Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Senin 5 Februari 2024 Bertajuk, Antara Adat-istiadat dan Perintah Allah
Yesus dikritik karena murid-murid-Nya tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang yang telah diwariskan secara turun-temurun
POS-KUPANG.COM- Renungan Harian Katolik berikut ini ditulis RP. John Lewar SVD Tahun B/II: Hari Biasa Pekan V Perayaan Wajib Paulus Miki diberi tajuk, Antara Adat-istiadat dan Perintah Allah.
Renungan ini merujuk pada Bacaan I : 1Raja 8:22-23,27-30, Mazmur 84:3,4,5,10,11m Injil Markus 7:1-13
Berikut ini teks lengkap Renungan Harian Katolik ditulis oleh RP. John Lewar SVD.
Saudari-saudaraku yang terkasih dalam Kristus.
Rombongan orang Farisi dan ahli Taurat dari Yerusalem menemui Tuhan Yesus untuk mempertanyakan tindakan murid-murid-Nya. Mereka mengkritik Yesus karena tindakan para murid. Kritikan ini dilandasi pandangan bahwa seorang guru bertanggung jawab atas sikap dan tindakan para muridnya.
Yesus dikritik karena murid-murid-Nya tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang yang telah diwariskan secara turun-temurun. Adat mana yang dilanggar?. Menurut catatan Markus, para murid makan dengan tangan yang tidak dibasuh, tangan kotor dan tercemar.
Di balik adat-istiadat itu, ada keyakinan bahwa jika tangan itu najis, maka segala sesuatu yang disentuh akan menjadi najis pula. Jika seseorang makan sesuatu yang najis, maka dirinya akan menjadi najis.
Karena itu, mencuci tangan adalah keharusan agama. Namun, bagi Tuhan Yesus, hal yang menajiskan orang bukanlah apa yang masuk ke dalamnya, melainkan apa yang keluar darinya (Mrk.7:20).
Baca juga: Renungan Harian Katolik Selasa 6 Februari 2024, Hatinya Jauh dari PadaKu
Bagaimana Yesus menanggapi kritikan itu? Dia menyatakan bahwa tuntutan untuk membasuh tangan sebelum makan adalah adat istiadat manusia, bukan perintah dan firman Allah. Dikatakan adat istiadat manusia karena hukum Taurat tidak menuntut hal itu.
Pembasuhan tangan dan kaki hanya dituntut oleh Taurat bagi para imam sebelum mereka memasuki Kemah Pertemuan dan mempersembahkan kurban
(Keluaran 30:19-21; 40:12, 30-32; Imamat 22:1-6). Mereka dituntut juga untuk bersih secara ritual sebelum makan hewan kurban yang menjadi bagian mereka (Bilangan 18:11-13).
Yesus mengecam orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu sebagai orangorang munafik. Mereka memutarbalikkan hukum Taurat untuk tujuan dan kepentingan mereka sendiri. Mereka mengutamakan hal lahiriah saja.
Menurut Tuhan Yesus, mereka hanya seperti orang Yahudi di zaman Yesaya yang hanya memuliakan Allah dengan bibir padahal hatinya jauh dari Allah. “Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya tetap jauh dari Aku.
Percuma mereka beribadah kepada-Ku, karena ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan dan adat istiadat manusia kamu pegang” (bdk. Yes. 29:31). Dengan itu, Yesus menggarisbawahi dua hal, yakni bahwa mereka memuliakan Allah hanya di bibir, dan bahwa mereka meninggalkan
perintah Allah demi adat istiadat manusia.
Perintah Allah sendiri malah diabaikan. Hukum mereka taati secara harafiah, tetapi mereka gagal untuk mencintai dan mentaati perintah Allah dengan hati mereka.
Contemplasi:
Berhadapan dengan hukum dan peraturan, Yesus ingin menanamkan dasar yang kuat. Yesus ingin mengingatkan semua orang bahwa hukum yang dibuat oleh manusia haruslah lahir dari Hukum Allah sendiri, yakni Hukum kasih. Jika ada hukum dan peraturan yang menyusahkan manusia, maka harus ditinjau kembali.
Dengan tegas Yesus mengkritik semua orang yang meremehkan Hukum Allah dan mementingkan aturan manusia. Apalagi yang seringkali terjadi, peraturan itu hanya menguntungkan sebagian orang. Dalam hal ini Yesus tidak ingin kompromi.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Selasa 6 Februari 2024, "Peringatan Santo Paulus Miki, Imam dan Martir"
Menurut Mochtar Lubis, salah satu ciri manusia Indonesia adalah hipokrit alias munafik. Lain perkataan, lain pula yang dilakukan; lain di bibir, lain pula di hati; itulah kira-kira gambaran orang yang munafik. Apa yang tampak dibuat sedemikian baik, tetapi hatinya busuk.
Kita seringkali bertindak seperti Ahli Taurat dan kaum Farisi yang begitu giat dan tekun memelihara peraturan semata tetapi mengabaikan hati yang mencinta akan Allah. Mari kita berani melawan arus.
Doa:
Ya Allah Bapa kami Yang Mahabaik, bantulah kami untuk menyesuaikan diri dengan rencana dan kehendakMu. Kami membuka hati bagiMu, temanilah perjalanan kami agar tidak ikut arus dunia yang semakin menggoda ini. Semoga aku dapat menjadi pembela Hukum KasihMu. Demi Kristus Tuhan kami...Amin.
Sahabatku yang terkasih, Selamat Hari Selasa. Salam doa dan berkatku untukmu dan keluarga di mana saja berada: Bapa dan Putera dan Roh Kudus...Amin.(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.