Liputan Khusus

Begini Kata Pengamat Soal Anak Kaskostrad Mengajar Bahasa Indonesia di Perbatasan Timor Leste

Wulakada menyebut hal tersebut sebagai langkah ini sangat positif, terutama untuk daerah yang memiliki keterbatasan dan terkategori sebagai daerah 3T

Penulis: Agustinus Tanggur | Editor: Ryan Nong
POS-KUPANG.COM/HO
Letda Archi, Danpos Nanaenoe Satgas Pamtas Yonif 742/SWY Sektor Timur dan anggota mengajar bahasa Indonesia bagi siswa SD di perbatasan Timor Leste 

POS-KUPANG.COM, Atambua - Pengamat Pendidikan Undana Kupang, Dr. Hamza H Wulakada memberi apresiasi terhadap dukungan yang diberikan anggota TNI, Letda Inf Mahandiva Archi anggota TNI dan elemen lainnya dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di daerah-daerah perbatasan Indonesia-Timor Leste (RDTL).

Wulakada menyebut hal tersebut sebagai langkah ini sangat positif, terutama untuk daerah yang memiliki keterbatasan dan terkategori sebagai daerah 3T (terdepan,terluar dan tertinggal).

Dia menyebut bahwa program itu merupakan bagian dari upaya Satgas Pamtas 742/SWY dalam mendukung operasi militer selain perang (OMSP).

Baca juga: Anak Kaskostrad Mengajar di Perbatasan Timor Leste, Begini Respon Pemerintah Kabupaten Belu 

Dia menekankan pada kehadiran TNI, terutama dalam memberikan kontribusi sebagai tenaga pendidik di sekolah-sekolah di perbatasan, memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

"Menurut saya, meskipun program ini baru dimulai dalam beberapa tahun terakhir, mesti memerlukan pelibatan dan kolaborasi lebih lanjut dengan berbagai elemen terkait. Program ini jangan hanya fokus pada kegiatan belajar-mengajar di sekolah, tetapi juga perlu memperhatikan aspek-aspek lain seperti peningkatan infrastruktur pendidikan, pemberdayaan masyarakat perbatasan, dan pendekatan khusus yang sesuai kondisi geopolitik di tingkat perbatasan," kata Wulakada. 

Ia mengajak untuk terus melakukan kolaborasi termasuk dengan dinas pendidikan setempat dan elemen masyarakat. Menurut dia, program tersebut perlu memperhatikan keberlanjutan, bukan hanya sebagai kegiatan sementara. 

"Perlu diingat bahwa kegiatan ini perlu pendekatan kurikulum dan metode pengajaran sesuai kebutuhan peserta didik di daerah perbatasan," lanjut Wulakada.

Kolaborasi yang baik, lanjut dia, dapat terjadi jika program itu tidak hanya dilihat dari aspek substansial di kelas, tetapi juga memperhatikan dukungan infrastruktur, pemberdayaan masyarakat, dan muatan lokal yang relevan dengan kebutuhan daerah perbatasan.

"Saya berharap program ini dapat terus dikembangkan dan disesuaikan dengan dinamika dan kebutuhan pendidikan di wilayah perbatasan. Karena itu, perlunya koordinasi yang baik antara pihak-pihak terkait, serta pelibatan ahli pendidikan dan ekspert lokal untuk memastikan keberlanjutan dan kesuksesan program pendidikan di daerah perbatasan," pungkas dia. 

Diberitakan sebelumnya, Letda Inf Mahandiva Archi, anak dari Mayjen TNI Farid Makruf, Kepala Staf Kostrad (Kaskostrad) TNI Angkatan Darat, ikut mengajar di SDI Nanaenoe, Kecamatan Nanaet Duabesi, Kabupaten Belu perbatasan Indonesia-Timor Leste (RI-RDTL).

Adapun Letda Archi, merupakan anggota TNI yang tergabung dalam Satgas Pamtas 742 SWY Sektor Timur. Perwira rendah yang juga menjabat sebagai Danpos Nanaenoe Satgas Pamtas Yonif 742/SWY Sektor Timur itu bersama anggota satuan membantu proses pembelajaran setiap hari Senin dan Rabu, serta waktu senggang mereka.

Selain SD Nanaenoe, mereka juga terlibat dalam kegiatan mengajar di SMP Laktutus.

Letda Inf Archi menyebutkan, selain menjalankan tugas menjaga perbatasan, pihaknya juga melaksanakan tugas teritorial dengan turut serta membantu dalam bidang pendidikan di SD Nanaenoe.

"Tujuan utama kita membantu mengajar ini adalah untuk memberikan kontribusi positif kepada masyarakat di sekitar Nanaenoe, khususnya dalam menyiapkan generasi muda agar memiliki potensi untuk maju dan berkembang di masa depan," ungkap Letda Archi, Sabtu (20/1).

Letda Archi menjelaskan, materi yang diajarkan tidak hanya terbatas pada pelajaran akademis seperti Matematika dan Bahasa Indonesia, tetapi juga mengajar wawasan kebangsaan mencakup pelatihan baris berbaris, yel-yel, dengan tujuan memberikan semangat kepada anak-anak.

"Kondisi nyata saat ini menunjukkan bahwa banyak anak-anak yang belum lancar berbahasa Indonesia, namun lebih fasih dalam bahasa daerah. Dengan harapan, ke depannya mereka sudah bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan lancar ketika ingin melanjutkan sekolah ke daerah lain," tambah Letda Archi.

Menurutnya, usia SD seperti ini tentunya sangat penting diberikan bekal wawasan kebangsaan yang memadai untuk mewarnai perjalanannya meraih cita-cita di masa yang akan datang guna tumbuhkan rasa bela negara, dan rasa cinta tanah air.

"Pemberian pengetahuan wawasan kebangsaan kepada murid SD materinya kami sesuaikan dengan levelnya/kemampuan daya pikir anak setingkatnya. Tentunya dengan pola mengajak kembali untuk mengingat nama para pahlawan nasional serta perjuangannya, menyanyikan lagu-lagu nasional, tanamkan nilai-nilai saling menghormati, kesetiakawanan, dan sopan santun serta memotivasi meningkatkan minat belajar sebagai bagian dari perjuangan adik-adik siswa-siswi sekolah dasar untuk meraih cita-citanya," jelasnya.

Letda Archi mengakui bahwa respons yang diterima dari anak-anak dan pihak sekolah sangat baik. "Anak-anak menunjukkan antusiasme yang tinggi dalam mengikuti pelajaran yang diberikan," pungkasnya.

 

Lebih tertib dan disiplin

Kegiatan perbantuan tenaga pendidik yang dilakukan Danpos Nananoe dan anggota Satgas 742/SWY mendapat respon positif dari guru, orangtua, dan murid SD Inpres Nananoe.

Diana Moni, murid kelas 6 SDI Nanaenoe, menyampaikan terima kasih atas kehadiran TNI di sekolah. Menurutnya, kehadiran TNI membuat dirinya menjadi lebih tertib dan memberikan banyak pelajaran yang bermakna bagi anak-anak SD Inpres Nanaenoe untuk mengejar cita-cita.

"Harapan kami Bapak TNI harus selalu hadir, mengayomi, dan memberikan kami lebih banyak pelajaran. Terima kasih untuk Bapak TNI," ungkap Diana Moni. Rabu (24/1).

Mateus Kehi, orangtua murid, juga mengucapkan terima kasih atas kegiatan yang dilakukan anggota Pos Nananoe. Ia berharap kegiatan tersebut dapat berlanjut terus dan mengakui bahwa kehadiran anggota pos Nananoe dapat meningkatkan semangat belajar anak-anak dan antusiasme mereka untuk menjadi lebih baik.

Kepala Sekolah SDI Nanaenoe, Paulus Seran turut menyampaikan terima kasih kepada prajurit Satgas 742/SWY yang membantu mengajar siswa di sekolah.

Ia menyatakan kebanggaan dan terima kasih karena TNI tidak hanya bertugas menjaga perbatasan, tetapi juga membantu mencerdaskan generasi muda di Nanaenoe. "Anggota Satgas yang membantu mengajar ini melihat jam kosong di kelas dan kami mengizinkan mereka untuk mengajar anak-anak. Mereka mengajar Matematika, Bahasa Indonesia, dan IPA. Kami menyambut baik kolaborasi antara TNI dan sekolah demi memajukan pendidikan di Kabupaten Belu," pungkasnya.

 

Jadi pagar hidup

Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia di wilayah perbatasan, Dansatgas 742/SWY Sektor Timur, Mayor Inf Trijuang Danarjati menyampaikan, program tenaga pendidik di sekolah-sekolah, terutama di wilayah perbatasan, menjadi bagian integral dari program Satgas Pamtas.

Program ini dilaksanakan di seluruh jajaran sebagai bagian dari komitmen untuk berperan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di wilayah perbatasan.

"Program pengajar ini tidak hanya berfokus pada materi pelajaran sekolah, tetapi juga mencakup materi-materi kebangsaan. Kami juga melibatkan kegiatan peningkatan disiplin, seperti kegiatan baris-berbaris, dan melakukan sosialisasi budaya hidup sehat. Kami juga memberikan perhatian khusus terhadap kerapian. Salah satu program yang kami terapkan adalah 'Angkat Rambut Gratis' untuk siswa di SD dan SMP," jelas Mayor Inf Trijuang saat dihubungi Pos Kupang, Rabu (24/1).

Dalam menjalankan tugas pokok utama menjaga wilayah perbatasan, Satgas menyadari bahwa fokus hanya pada patroli dan kegiatan teritorial tidak cukup. Oleh karena itu, mereka berupaya membangun hubungan positif dengan masyarakat setempat agar keberadaan mereka diakui dan diterima.

"Kami memiliki tugas utama menjaga wilayah perbatasan, namun mencapai tujuan tersebut tidak hanya melalui tugas patroli dan kegiatan teritorial. Kami berusaha menjalin hubungan baik dengan masyarakat agar keberadaan kami diterima, dan masyarakat di sekitar wilayah perbatasan menjadi pagar hidup bagi wilayah tersebut," tambahnya.

Menurutnya, persiapan anggota yang terlibat dalam kegiatan tenaga pendidik sangat penting. Sebeb, mereka harus siap dengan bekal pengetahuan yang akan disampaikan di sekolah. Pihaknya juga menekankan pentingnya menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, terutama penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran.

"Kita harus menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Sekarang ini, kita sudah masuk dalam era digital. Oleh karena itu, pada kegiatan belajar mengajar di sekolah, kita harus menggunakan sarana dan instrumen modern, seperti proyektor dan komputer. Anggota kita harus dikenalkan dengan teknologi ini agar dapat mengikuti perkembangan zaman," tutupnya. (cr23)

 

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved