Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Selasa 16 Januari 2024, Hari Sabat Diadakan untuk Manusia
Kita juga berhadapan dengan polemik tentang hari Sabat. Sabat atau Sabbath dalam bahasa Ibrani berarti: break, Istirahat atau rest.
POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Selasa 16 Januari 2024 dengan judul Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk Hari Sabat.
Renungan Harian Katolik Selasa 16 Januari 2024 dengan judul Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk Hari Sabat ditulis oleh RD Ambros Ladjar.
Renungan Harian Katolik Selasa 16 Januari 2024, merupakan Hari Selasa Pekan Biasa II, 16 Januari 2024 dan mengacu dalam Bacaan: 1Sam 16: 1-13 dan Bacaan Injil: Markus 2: 23-28.
Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk Hari Sabat. Bacaan Injil: Markus 2: 23-28.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 15 Januari 2024, Pesta Santo Arnoldus Janssen
Kebiasaan kita membuat RAB (Rencana Anggaran Biaya) kegiatan apapun bentuknya sudah terbayang di benak kerangka dasar acuannya. Ada pos Pendapatan dan pos Pengeluaran.
Terkadang juga penting walaupun tak menjadi dominan yakni soal anggaran tak terduga, aspek tambahan yang tak kalah pentingnya.
Namanya juga kegiatan maka pasti ada saja hal baru yang terpikirkan kemudian dan juga penting. Pada saat evaluasi sering diperdebatkan karena ternyata posturnya ini lebih besar.
Kita juga berhadapan hari ini dengan polemik tentang hari Sabat. Sabat atau Sabbath dalam bahasa Ibrani berarti: break, Istirahat atau rest.
Sejatinya hari Sabat adalah suatu hari istimewa untuk istirahat yang dihitung sejak jumad malam hingga Sabtu malam.
Hari Sabat itu secara khusus diadakan untuk beribadah kepada Yahwe dengan berbagai tingkat keterlibatan dalam Yudaisme.
Hal ini mendapat penegasan dalam Kitab Keluaran 20: 9-11 sekaligus perintah bagi orang Israel untuk merayakan Sabat itu dalam Kitab Keluaran 31: 13-16.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 15 Januari 2024, Anggur Baru
Yesus tak untuk bermaksud melawan segala kebiasaan yang sudah lama berlaku di kalangan orang Yahudi. Sebaliknya IA memberi ruang gerak yang cukup luas bagi mereka.
Dalam kisah Injil ada hal yang kasuistik karena orang yang menyertai DIA lapar. Hal ini pun sesuai pemgalaman Daud sendiri yang dikejar Saul maka penat dan lapar sehingga ia ambil dan makan roti sajian yang hanya bisa dimakan para imam yang juga manusia.
Pengalaman yang serupa banyak kali membuat dilema dalam mengambil keputusan. Memang semua itu sudah dibicarakan dalam ajaran gereja yang merupakan implementasi Kitab Suci. Akan tetapi kita diharapkan agar lebih berlaku manusiawi dalam sikap.
Penegekan aturan yang mengabaikan aspek kemanusian adalah pelanggaran hak azasi.
Seperti apakah sikap saya sendiri ketika berhadapan dengan soal serupa ini?
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.