Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Rabu 17 Januari 2024, Berbuat Baik atau Jahat
Kepada orang-orang tersebut Antonius senantiasa memberikan nasehatinya, dimana salah satu nasehatnya dan mendapat peneguhan iman
POS-KUPANG.COM- Renungan Harian Katolik berikut ini ditulis Bruder Pio Hayon SVD mengangkat judul, Berbuat Baik atau Jahat.
Renungan Harian Bruder Pio Hayon SVD Hari Rabu Biasa Pekan II PW Sto. Antonius Abas merujuk pada Bacaan I: 1 Sam.17:32-33.37.40-51 dan Injil: Mrk.3:1-6
Berikut ini teks lengkap renungan dari Bruder Pio Hayon SVD.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Salam damai sejahtera untuk kita semua. Dualisme dalam kehidupan manusia selalu hadir dalam diri manusia seperti satu uang koin dengan dua mata logamnya.
Satu manusia dengan dua sisi kehidupan. Tinggal saja memilih mana yang menurutnya cocok untuk dilakukan. Tentunya kita pastikan bahwa semua orang akan memilih berbuat baik dari pada berbuat jahat.
Namun itu baru konsep, keputusan untuk memilih satu di antara dua itu selalu menjadi sebuah pergulatan manusia sampai kapanpun dan tak jarang kita lebih memilih berbuat jahat dengan dalil rasionalisasi kita.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Hari ini kita memasuki hari biasa pekan kedua. Dan gereja hari ini memperingati Santo Antornius Abas. Dia hidup dari tahun 250 dan meninggal tahun 356. Antonius seorang pemuda dari Mesir.
Antonius seorang pemuda yang kaya raya, karena mendapatkan harta dari orang tuanya, yang meninggal pada saat Antonius berumur 20 tahun.Antonius membagi semua hartanya kepada oran-orang Miskin.
Kemudian ia hidup lebih dekat dengan Tuhan dengan bertapa, berdoa dan bermatiraga. Antonius bermaksud mengarahkan seluruh perhatiannya pada usaha menjalin hubungan mesra dengan Allah melalui doa-doa, meditasi dan bertapa.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 17 Januari 2024, Mengatasi Rasa Cemas dan Takut
Semua ini menjadikan Antonius kepada suatu tingkat hidup spritualitas rohani yang tinggi dan menjadikan dia seorang pendoa yang handal. Banyak sekali orang-orang pada waktu itu mendatanginya dengan berbagai macam permasalahan hidupnya.
Kepada orang-orang tersebut Antonius senantiasa memberikan nasehatinya, dimana salah satu nasehatnya dan mendapat peneguhan iman: "kamu mengetahui pandangan-pandangan Setan yang menyesatkan.
Kamu mengetahui kekuatan dan kelemahan setan, menghadapi semua itu, Percayakanlah kepercayaanmu kepada Yesus Kristus. Percayalah bahwa akhirnya kamu akan menang atas segala kejahatan". Antonius tidak hanya memusatkan perhatian kepada kontemplasi dan meditasi saja, akan tetapi juga pada pembelaan iman Katolik.
Antonius juga tercatat dua kali pergi ke Alexandria untuk menghibur dan meneguhkan saudara-saudara seiman yang mendapat tantangan dari kaum Arian yang sesat.
Pola hidupnya yang benar ditunjukkan oleh Santo Antonius entah lewat doa-doa dan kontemplasinya yang ketat tetapi juga terlebih membantu orang miskin dan memperkaya orang-orang kristen yang dilanda guncangan iman.
Praktek pelaksanaan iman yang benar inilah yang diangkat Yesus dalam injil hari ini. Yesus dengan orang Farisi yang selalu mempertahankan tradisi sampai melupakan inti dari tradisi itu sendiri.
Seperti kemarin dan hari ini, masih berkutat seputaran hari Sabat. Kalau kemarin soal para murid Yesus yang memetik bulir gandum pada hari Sabat, hari ini tentang Yesus yang menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat.
Dikisahkan bahwa Yesus sedang mengajar di rumah ibadat dan di situ ada orang yang sakit mati sebelah tangannya. Sebenarnya tidak ada persoalan apa-apa, karena Yesus datang untuk mengajar di rumah ibadat itu.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Selasa 16 Januari 2024, Hari Sabat Diadakan untuk Manusia
Menjadi masalah ketika orang-orang Farisi itu mengamat-amati Yesus yang sedang mengajar itu jangan sampai juga menyembuhkan orang yang sakit itu. Dengan cara itu, mereka dapat mempersalahkan Yesus karena telah menyembuhkan orang pada hari Sabat.
Namun Yesus tahu apa yang mereka pikirkan itu dan Yesus akhirnya tetap menyembuhkan orang yang sakit itu. Kita gampang sekali “mencurigai” orang lain ketika orang lain berbuat baik.
Kebaikan itu bisa dimanipulasi sebagai sebuah bentuk perlawanan terhadap “tradisi yang kaku” dan yang lebih pentingkan tradisi dan lupa melakukan kebaikan.
Yesus sendiri tidak pernah mempersalahkan tradisi, tetapi cara orang-orang Farisi memperlakukan tradisi itu dengan begitu banyak aturan tambahan hanya dengan tujuan untuk menjerat orang.
Banyak juga di antara kita yang berpola tingkah laku yang sama seperti orang Farisi itu. Kecenderungan kita adalah hanya untuk mencari-cari kesalahan orang lain dengan mengamat-amati pergerakan orang lain hanya untuk mendapatkan kesalahan mereka.
Kita hanya membuang begitu banyak energi hanya untuk mencari cela dan salah orang lain. Padahal Yesus dalam kisah ini sudah mengingatkan kita untuk berbuat baik dan bukan berbuat jahat pada hari Sabat.
Kita selalu disodorkan untuk memilih berbuat baik atau berbuat jahat. Marilah kita belajar dari Yesus untuk selalu berbuat baik dalam hidup kita.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Pesan untuk kita, pertama: Kita semua terpanggil untuk menjadi saksi tentang kebaikan dan kebenaran. Kedua, doa itu penting, tetapi harus bisa diaplikasikan dalam hidup. Ketiga, tetap berbuat baiklah selalu entah baik atau buruk situasinya.(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.