Pos Kupang Award 2023
Pos Kupang Award, Bupati Simon Tancapkan 3 K di Hati Rakyat Malaka
denyut nadi perjuangan orang-orang di kampung, teristimewa buat kedua orang tua. Saya sematkan predikat purna kepada orang tua saya
Menurut Bupati Simon, Kampung KB harus menjadi ujung tombak untuk mengatasi masalah stunting (anak gagal tumbuh) dari tingkat desa. Tujuan strategis Kampung KB adalah meningkatkan kualitas hidup keluarga dan masyarakat dengan mendekatkan pelayanan program bangga kencana dan pelayanan dasar, penguatan delapan fungsi keluarga, partisipasi aktif masyarakat dan pembangunan yang terintegrasi lintas sektor.
Bupati Simon dan gerak langkah 3 K (kebun, kandang dan kolam) pada waktunya menjadi sebuah ikon sejarah yang otentik dan tergantikan. Seiring perjalanan rakyat Malaka di bawah payung SAKTI (Swadembada Pangan, Adat Istiadat, Seni Budaya dan Olahraga, Kualitas Sumber Daya, Tata Kelola dan Infrastruktur), sinergisitas dan kolaborasi yang harmonis akan mendapat tempat istimewa di hati setiap orang yang mengaku sebagai orang Malaka.
Baca juga: Bupati Simon Nahak Terima 26 Unit Tempat Sampah dari Alfamart Malaka
Kebun, kandang dan kolam sudah terpatri rapi dan tertancap kokoh di hati rakyat Malaka. Karya-karya nyata terus digebrak untuk mendapatkan pengakuan-pengakuan yang terukur dari apa yang sudah dikerjakan, sedang dikerjakan dan apa yang akan dikerjakan dengan prosentasenya sendiri-sendiri. Semoga konsep 3 K ini selalu menjadikan sosok Simon Nahak dan Louise Lucky Taolin sebagai pemimpin rakyat yang akan terus membawa Malaka ke arah yang lebih baik dan berkualitas.
Anak Petani Tembakau yang Sukses
NAMANYA Dr. Simon Nahak. Dia, anak seorang petani yang lahir di Desa Weulen, Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Dia memiliki torehan prestasi akademik yang membanggakan. Alumni Universitas Warmadewa, Denpasar, ini mulai meniti karier sebagai asisten dosen, sejak semester empat sebelum lulus dengan predikat Cumlaude tahun 1992 silam.
Usai menyelesaikan studi, pria kelahiran 13 Juni 1964 Ini mengabdikan diri sebagai dosen di Universitas Warmadewa, Denpasar, sambil mencoba terjun ke dunia advokat. Ia hendak mengasah kemampuan, dengan belajar berinteraksi serta membangun komunikasi timbal balik.
Perkara yang ditangani Simon Nahak tak hanya di negara Indonesa. Dia bahkan dipercaya untuk mengadvokasi sejumlah masalah di berbagai negara asing. Seolah masih haus akan ilmu pengetahuan, Simon kembali melanjutkan pendidikan pascasarjana di Universitas Udayana, Bali, dengan mengambil program studi Magister Hukum dari tahun 2001-2004.
Dia pun melanjutkan studinya lagi ke Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, untuk menempuh studi S3 kajian Ilmu Hukum Pidana sejak tahun 2010, dan lulus pada tahun 2014 dengan predikat Cumlaude.
Namanya kian meroket. Simon Nahak dikenal sebagai salah satu pengacara kondang di Pulau Bali. Dirinya juga pernah duduk di DPP Asosiasi Advokat Indonesia (AAI) Bali-Nusra sejak 2010-2015, dan menjabat sebagai Ketua AAI Kota Denpasar periode 2014-2019.
Selain itu, Simon Nahak juga pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Pakar Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) Kota Denpasar sejak tahun 2015-2018. Meski telah menjadi pengacara kawakan di Bali, Simon Nahak tidak pernah meninggalkan Universitas Warmadewa yang telah membesarkan namanya. Tahun 2015 Simon Nahak diangkat menjadi Ketua Program Studi Magister Hukum.
Namun, siapa sangka, Dr. Simon Nahak kemudian diberikan amanah oleh masyarakat Kabupaten Malaka untuk kembali mengabdi di Rai Malaka bersama Wakilnya Kim Taolin, usai memenangkan Pilkada serentak pada 9 Desember 2020 lalu.
Di balik kesuksesan Simon Nahak, tentu tidak terlepas dari kasih sayang dan jeri payah kedua orangtuanya Marselinus Taek dan ibunda Bernadeta Hoar yang merupakan petani tembakau dan perajin tenun ikat. “Saya sungguh merasakan denyut nadi perjuangan orang-orang di kampung, teristimewa buat kedua orang tua. Saya sematkan predikat purna kepada orang tua saya dalam semua aspek. Mereka tangguh, militan dan sabar,” kisah Simon Nahak suatu ketika.
Dia mengisahkan, setiap pekan, ayahnya selalu mendatangi sejumlah pasar di wilayah Malaka, Belu, TTU dan TTS untuk menjajakan tembakau, kain tenun, ayam, serta komoditi pertanian lainnya.“Mereka sangat kompak dalam membangun rumah tangga. Ibu mengurus saya dan adik-adik sambil menenun. Sedangkan ayah papalele dari satu pasar ke pasar yang lain,” ungkap Simon.
Dalam rumah, Simon dipanggil dengan sebutan Ulu yang berarti anak sulung. Sebutan itu mengemban tanggung jawab yang tidak kecil. Sehingga Simon selalu tunjukkan sebagai sulung terbaik kepada sembilan orang adiknya dengan cara belajar tekun. “Karena itu predikat sebagai Ulu selalu memotivasi saya untuk terus belajar, memompa semangat dan mimpi saya untuk menjadi yang terbaik. Hasilnya sekarang sudah dipetik,” jelasnya.