Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Senin 27 November 2023,Memberi dari Kekurangan

Sedangkan seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti, jumlah yang paling kecil dan sedikit, tak berarti apa-apa.

Editor: Edi Hayong
YOUTUBE/SUARA PAGI RENUNGAN HARIAN KATOLIK
RENUNGAN - Renungan Harian Katolik berikut ditulis oleh RP. John Lewar SVD dengan judul Memberi dari Kekurangan. 

POS-KUPANG.COM- Renungan Harian Katolik berikut ditulis oleh RP. John Lewar SVD dengan judul Memberi dari Kekurangan.

Kali ini RP. John Lewar SVD menulis Renungan Harian Katolik Hari Hari Minggu Biasa XXXIV merujuk pada bacaan : Daniel 1: 1-6.9-20, Mazmur diambil dari Yehezkiel 36: 16-36 dan Lukas 21: 1-4.

Saudari – saudaraku yang terkasih dalam Kristus.

Berita injil Lukas pada hari ini berkisah tentang memberi persembahan. Injil merepresentasekan dua tipe manusia dalam hubungan dengan Tuhan. Orang kaya dan janda miskin memasukan persembahan mereka ke dalam kotak derma, dengan ukuran berbeda.

Perembahan orang kaya tidak disebutkan, menandakan bahwa dia memiliki segala-galanya. Dengan kata lain, dia memasukan uang dalam kotak derma dalam
jumlah yang besar. Hal ini tidak mengherankan karena dia orang kaya raya.

Sedangkan seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti, jumlah yang paling kecil dan sedikit, tak berarti apa-apa. Yang sangat interesan dari perikop injil ini bahwa Yesus memuji janda miskin sebagai orang yang memberi lebih besar dari orang kaya.

Ia memberikan persembahan dari kekurangannya. Kisah hidup janda miskin yang memberi dari kekurangannya, mengajarkan kita beberapa pelajaran berharga. Pertama, spiritualitas persembahan. Persembahan adalah sebuah sikap iman, sebuah ungkapan syukur kepada Tuhan atas segala yang telah dikerjakan Tuhan bagi kita umatNya.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 26 November 2023: Mari, Hai Kamu yang Diberkati Oleh Bapa-Ku

Dengan kata lain, persembahan adalah tindakan manusia untuk mengembalikan kepada Tuhan segala berkat, rahmat dan cinta Tuhan bagi kita. Unsur penting dalam kata persembahan ini adalah terima kasih, syukur, kerelaan dan tulus ikhlas.

Dengan spirit ini, unsur paksa dan terpaksa dihindari, do ut des (saya memberi maka saya menerima) juga disingkirkan. Dalam konteks kehidupan menggereja, ketika orang memberi kolekte, memberi tenaga, waktu dan memberikan seluruh diri untuk kegiatan Gereja, di situ juga kita sedang melakukan kegiatan persembahan.

Demikian juga ketika umat berani mengorbankan kepentingan dan kesenangan sendiri demi kegiatan bersama di KUB, Lingkungan, Stasi dan Paroki kita juga sedang
melakukan persembahan(jpicofmindonesia.org/2021/11).

Kedua, Memberi dari kekurangan. Semua manusia pasti mempunyai kekurangan. Kita semua yang berkumpul di sini juga tidak luput dari kekurangan. Hanya kekurangan kita bervariasi dan berbeda; ada yang kekurangan uang, kekurangan waktu, tenaga, kesehatan, kekurangan pengetahuan dalam bidang tertentu, kekurangan pengalaman dan lain-lain.

Si janda dipuji Yesus karena justru dia memberi dari kekurangan, bukan dari kelimpahan. Memberi dari kekurangan melambangkan totalitas pemberian. Dalam kacamata Yesus, memberi dari kekurangan berarti memberikan seluruh nafkah.

Totalitas pemberian tidak diukur dari kuantitas (jumlah pemberian) melainkan dari kualitas pemberian itu sendiri. Kualitas pemberian adalah perihal ketulusan dan keikhlasan, sifat suka rela (tanpa dipaksa dan terpaksa). Di sini letak nilai persembahan dari tiap pemberian kita.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 26 November 2023, Yesus Raja Semesta Alam

Ketiga, Biarlah Tuhan yang menilai. Persembahan janda miskin begitu berkwalitas dalam pandangan Yesus. Cara pandang Yesus amat berbeda dengan cara pandang anda dan saya, cara pandang kita.

Dalam konteks memberi persembahan, ada dua kecenderungan yang muncul; di satu sisi, ada orang enggan memberi sesuatu kepada Tuhan karena dia menilai diri dan miliknya sangat tidak berarti dan bernilai.

Sebaliknya, ada orang membangga-banggakan diri dan cenderung menyombongkan diri karena ia menilai pemberiannya sangat besar. Kedua kecenderungan di atas dapat di atasi kalau manusia berprinsip, biarlah Tuhan yang menilai, bukan kita dan juga orang lain.

Tugas kita hanyalah memberi dan biarkanlah Tuhan sendiri yang mengukur dan menilai pemberian tersebut.

Contenmplasi:

Persembahan yang benar dan berkenan kepada Allah ialah persembahan diri. Yesus telah melakukan itu sekali dan selamanya. Persembahan yang tepat dan sempurna adalah tatkala seseorang memberikan dirinya secara total kepada Tuhan.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 25 November 2023, Raja Antiokhus Insaf akan Segala Kejahatan 

Itulah sebabnya Yesus mengatakan:”janda itu memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya”. Mari kita mempersembahkan diri kepada Tuhan sebagai persembahan yang luhur dan harum mewangi. Memberi dari kekurangan.

Doa:

Ya Tuhan, semoga aku dapat meniru sikap dan perbuatan si janda miskin itu. Dia tidak memperhitungkan dirinya sendiri dan berani memberikan seluruh miliknya untuk kemuliaan Tuhan....Amin.

Sahabatku yang terkasih, Selamat Hari Senin. Salam doa dan berkatku untukmu dan keluarga di mana saja berada: Bapa dan Putera dan Roh Kudus...Amin.(*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved