Berita Manggarai

Kerja Kolaboratif PMI Manggarai Bangun Ketangguhan Bencana di Level Masyarakat

Selain masyarakat level desa kelurahan, gerakan kolaborasi itu juga menggandeng pemerintah, non pemerintah dan dunia usaha.

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/CHARLES ABAR
RAPAT - PMI Manggarai rapat akir program ketahanan iklim di Aula Kantor Camat Reok, pada 23 Desember 2023 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Charles Abar

POS-KUPANG.COM, RUTENG - Palang Merah Indonesia atau PMI Manggarai selama empat (4) tahun kolaborasi dengan mayarakat level bawah dalam membangun ketangguhan bencana untuk mengantisipasi juga bentuk kesiapsiagaan.

Selain masyarakat level desa kelurahan, gerakan kolaborasi itu juga menggandeng pemerintah, non pemerintah dan dunia usaha.

Ketua PMI Manggarai Ronny Kaunang mengatakan, kerja kolaborasi berbasis masyarakat itu dengan melibatkan SIBAT yang ada baik di tengah masyarakat maupun di sekolah-sekolah.

Baca juga: Himbauan Kapolres Manggarai, AKBP Edwin Saleh Perayaan Natal 2023 Jauhi Petasan dan Miras 

"Kerja kolaboratif selama kurang lebih 4 tahun antara pemerintah Kabupaten, kecamatan, desa, kelurahan, PMI, akademisi yang diwakilkan PKSPL IPB University, serta perwakilan masyarakat yang tergabung dalam tim siaga bencana berbasis masyarakat atau Sibat yang tersebar di 2 desa 3 kelurahan serta sekolah-sekolah dasar yang dibantu program terbukti dari hasil endline yang dilakukan PMI Provinsi NTT menunjukan kenaikan yang siginifikan," kata Ronny kepada wartawan saat sosialisasi closing skir program pengurangan bencana pada Sabtu 23 Desember 2024 lalu di Aula Kantor Camat Reok.

Dikatakan, Ronny, diketahui program pertama Das Corta adalah program kerja sama PMI Pusat dan Palang Merah Amerika dengan daerah target implementasi yakni Provinsi Lampung (Kabupaten Tanggamus) dan Provinsi Nusa Tenggara Timur (Kabupaten Manggarai). Jangka waktu pelaksanaan program dari Tahun 2020 hingga Desember 2023.

Pendekatan kawasan seperti daerah aliran sungai menjadi salah satu sarat dalam penentuan awal lokasi program sehingga desa Bajak sebagai hulu Das Wae Pesi, desa Salama, kelurahan Mata Air, kelurahan Reo, dan kelurahan Baru sebagai hilir ditetapkan sebagai lokasi pelaksanaan program. Sekolah yang dipilih juga berada dalam kawasan tersebut yakni SDI Nggorang, SDI Jati, SDN Reo II, SDK Reo III dan SDN Reo 1. Semuanya di kecamatan Reok.

Baca juga: Pemilu 2024, KPU Manggarai Siapkan 6.790 Anggota KPPS di 513 TPS

"Penghargaan ini sebagai apresiasi kerja kolaboratif, dukungan atas capaian sekaligus menjadi pemicu dan motivasi untuk tetap melanjutkan apa yang telah dilakukan selama ini melalui Program Pertama Das Corta," tutup Ronny.

Sementara itu camat Reok Camat Reok, Theobaldus Junaidin mengatakan program selama ini berjalan dengan lancar dan telah memperkenalkan banyak hal untuk masyarakat di desa/kelurahan program. Peta daerah rawan bencana, jalur evakuasi, alat peringatan dini Banjir yang dipasang di 2 desa 3 kelurahan, alat komunikasi HT serta berbagai pelatihan dan simulasi bencana merupakan produk-produk yang sangat bermanfaat untuk mitigasi Bersama di Kecamatan Reok. 

"Kita bersyukur karena dulu program ini masuk di kecamatan kita," kata Theobaldus.

Camat Theobaldus menyatakan harapnya agar program dapat dilanjutkan oleh teman-teman SIBAT dan adanya dukungan dari pemerintah setempat baik desa/kelurahan dan kecamatan melalui musyawarah dari level terbawah sampai ke kabupaten. 

"Partisipasi aktif dari masyarakat untuk menjaga dan merawat tanaman tepi Das dan pantai secara khusus mangrove yang menjadi monumental dengan adanya Manggarai Mangrove Center diharapkan tetap eksis ke depannya," lanjutnya sembari menyinggung tanaman yang telah ditanam lewat pendekatan nature based solution.

Baca juga: Pemilu 2024, KPU Manggarai Siapkan 6.790 Anggota KPPS di 513 TPS

Pada kesempatan yang sama koordinator lapangan program Pertama Das Corta, Thomas Hikmat, mengatakan delapan pendekatan program yaitu pengurangan resiko bencana terpadu berbasis masyarakat, adaptasi perubahan Iklim, perlindungan, gender, dan inklusi, komunikasi perubahan perilaku, solusi berbasis alam, manajemen resiko terpadu, aksi dini berbasis prakiraan, pelibatan masyarakat dan tanggung jawab semua telah dilaksanakan baik di level masyarakat maupun di level sekolah dalam kurun waktu 4 tahun. 

Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil akhir penilaian mandiri desa/kelurahan tangguh bencana dan penilaian satuan Pendidikan aman bencana di level sekolah oleh PMI Provinsi NTT pada tanggal 05-15 Desember 2023 menunjukan perubahan yang sangat signifikan terutama. 

"Di level desa/kelurahan, pada penilaian awal program semuanya di level ketangguhan tingkat pratama dan diakhir program semua meningkat menjadi level utama atau skor akhir di atas 60 persen. Level sekolah juga mengalami peningkatan yang signifikan dari awalnya kategori berisiko dan tidak aman sekarang semua sekolah masuk kategori cukup aman dan aman pada aspek non struktural, sementara untuk aspek structural tidak ada perubahan signifikan dari sekolah kategori kurang aman menjadi cukup aman," jelas Tommy. 

Baca juga: Satu Caleg di Manggarai Barat Terdata di Daftar Calon Tetap Berstatus Napi

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved