Pilpres 2024

Pakar Tinjau Sila Kelima Bagi NTT Jelang Debat Capres 

Jika pembangunan dari dilihat dari kacamata korporasi, maka NTT maupun kawasan Indonesia Timur, tentu tidak menarik untuk dibangun. 

Penulis: Irfan Hoi | Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/HO
Podcast Pos Kupang menjelang debat kelima capres. Dua pakar meninjau konsep sila kelima bagi pembangunan di NTT. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi 

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Dua pakar di NTT meninjau lebih jauh konsep sila kelima. Analisa kedua akademisi itu disampaikan menjelang debat kelima capres yang diselenggarakan KPU RI, Minggu (4/2/2024). 

Adapun Podcast Pos Kupang yang terhubung dengan Tribunnews, Minggu petang itu menghadirkan Yohanes Jimmy Nami, pakar politik Undana Kupang dan Dr. Fritz Fanggidae, pakar ekonomi dari UKAW Kupang. 

Dalam acara itu, News Vice Directory, Domu Amabarita menanyakan keselarasan sila kelima di pembangunan NTT. 

Menurut Jimmy Nami, bila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, seperti yang tercermin dalam sila ke lima dikaitkan dengan konteks pembangunan di NTT, maka harus diperiksa lagi. 

Jika pembangunan dari dilihat dari kacamata korporasi, maka NTT maupun kawasan Indonesia Timur, tentu tidak menarik untuk dibangun. 

"Karena industri tidak berkontribusi baik secara langsung di NTT ataupun, dari sisi jumlah penduduk dari sisi politik tidak signifikan juga," sebutnya ketika dialog bersama Tribunnews.com, jelang debat capres kelima, Minggu (4/2/2024). 

Pada pembangunan Indonesia, terlebih di NTT sejak kepemimpinan Jokowi paling tidak ada sentuhan yang merambah ke NTT. Sehingga, ketiga capres ini harus memiliki lompatan gagasan yang lebih jauh. 

Jimmy Nami menyebut, harusnya NTT tidak saja melulu menjadi proyek percontohan dari pekerjaan nasional.

Program yang dikerjakan mestinya memikirkan aspek keberlanjutan ketimbang hanya sekedar menjadikan ujicoba. 

Ia mengkritisi program food estate yang dua tahun lalu pernah diriset. Temuan dari pihaknya terlihat bahwa masyarakat cenderung hanya menjadi penonton dari salah satu unggulan Presiden Jokowi. 

"Kita berterima kasih ada proyek yang ditempatkan di NTT. Tapi jangan hanya ditempatkan sebagai 'proyek'. Harus ada kemasan yang kita butuh masyarakat terlibat langsung di dalamnya. Tidak hanya seremonial saja," ujarnya. 

Baca juga: Debat Capres - Ganjar Pranowo Janji Sediakan 1 Faskes dan 1 Nakes di Tiap Desa

Pengamat ekonomi Dr. Fritz Fanggidae kemudian membicarakan tentang fakta ratusan orang dari NTT meninggal dunia di luar negeri sebagai pekerja migran. Penyebabnya karena lapangan kerja terbatas dan ekonomi masyarakat yang rendah. 

Sehingga, para capres harus mampu menerjemahkan gagasan saat ini untuk lebih operasional. Hal itu supaya masalah ketenagakerjaan bisa teratasi dengan terciptanya lapangan kerja dan pertumbuhan usaha baru. 

"Salah satu diagnostik yang dilakukan Bappenas terhadap NTT adalah bahwa salah satu kelemahan NTT yang membuat pertumbuhan kita rendah, tidak maksimal adalah kelemahan di bidang SDM, ketenagakerjaan," ujarnya. 

Sumber: Pos Kupang
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved