Berita Manggarai Timur

Pergantian Tahun Warga Manggarai Gelar Ritual Adat Teing Hang Leluhur

memimpin ritual itu melihat bagian urat dari ayam di dekat hati ayam atau bahasa orang Manggarai disebut toto urat. 

Penulis: Robert Ropo | Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/ROBERT ROPO
RITUAL ADAT - Ritual adat teing hang oleh masyarakat Manggarai. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Robert Ropo

POS-KUPANG.COM, BORONG - Salah satu acara adat Masyarakat Manggarai yakni Kabupaten Manggarai Timur, Manggarai, dan Kabupaten Manggarai Barat, di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berhubungan dengan Pergantian Tahun adalah ritus Teing Hang.  

Ritus ini biasa digelar pada setiap malam pergantian Tahun pada tanggal 31 Desember pada setiap tahunnya.

Namun bisa di laksanakan pada tanggal sebelum-sebelumnya jelang Akhir Tahun maupun di awal-awal Tahun yang baru. Hal ini dilakukan sebab tergantung dari waktunya tokoh adat yang membuat ritual itu. 

Tradisi Teing Hang berarti memberi makan roh ayah ibu atau anggota keluarga dari sebuah klan yang telah meninggal dunia. Acara ini ditandai dengan penyembelihan seekor ayam jantan putih. 

Baca juga: Remaja Manggarai Timur Akhiri Hidup, Kapolsek Sambi Rampas: Korban Sempat Cekcok dengan Adiknya

Stefanus Jandut, Tokoh Adat Kampung Longko, Desa Bangka Kantar, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur kepada POS-KUPANG.COM, Minggu 31 Desember 2023 menerangkan, Ritual adat Teing Hang memberi makna ucapan syukur kepada sang pencipta dan leluhur, memohon ampun atas segala kesalahan sekaligus memohon pertolongan agar kehidupan di tahun baru bisa lebih baik dari tahun sebelumnya. 

Ritus Teing Hang diawali dengan mantra memanggil roh orang-orang yang akan dikasih makan. Media utama yang dipakai antara lain cepa atau sirih pinang serta sopi (arak). 

Beranjak ke acara inti, terang Stefanus yakni penyembelihan seekor ayam putih yang telah didoakan dalam bahasa adat bermakna ucapan syukur serta pernyataan menolak bala.

Namun sebelumnya, semua yang hadir duduk dalam ruangan ritual wajib menyrntub ayam tersebut dan pada biasanya orang yang memegang ayam jalan seputaran tanpa bolak balik. 

Ayam lalu disembelih dan dibakar menggunakan api untuk membersihkan buluhnya. Ayam kemudian dibela untuk selanjutnya tokoh Adat yang memimpin ritual itu melihat bagian urat dari ayam di dekat hati ayam atau bahasa orang Manggarai disebut toto urat. 

Baca juga: Jalan Kaki Bisa Menurunkan Berat Badan dan Mengurangi Nyeri Tubuh

Toto urat dengan tujuan untuk memperlihatkan pratanda yang ditunjukkan hati dan usus ayam yang disembelih. Jika urat di'a atau urat baik berarti doa yang dilakukan dalam ritual adat diterima baik oleh leluhur

Selanjutnya pada bagian pamungkas ritus ini, terang Stefanus akan diteruskan dengan helang atau menghidangkan daging kurban bercampur nasi di atas tikar sebagai santapan untuk arwah bagi orang yang sudah meninggal yang disebutkan dalam ritual Teing Hang.

Dan juga akan juga dicicipi oleh klan atau tuan penyelenggara ritus itu bersama istri, anak dan bisa juga anggota keluarga yang hadir. 

Stefanus juga mengatakan, kekuatan ritual Teing Hang menitikberatkan pada sebuah keyakinan bahwa leluhur atau keluarga yang sudah meninggal adalah penyambung pesan orang hidup dan Tuhan Yang Maha Kuasa. (rob) 

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved