dinkesdukcapil NTT, Ir. Erlina R. Salmun, M.Kes, Rabu 21 Februari 2024 di ruang kerjanya. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Eklesia Mei

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Dinas Kesehatan Kependudukan dan Pencatatan Sipil atau Diskesdukcapil Provinsi NTT menyampaikan fakta terkait nyamuk Wolbachia, masyarakat pun diimbau untuk tidak takut.

Kepada POS-KUPANG.COM, Senin 26 Februari 2024, Kepala Bidang P2P Dinkesdukcapil NTT, Ir. Erlina R. Salmun, M.Kes menyampaikan, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan RI menerapkan strategi inovasi pengendalian DBD melalui teknologi nyamuk Aedes Aegepti ber-Wolbachia yang tertuang dalam Kepmenkes RI No 1341 tahun 2022 tentang penyelenggaraan pilot project penanggulangan dengue dengan metode Wolbachia.

Pilot project di Indonesia tersebear di 5 kota yaitu Kota Bandung, Kota Semarang, Jakarta Barat, Kota Bontang dan Kota Kupang. Untuk Kota Kupang sudah di implementasikan di Kecamatan Oebobo.

"Penyebaran nyamuk Aedes Aegepti ber–Wolbachia saat ini implementasi di Kecamatan Oebobo Kota Kupang dan secara bertahap akan diimplementasikan ke kecamatan yang lainnya. Masyarakat tidak perlu takut dengan penyebaran nyamuk Wolbachia ini karena ini sudah terbukti di berbagai negara," pesannya.

Erlina menjelaskan, Wolbachia adalah bakteri alami yang sangat umum yaitu 60 persen ditemukan di serangga-serangga yang ada di sekitar hunian, area kebun, area pertanian  diantantaranya lebah, capung, kupu-kupu lalat buah, namun tidak dapat ditemukan dalam tubuh nyamuk Aedes Aegepti.

"Teknologi Wolbachia ini berkembangbiak dalam tubuh nyamuk dengan cara mengambil bakteri Wolbachia dalam tubuh lalat buah kemudian dimasukkan kedalam telur nyamuk Aedes Aegepti dan kemudian berkembangbiak  menghasilkan turunan nyamuk Wolbachia," jelasnya.

Terkait dengan nyamuk berWolbachia itu, kata dia, sangat aman bagi manusia, hewan dan lingkungan. Yang mana, nyamuk itu bukan merupakan rekayasa genetik.

"Nyamuk Wolbachia ini sangat ramah lingkungan dan apabila dilepaskan nyamuk Wolbachia tidak mengganggu ekosistem yang ada ditempat tersebut sehingga tidak menjadi polutan di udara, air dan tanah," sebutnya.

Selain itu, lanjutnya, bentuk dan ukuran sama dengan nyamuk Aedes Aegepti atau tidak terdapat perubahan fisik nyamuk serta mampu memandulkan virus dengue dalam tubuh nyamuk.

Dijelaskan Erlina, dalam proses perkawinannya, apabila nyamuk betina yang mengandung Wolbachia kawin dengan jantan Wolbachia akan menghasilkan turunan Wolbachia.

Begitu pun dengan nyamuk betina Wolbachia apabila kawin dengan jantan tidak Wolbachia akan mengasilkan turunan Wolbachia.

Baca juga: Gelar Aksi Edukasi, GEMAKAN Tolak Penyebaran Nyamuk Wolbachia

"Apabila nyamuk jantan yang ber-Wolbachia kawin dengan nyamuk betina yang tidak ber-Wolbachia maka telur tidak dapat berkembangbiak/telurnya mati sehingga dapat mengurangi populasi nyamuk," jelasnya.

Lebih lanjut, Erlina menerangkan, sistim kerja bakteri Wolbachia yaitu bakteri Wolbachia dalam tubuh nyamuk Aegypti bekerja menghambat replikasi virus dengue dalam tubuh nyamuk sehingga virus tidak dapat ditularkan dari satu orang ke orang yang lain.

"Teknologi nyamuk Aedes Aegepti ber Wolbachia ini telah diimplementasikan di Yogyakarta dimana terbukti efektif menurunkan kasus DBD 77 persen dan mengurangi rawat inap di rumah sakit karena DBD 86 persen," ungkapnya.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved