Pilpres 2024

Pakar Tinjau Sila Kelima Bagi NTT Jelang Debat Capres 

Jika pembangunan dari dilihat dari kacamata korporasi, maka NTT maupun kawasan Indonesia Timur, tentu tidak menarik untuk dibangun. 

Penulis: Irfan Hoi | Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/HO
Podcast Pos Kupang menjelang debat kelima capres. Dua pakar meninjau konsep sila kelima bagi pembangunan di NTT. 

Berkaca dari rata-rata lama sekolah penduduk di NTT hampir 7-12 tahun atau hanya tamat sampai ke SMP. Dr. Fritz Fanggidae menilai NTT tidak menikmati bonus demografi saat ini. Sebab, melihat dari sisi umur, NTT diibaratkan piramida. 

NTT baru bisa merasakan hal itu 15 tahun lagi ketika daerah lain sudah selesai menikmati masa itu. Capres harus mampu mengerjakan itu dengan solusi mumpuni, untuk NTT maupun daerah lainnya. 

Dr. Fritz Fanggidae menegaskan, kenikmatan bonus demografi pun harusnya tidak berlarut. Tujuannya agar tenaga kerja bisa menciptakan lapangan kerja untuk diri sendiri. 

Dalam konsep ekonomi biru dan hijau, NTT punya ragam potensi sebagai kekuatan. Namun, perlu ada sebuah rancangan yang baku, memberi dampak positif ke masyarakat. 

Masyarakat NTT, kata dia, memang punya sikap untuk menerima berbagai pembangunan. Tetapi bila ada penolakan seperti di pertambangan atau investasi, ia menyebut perlu ditelisik lebih jauh. 

Paradigma yang timbul cenderung melihat investasi sebagai bagian dari pengambilalihan tempat. Padahal harusnya, ada solusi tengah sehingga masyarakat pun mendapat tempat dan bagian dari hal itu. 

Kekayaan NTT seperti panas bumi hingga potensi angin dan sinar matahari, bisa menjadi modal besar menggaet investasi, selain adanya visi Indonesia tentang pengurangan emisi karbon. (fan)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

 

 

Sumber: Pos Kupang
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved