Gempa Jepang

Gempa Jepang: Korban Tewas Jadi 81, Tim Penyelamat Kesulitan Menemukan Korban Selamat

“Masih banyak orang yang tertinggal di gedung-gedung yang runtuh, menunggu untuk diselamatkan,” kata Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida.

Editor: Agustinus Sape
Reuters
Seorang pria berjalan di sepanjang jalan Asaichi-dori, yang terbakar akibat kebakaran setelah gempa bumi di Wajima, Jepang. 

POS-KUPANG.COM, WAJIMA - Ribuan tim penyelamat terus melakukan pencarian terhadap mereka yang selamat dari gempa bumi pada Hari Tahun Baru yang menewaskan sedikitnya 81 orang di Jepang, dengan harapan dapat menyelamatkan sebanyak mungkin orang dalam jangka waktu tiga hari untuk bertahan hidup yang berakhir pada Kamis sore.

“Masih banyak orang yang tertinggal di gedung-gedung yang runtuh, menunggu untuk diselamatkan,” kata Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida pada konferensi pers.

“Kami akan menggunakan seluruh upaya kami untuk menyelamatkan sebanyak mungkin orang pada malam ini ketika 72 jam telah berlalu sejak bencana terjadi,” katanya.

Tingkat kelangsungan hidup menurun 72 jam setelah gempa, menurut petugas tanggap darurat. Jalan yang terputus dan lokasi terpencil di daerah yang terkena dampak paling parah mempersulit upaya penyelamatan.

Hampir 600 gempa susulan telah terjadi di semenanjung Noto sejak gempa utama terjadi, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan kerusakan infrastruktur lebih lanjut.

Tiga hari sejak bencana terjadi, bantuan material telah mengalir masuk namun sebagian besar pengungsi masih terputus dari makanan, air, kehangatan (selimut), dan komunikasi di tengah suhu yang sangat dingin dan cuaca buruk, kata pihak berwenang.

Baca juga: Gempa Jepang: Kemenlu RI Tidak Menemukan WNI yang Terluka dan Tewas

Sebanyak 3.000 paket makanan dan 5.000 botol air yang dikirimkan pada hari Rabu hampir tidak cukup untuk 11.000 pengungsi yang mencari bantuan di kota Wajima, kata Wali Kota Wajima, Shigeru Sakaguchi, pada pertemuan tanggap bencana regional.

“Pertama dan yang terpenting, ini adalah masalah jalan – jalan yang terputus tidak hanya menghambat pasokan bantuan, tetapi juga pemulihan listrik, air, sinyal seluler, dan infrastruktur pendukung lainnya,” katanya.

Terdapat hampir 100 titik kemacetan dan penyumbatan di jalan-jalan prefektur, menurut data yang dirilis oleh prefektur Ishikawa pada hari Kamis 4 Januari 2023.

Para walikota mengakui sejumlah pasokan mulai berdatangan namun mengatakan mereka membutuhkan lebih banyak lagi.

Kebutuhan dasar seperti akses internet, pasokan medis, dan toilet bersih juga kurang.

“Dibandingkan dengan bencana lain, situasi jalan di Wajima sangat buruk. Saya merasa butuh waktu lebih lama dari biasanya sampai bantuan tiba,” kata Shunsaku Kohriki, pekerja medis yang membantu bencana lainnya, kepada Reuters di kota Wajima, tempat lebih dari separuh korban bencana berada.

“Saya pikir secara realistis para pengungsi harus hidup dalam kondisi yang sangat sulit untuk sementara waktu,” katanya.

Tidak ada air mengalir

Kyoko Kinoshita, 62 tahun, khawatir akan kemungkinan penyebaran flu dan Covid-19 saat dia mengantre bersama beberapa ratus penyintas lainnya untuk mendapatkan makanan di Wajima. “Kami tidak punya air ledeng. Kami tidak bisa mencuci tangan setelah dari kamar mandi,” katanya.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved