Pilpres 2024

Anies Kaget Gaji ASN Naik Jelang Pemilu: Kalau Saya ASN, Pasti Saya Tanya, Kenapa Baru Sekarang?

Anies Baswedan, calon presiden yang diusung Koalisi Perubahan untuk Persatuan, menyoroti keputusan pemerintah yang menaikkan gaji ASN jelang pemilu.

Penulis: Frans Krowin | Editor: Frans Krowin
ISTIMEWA/POS-KUPANG.COM
ANIES KAGET – Calon presiden nomor urut 1, Anies Baswedan menyatakan kaget atas kenaikan gaji ASN yang mulai berlaku mulai Februari. Ia yakin ASN adalah orang-orang kritis yang diam tapi jadi pilar perubahan. 

“Sudah begitu yang memberi juga bukan yang tanda tangan. Yang memberikan adalah pajak dari rakyat," ucapnya.

"Adanya keramaian soal bansos ini, saya berkeyakinan para penerima bansos sekarang makin hati-hati memberikan dukungan pada saat pemilu besok. Kita harapkan itu terjadi, memilih pakai hati nurani,” imbuhnya.

Menurut Anies, membagikan bansos itu sesuai kebutuhan.

“Kebutuhan siapa? Kebutuhan penerima. Bukan kebutuhan pemberi," tegasnya.

"Seperti Anda dikasih makan, daripada saya kasih makan tiga kali sehari, saya kasih makan sekaligus, tiga-tiganya dimakan semua. Bisa enggak gitu?” ujar Anies memberi ilustrasi.

Sudah saatnya, kata Gubernur DKI Jakarta 2017-2022, kita mengembalikan bansos tanpa pamrih. Jangan bansos yang penuh pamrih.

“Kita harus kampanyekan sama-sama bahwa ini adalah uang rakyat. Bukan uang pribadi," ujarnya.

"Saya merasa yakin, makin hari rakyat Indonesia makin kritis. Apalagi semua mengungkapkan soal bansos ini. Mudah-mudahan haknya diterima, tetapi hak suaranya tidak digadaikan,” ucapnya.

Keprihatinan Para Intelektual

Anies juga merespons keprihatinan mayoritas intelektual kampus terhadap kondisi darurat demokrasi saat ini.

Menurut Anies, dalam sistem politik demokrasi, ada saluran-saluran yang dipakai untuk menyuarakan aspirasi masyarakat, yakni DPR dan partai politik.

“Ketika saluran-saluran itu berfungsi, kampus akan berkonsentrasi pada urusan pendidikan dan urusan penelitian. Karena proses politik berjalan," ujarnya.

"Apa yang menjadi aspirasi publik diproses. Namun, ketika yang menjadi aspirasi publik itu tidak lagi diungkapkan oleh partai-partai, dewan, yang terjadi justru penseragaman," imbuhnya.

"Terjadi kemampetan, maka aspirasi itu mencari jalur baru. Kampus menjadi artikulator ketika aspirasi itu mampet,” lanjut Anies.

Dia mengungkapkan, ketika kampus-kampus menyuarakan pendapat, artinya ada aspirasi yang kuat yang mampet, yang tidak diutarakan dalam saluran-saluran politik yang ada.

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved