Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Senin 8 Januari 2024, Mengapa Yesus dibaptis?
Dalam konteks waktu itu pembaptisan Yohanes mempunyai makna pertobatan dan pengampunan dosa
POS-KUPANG.COM- Renungan Harian Katolik berikut ini ditulis RP. John Lewar SVD dengan judul : Mengapa Yesus dibaptis?.
THN B/II: Pesta Pembaptisan Tuhan RP. John Lewar SVD menulis renungannya merujuk pada bacaan : Yesaya 55:1-11, Mazmur dari Yesaya12:2-3,4bcd, 5-6,
1Yohanes 5:1-9 dan Markus 1:7-11
Berikut ini renungan lengkap yang ditulis oleh RP. John Lewar SVD
Saudari-saudaraku yang terkasih dalam Kristus.
Hari ini kita merayakan Pesta Pembaptisan Tuhan. Saya mengajak anda untuk memahami makna pembaptisan, baik yang dialami oleh Yesus maupun yang kita terima.
Dalam konteks waktu itu, pembaptisan Yohanes mempunyai makna pertobatan dan pengampunan dosa.
Artinya, dengan dibaptis, seseorang menyatakan diri bertobat dan mendapat pengampunan dari Allah. Peristiwa pembaptisan Yesus membingungkan banyak orang sampai hari ini.
Apakah Yesus berdosa sehingga perlu bertobat dan dibaptis oleh Yohanes? Jawabannya jelas: Yesus tidak berdosa dan tidak perlu bertobat! Kalau begitu, mengapa Ia dibaptis?
Berikut ini alasannya. Pertama, keutamaan kerendahan hati. Kitab Suci menggambarkan rendah hati sebagai kelemah-lembutan dan tidak menghiraukan diri (bdk, Kolose 3:12). Kerendahan hati merupakan sikap hati bukan saja perilaku lahiriah.
Dalam peristiwa pembaptisan Yesus, Yohanes mengakui dirinya bukan siapa-siapa dibanding dengan Yesus Sang Juru Selamat bahkan ia mengatakan dengan terus terang bahwa untuk membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun Yohanes merasa tidak layak, “Sesudah aku, akan datang ia yang lebih berkuasa daripadaku; membungkuk dan membuka tali kasutNya pun aku tidak layak.
Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus” (Markus 1: 7-8). Inilah bentuk kerendahan hati di hadapan Allah yang Maha Tinggi mengakui kelemahan dan ketidakpantasannya.
Sedangan Tuhan Yesus yang adalah Putera Allah yang Maha Tinggi yang berkuasa membaptis dengan Roh Kudus, justru meminta supaya Yohanes Pembaptis membaptisnya dengan air. Ia yang ada Putera Allah justru turun ke bumi dan menjadi manusia. Inilah bentuk kerendahan hati yang sempurna.
Kedua, solidaritas Allah terhadap manusia. Yesus menerima baptisan bukan karena Dia berdosa tetapi Tuhan mau bersolider dengan kita sebagai manusia yang menderita, berdosa, dan mengalami tantangan dalam hidup bahkan termasuk maut.
Ia turut merasakan hidup manusia karena IA yang adalah Tuhan berinkarnasi (menjadi manusia) seperti kita, kecuali dalam hal dosa. Solidaritas Tuhan inilah yang membawa Tuhan Yesus menuju kayu salib untuk membebaskan kita.
Tuhan Yesus yang tidak berdosa itu menyediakan diri dibaptis dengan baptisan pertobatan sebagai bentuk solidaritas dengan umat manusia. Maka, baptisan yang diterima Tuhan Yesus tidak hanya sebagai bentuk solidaritas Allah yang besar kepada manusia yang lemah, menderita, dan berdosa tetapi juga sebagai bentuk antisipiasi penderitaanNya di kayu salib.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 8 Januari 2024, KepadaMulah Aku berkenan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.