Pilpres 2024

Opini: Propaganda Menang Satu Putaran Pilpres 2024 dalam Teori Big Lie Goebbels

Perbedaan pilihan politik tentu saja bisa menghancurkan fondasi humanisme dan kebersamaan sebagai anak bangsa. Dampaknya sangat terasa

Editor: Agustinus Sape
POS-KUPANG.COM/HO
Direktur U-Genius Institut Kefamenanu, Apolonius Anas. 

Kedua, manipulasi data dan survei. Penggunaan data dan survei yang mungkin diarahkan untuk menunjukkan keunggulan kandidat tertentu dapat membentuk citra bahwa kemenangan pasti dapat diraih dalam satu putaran. Perang survey semakin membabi buta. Puluhan lembaga survey saling salib merilis hasil surveynya tiap saat. Bagi sebagian masyarakat pemilih, hasil survey itu sudah dianggap sebagai kebenaran mutlak karena sudah disampaikan secara berulang ulang.

Namun menurut beberapa pihak akademis(ahli survey) yang terpercaya telah meragukan kualitas dan validitas hasil survey yang dirilis. Banyak yang menduga lembaga survey telah terlibat dalam meng-endorse dan mencicipi dukungan finansial paslon tertentu sehingga sebisa mungkin mengelabui fakta sebenarnya dari hasil survey yang mereka jalankan.

Ketiga, Kampanye Media Sosial. Propaganda "Menang Satu Putaran" seringkali diperkuat melalui kampanye media sosial yang agresif. Pesan-pesan yang menekankan keunggulan tanpa pertimbangan serius dapat menjadi instrumen kuat dalam membentuk opini masyarakat. Dengan kondisi masyarakat yang minim literasi, tentu anggapan semacam itu sebagai kebenaran mutlak.

Munculnya praktek propaganda menang satu putaran di atas sejalan dengan gagasan Paul Joseph Goebbels seorang penulis dan intelektual yang terlibat dalam politik sayap kiri di era Nazi. Ia adalah juru taktik dalam rezim Nazi di Jerman yang memegang peran vital dalam memajukan ideologi Hitler dan menjalankan kampanye propaganda . "

"Argumentum ad nausem" atau lebih dikenal sebagai teknik "Big Lie" (kebohongan besar) sebagai salah satu kepiawaiannya dalam menjalankan taktik propaganda.

Taktik propaganda Goebbels cukup ampuh karena mampu mengubah wajah negara selama era Nazi. Ia membawa keahliannya dalam propaganda ke puncak kekuasaan.

Bergabung secara resmi dengan Partai Nazi pada tahun 1924, Goebbels menggunakan keterampilan propagandanya untuk membentuk opini publik, memanipulasi narasi, dan menciptakan sentimen anti-Semit yang kuat.

Joseph Goebbels memiliki beberapa pernyataan kunci tentang propaganda yang mencerminkan pandangannya terhadap kekuatan dan peran propaganda. Salah satu pernyataan terkenalnya yakni propaganda harus populer dan dapat diterima oleh massa, bukan hanya intelektual. Tujuan propaganda bukanlah untuk menemukan kebenaran intelektual, melainkan untuk mempengaruhi opini publik dengan pesan yang mudah dimengerti dan diterima oleh banyak orang.

Pernyataan ini mencerminkan pendekatan Goebbels yang lebih fokus pada emosi, daya tarik massa, dan penyampaian pesan yang sederhana untuk mencapai tujuan politik Nazi. Propaganda bagi Goebbels adalah alat untuk membentuk persepsi dan memanipulasi opini publik, bukan untuk menyajikan kebenaran intelektual.

Apa yang diajarkan oleh Josep Goebbles di atas hampir sama dengan teknik propaganda para konsultan politik paslon tertentu jelang pilpres yang menggaungkan menang satu putaran. Mereka secara berkala masuk ke berbagai media di Indonesia menarasikan, membentuk persepsi dan memanipulasi opini publik, bukan untuk menyajikan kebenaran intelektual.

Inilah tujuan para propaganda yakni mematikan ruang berpikir karena ruang berpikir berupa nalar kritis masyarakat sudah dibius oleh bahasa propaganda. Dampak dari fenomena ini adalah potensi menurunkan partisipasi pemilih dalam putaran kedua, karena mereka mungkin merasa bahwa hasil sudah ditentukan.

Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan literasi politik dan kesadaran masyarakat terhadap serangan propaganda menang satu putaran sehingga mereka dapat membuat keputusan yang lebih informational dan berbasis fakta.

Penting untuk menciptakan ruang diskusi yang sehat dan adil, mengedepankan nilai-nilai demokrasi yang menghargai proses pemilihan dan memberikan setiap kandidat kesempatan yang sama untuk bersaing.

Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap propaganda semacam ini, kita dapat membangun sistem politik yang lebih kuat dan transparan di masa depan. Maka diperlukan ketahanan diri dari para pemilih bahwa apapun bunyi bahasa propaganda dari konsultan politik mestinya tetap setia pada putusan suara hati.*

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved