Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Sabtu 10 Februari 2024 Berjudul Berapa roti Ada Padamu?

Semenjak mudanya Skolastika bercita-cita menjadi seorang biarawati agar lebih total menyerahkan hidupnya kepada Allah dalam doa dan tapa

Editor: Edi Hayong
POS-KUPANG.COM/HO
Bruder Pio Hayon SVD menulis Renungan Harian Katolik untuk Hari Sabtu 10 Februari 2024 

POS-KUPANG.COM- Renungan Harian Katolik berikut ini ditulis Bruder Pio Hayon SVD mengangkat judul, Berapa roti Ada Padamu?.

Renungan Harian Bruder Pio Hayon SVD Sabtu Hari Biasa Pekan V PW. Sta. Skolastika, Perawan merujuk pada Bacaan I, 1Raj. 12:26-32; 13: 33-34, Injil : Mrk. 8: 1-10

Berikut ini teks lengkap renungan yang ditulis, Bruder Pio Hayon SVD.

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Salam damai sejahtera untuk kita semua. Roti itu sudah menjadi bagian dari kehidupan dan menjadi makanan pokok di sebagian besar dari wilayah bagian dunia ini. Maka ketika bicara tentang roti berarti itu masuk dalam kategori hidup harian kita untuk bisa bertahan hidup.

Maka roti itu menjadi hal penting dalam hidup. Dalam konteks alkitab, roti itu pemberi hidup dan kehidupan bagi bangsa Israel dan menjadi tanda kehidupan itu sendiri yang terpatri dalam diri Yesus sang Roti Hidup.

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Di akhir pekan ini, kita kembali disuguhkan dengan bacaan-bacaan suci yang membawa kita pada permenungan dan refleksi kita hari ini. Gereja sejagat secara khusus memperingati Santo Skolastika. Skolastika adalah adik kandung Santo Benediktus, pendiri Ordo Benediktin dan Abbas termasyur biara Monte Kasino.

Semenjak mudanya Skolastika bercita-cita menjadi seorang biarawati agar lebih total menyerahkan hidupnya kepada Allah dalam doa dan tapa. Setelah menjadi seorang biarawati mengikuti jejak kakaknya, ia pun mendirikan sebuah biara tersendiri yang berdekatan dengan biara Monte Kasino.

Banyak wanita lain yang mengikuti Skolastika dan tinggal di biara itu. Kedua kakak beradik itu tetap saling mengunjungi dan meneguhkan. Menjelang ajalnya, Skolastika membujuk Benediktus kakaknya yang kebetulan datang pada saat itu agar menemani dia sambil menceritakan kehidupan orang-orang kudus yang sudah meninggal dunia.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 9 Februari 2024, "Tiga Cara Sukses Mengatasi Rintangan"

Tak lama kemudian, Skolastika meninggal dunia di hadapan kakaknya sendiri. Kisah sederhana tentang Santa Skolastika ini membantu kita untuk melihat bahwa kasih Tuhan luar biasa bagi semua orang yang menaruh harapan dan menggantungkan hidupnya kepada Allah.

Cinta yang besar kepada Allah membuatnya secara khusus menyerahkan dirinya kepada Allah secara sempurna demi satu pelayanan yang total kepada Allah melalui pelayanannya kepada orang banyak.

Pelayanan yang berasal dari kasih dan cinta yang besar itu ditunjukkan Yesus dalam injil hari ini.

Kisah itu bermula dari Yesus yang mulai merasa iba kepada orang banyak itu: “HatiKu tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan merekak tidak mempunyai makanan. Jika mereka Kusuruh pulang ke rumahnya dengan lapar, mereka akan rebah di jalan sebab ada yang datang dari jauh.”

Ketika Yesus menyampaikan niatNya ini kepada para muridNya maka kita pun pasti akan memberi reaksi yang sama dengan melihat situasi dan tempat mereka saat itu. Para murid itu menjawab: “Bagaimana di tempat yang sunyi ini orang dapat memberi mereka roti (untuk makan) sampai kenyang? Para murid menyadari sungguh akan keterbatasan mereka.

Mereka diminta untuk bisa menyiapkan makanan bagi begitu banyak orang dalam situasi dan tempat semacam itu adalah sebuah keniscayaan alias ketidakmungkinan.

Apalagi mereka sendiri juga tidak punya apa-apa untuk bisa dibagikan kepada begitu banyak orang. Dalam situasi seperti ini, Yesus sebenarnya tahu apa yang harus dibuatNya. Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Berapa roti ada padamu?” Pertanyaan ini sederhana sekaligus menyentak karena para murid sudah tak tahu harus berbuat apa.

Dan mereka dengan polos menjawab: “Tujuh”. Jawaban yang polos dan jujur dari para muridNya ini membuat mereka merasa untuk apa dengan tujuh roti ini untuk sekian banyak orang.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 9 Februari 2024, "Bene Omnia Fecit: Ia Menjadikan Segala-galanya Baik"

Namun ketika Yesus memulai beraksi untuk meminta semua orang itu duduk dan mengambil roti itu dan mengucapkan syukur dan memecah-mecahkan lalu memberikan kepada para muridNya untuk dibagikan kepada semua orang yang banyak itu termasuk beberapa ikan dan semua orang makan sampai kenyang bahkan sampai ada yang tersisa.

Yesus mau mengajarkan kepada kita untuk tidak kalah dengan keadaan apapun karena masih ada Dia. Yang terpenting adalah apakah kita masih punya “roti dan ikan” sebagai lambang iman kita kepada Allah.

Tuhan tidak menuntut jumlahnya tetapi apakah masih ada itu iman kita kepadaNya? Apapun yang kecil atau sederhana yang ada pada kita, akan bisa menjadi hal yang besar di tangan  Tuhan

Kita kadang atau bahkan sering andalkan diri kita sendiri, padahal Tuhan selalu ada di dalam hati kita untuk siap membantu kita. Pertanyaanya, masihkah kita punya ‘roti’ yang ada pada kita untuk dipersembahkan kepada Tuhan?

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Pesan untuk kita, pertama: setiap kita pasti mengakui keterbatasan kita sebagai seorang manusia.

Kedua, keterbatasan itu seharusnya membuat kita selalu punya ‘roti iman’ untuk selalu datang kepada Yesus.

Ketiga, karena hanya dalam tangan Tuhan, keterbatasan dan kelemahan kita bisa menjadi sebuah berkat bagi banyak orang.(*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved