Lewotobi Erupsi
Lewotobi Erupsi, Organisasi Lintas Wilayah Berkolaborasi Distribusikan Bantuan
Bantuan kebutuhan dasar tadi diterima setiap keluarga dalam bentuk paket Ember Keluarga (family buckets).
Desa Dulipali di Kecamatan Ile Bura dan Desa Klatanlo di Kecamatan Wulanggitang adalah dua desa yang termasuk di dalam kawasan tersebut.
Berjarak sekitar kurang dari 5 kilometer dari Gunung Lewotobi, potensi bahaya erupsi dan banjir lahar dingin masih cukup besar. Dengan demikian keselamatan warga setempat masih perlu menjadi perhatian utama.
Baca juga: Lewotobi Erupsi, HMI Cabang Kupang Gelar Aksi Peduli Bencana
Kendati para pengungsi erupsi Gunung Lewotobi sudah kembali ke rumah masing-masing, sebagian warga yang tinggal di dalam radius erupsi seperti Maria dan keluarganya masih tetap waspada.
Terutama jika hujan deras, mereka masih harus mengungsi ke tempat lain untuk berjaga-jaga dan memastikan keselamatan keluarga masing-masing.
Selain menyasar keluarga secara umum, anak-anak mendapat perhatian khusus dalam aksi kolaborasi lintas organisasi ini.
Karena itu, sembari orangtuanya menerima paket Ember Keluarga, anak-anak mereka diajak untuk terlibat dalam sejumlah kegiatan psikososial.
Dalam kegiatan ini, anak-anak dari Kelompok Belajar dan Taman Kanak-Kanak di dua desa tadi diajak untuk bermain sekaligus belajar tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Tujuannya untuk mengajak anak-anak dalam meningkatkan kepedulian mengenai kebersihan dan kesehatan yang ada di lingkungan masing-masing dan diri sendiri.
“Kegiatan distribusi ini merupakan bentuk dukungan dan bantuan bagi penyintas erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki. Kami tim dari IDEP dan mitra telah melakukan asesmen ke dua desa yakni Dulipali dan Klatanlo untuk menganalisa kebutuhan dan mendata jumlah penyintas. Dari situ kami mulai mendistribusikan bantuan bahan makanan dan peralatan kebersihan pribadi, promosi kesehatan kepada anak, serta pendidikan kebencanaan melalui fun games,” terang Putu Suryawan Nadi selaku Koordinator Program IDEP.
Simulasi kebencanaan juga dipraktikkan bersama anak-anak sehingga mereka dapat mengetahui apa yang harus dilakukan ketika terjadi bencana gempa bumi, atau bencana yang lainnya.
Baca juga: Lewotobi Erupsi, Polres Rote Ndao Jalani Misi Kemanusiaan Bantu Korban di Flores Timur
Mereka juga diajak untuk belajar tentang penanggulangan bencana di level yang paling sederhana, melindungi kepala dan masuk ke kolong meja ketika berada di dalam ruangan, atau mencari tempat yang lebih tinggi ketika terjadi bencana banjir.
Rangkaian kegiatan psikososial ini juga menjadi jembatan kerinduan bagi para guru dan murid yang sudah lebih dari satu bulan masih belum memulai kegiatan belajar-mengajar di ruang kelas.
Tentang IDEP:
IDEP, yang berkantor di Sukawati, Gianyar, Bali, merupakan organisasi non-pemerintah yang didirikan pada tahun 1999.
IDEP mengembangkan model-model ketangguhan masyarakat melalui pelatihan, pendampingan masyarakat, pendistribusian media yang terkait dengan upaya-upaya pelestarian lingkungan, pertanian berkelanjutan dengan pendekatan permakultur, dan penanggulangan bencana berbasis masyarakat.
Kendati merupakan organisasi lokal yang berbasis di Bali, namun selama 24 tahun IDEP telah bekerja di hampir 25 provinsi di Indonesia dan juga di negara-negara lain seperti Pakistan, Filipina, dan Timor Leste.(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.