Berita Rote Ndao
Pasutri Asal Rote Ndao Sekolahkan Anak Hingga Perguruan Tinggi dari Jualan Kain Tenun
Dari uang hasil penjualan tenun, Derbi dan Ditia mampu menyekolahkan anak sulung mereka hingga ke jenjang perguruan tinggi.
Penulis: Mario Giovani Teti | Editor: Rosalina Woso
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Mario Giovani Teti
POS-KUPANG.COM, BA'A - Kisah inspiratif kalI ini dari di Pulau Selatan NKRI, Pulau Rote.
Pasangan suami-istri atau pasutri yang berdomisili di kampung pinggiran kota, sebelah kali, Kelurahan Namodale, Kecamatan Lobalain, Kabupaten Rote Ndao.
Jarak pemukiman Sebelah Kali dari jantung Kota Ba'a kira-kira 750 meter dengan waktu tempuh dua menit.
Melewati Gereja St. Kristoforus Ba'a sejauh 300 meter, lalu belok kiri ke seberang jalan.
Pasutri itu bernama Derbi Yami dan Ditia Fandu.
Baca juga: Dana Desa Telah Dialokasikan, Kadis PMD Rote Ndao Target 30 Desa Lebih Dahulu Tetapkan APBDes
Desiran angin pantai disertai lembutnya rayuan ombak merapikan simpul benang di genggaman Ditia Fandu.
Ditia nampak sedang merajut benang terindah bermotif daun lontar dengan tangan maju mundur seirama menyatukan sejumlah benang yang disusun berbaris sembari menunggu giliran.
Ditia, penenun kain tradisional orang Rote, bekerja keras melawan tantangan zaman.
Apa boleh buat, ibu dari lima orang anak ini melestarikan kearifan lokal orang Rote lewat tenun ikatnya.
"Saya menenun sejak dari kecil. Ini pekerjaan turun temurun dari orang tua saya," ungkap Ditia Fandu, Senin, 15 Januari 2024.
Dalam sebulan, Ditia mampu menyelesaikan selembar sarung atau selimut tenun ikat.
Selain sarung atau selimut, Ditia juga menenun kain selempang. Sekali menenun, dia mampu menghasilkan enam lembar kain selempang.
Ditia menjual hasil tenunannya di beranda rumah.
Baca juga: Ketua Komisi C DPRD Rote Ndao Sebut Kemarau Berkepanjangan Petani Terancam Gagal Tanam
Ayah Menjual Tenun
Selain dipajang di beranda rumah, sang pendamping hidup, Derbi Yami ikut andil dalam penjualan.
Keluar pagi, pulang sudah senja, Derbi pergi menjual kain tenun sang istri di pasar-pasar rakyat wilayah Kabupaten Rote Ndao.
"Hasil tenunan, dipajang di teras rumah. Saya dengan suami juga bekerjasama. Saya menenun dan suami yang menjual di pasar," ungkap Ditia.
Derbi dan Ditia juga menggunakan platform media sosial sebagai instrumen penjualan kain tenun mereka.
Kisaran harga tenun yang dijual Derbi dan Ditia senilai Rp.750.000 hingga Rp. 1.000.000, tergantung motif yang ditawarkan.
Sementara harga selempang atau selendang yang dijual senilai Rp. 50.000 hingga Rp.100.000.
"Kalau selempang, harganya tergantung dari yang bisa dicuci, sedikit lebih bernilai dengan harga Rp.100.000 dan yang biasa Rp.50.000," sebut Ditia.
Dia selalu bersyukur dengan hasil yang diperoleh dari menjalankan profesi sebagai penenun. (*)
Sekolahkan Anak Hingga Perguruan Tinggi
Dari uang hasil penjualan tenun, Derbi dan Ditia mampu menyekolahkan anak sulung mereka hingga ke jenjang perguruan tinggi.
"Puji Tuhan, kami bisa kasih sekolah anak. Anak pertama sudah kuliah di perguruan tinggi," pungkas Ditia.
Untuk diketahui, Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Rote Ndao mencatat di tahun 2023 jumlah penenun ikat sebanyak 1.042 orang.
Kemudian jumlah produksi tenun tembus 100.061 lembar kain dengan nilai produksi hingga Rp.42.360.060.000 dan nilai BB/BP mencapai Rp. 23.089.711.000. (rio)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.