Berita Lembata

Kasus HIV/AIDS di Lembata, Pegiat Minta Dana Hibah untuk Dikelola KPAD

Pegiat HIV/AIDS di Lembata, Nefri Eken mengatakan persoalan HIV/AIDS itu seperti fenomena gunung es (tampak sedikit di permukaan)

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/RICKO WAWO
Pertemuan lintas sektor di Aula Kantor Bupati Lembata, Rabu, 29 November 2023. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, RICKO WAWO

POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA - Berdasarkan data yang dikeluarkan Dinas Kesehatan Kabupaten Lembata, jumlah orang dengan HIV/AIDS ( ODHA ) di Kabupaten Lembata sampai tahun 2023 sebanyak 183 orang.

Jumlah terbanyak berada di Kecamatan Nubatukan dengan total 90 orang. Sedangkan, sejak tahun 2008 sampai 2023, tercatat sebanyak 174 penderita HIV/AIDS meninggal dunia. Pada tahun 2023 ada 8 orang yang meninggal dunia.

Dinas Kesehatan Kabupaten Lembata juga mencatat per Agustus 2023 sebanyak 34 ODHA dinyatakan hilang kontak atau tidak bisa dihubungi lagi. Karena hilang kontak, Dinas Kesehatan tidak bisa lagi memantau perkembangan mereka.

Baca juga: Ratusan Remaja di Lembata Jadi Pekerja Seks Jalanan

Pegiat HIV/AIDS di Lembata, Nefri Eken mengatakan persoalan HIV/AIDS itu seperti fenomena gunung es (tampak sedikit di permukaan tetapi justru banyak yang tidak terdata). Dia meminta pemerintah daerah serius menuntaskan masalah penyakit menular ini.

Salah satu bentuk keseriusan itu bisa ditunjukkan dengan memberikan dana hibah kepada Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Kabupaten Lembata.

Menurutnya, selama ini, KPAD mendapat dana yang minim dari bagian kesejahteraan (Kesra) Setda Lembata. Masalahnya, dana dari kesra itu tidak hanya ditujunkan kepada KPAD saja tetapi juga untuk kepentingan lainnya.

KPAD Kabupaten Lembata punya peran penting dalam urusan penanggulangan HIV/AIDS. Dengan anggaran yang cukup, lembaga ini bisa melakukan pemetaan kelompok rentan, promosi, pencegahan, konseling, tes sukarela secara rahasia, pengobatan, perawatan dan dukungan kepada para kelompok rentan.

“Dinkes (Dinas Kesehatan) hanya urus minum obat tetapi pemetaan dan pelatihan pendidik sebaya hanya KPAD yang bisa buat,” katanya dalam pertemuan lintas sektor di Aula Kantor Bupati Lembata, Rabu, 29 November 2023. 

Baca juga: Begini Tingkat Diskriminasi dan Stigma Buruk Penderita HIV/AIDS di Lembata

Paskalis Witak dari Dinas Kesehatan mengakui ada ODHA saat ini sudah tidak minum obat HIV/AIDS lagi. Salah satu alasannya adalah karena mereka tertekan karena dikucilkan di tengah masyarakat. 

Paskalis menyebutkan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA di Lembata masih sangat tinggi, bahkan tergolong ‘gila.’ Baru dua orang ODHA di Lembata yang sudah berani mengaku diri sebagai penderita HIV/AIDS di hadapan publik. Keduanya juga sering memberikan testimoni saat sosialisasi tentang HIV/AIDS.

Mayoritas masyarakat Lembata masih belum paham soal penularan HIV/AIDS. Disangka, penyakit ini menular dengan mudah melalui udara atau kontak fisik biasa. Paskalis memaparkan HIV/AIDS hanya menular setidaknya melalui tiga medium yaitu darah, cairan kelamin (laki-laki dan perempuan) dan air susu ibu (ASI).

“HIV itu virus yang sebabkan antibodi tidak bekerja maksimal maka semua penyakit bisa masuk. Penyakit yang masuk ini yang kemudian disebut AIDS. HIV jadi persoalan kesehatan yang cukup kompleks di Lembata,” ungkapnya. (*)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved