Berita Lembata

Relawan Taman Daun Putus Rantai Kemiskinan di Lembata dengan Bedah Rumah

Di dalam mobil, Mama Ega sempat tidak membayangkan puluhan orang sedang menunggu, termasuk tiga orang relawan Taman Daun dari luar negeri

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/RICKO WAWO
Mama Ega, janda dua orang anak, dijemput dari homestay Taman Daun ke rumah barunya di kawasan Waikilok, Kota Lewoleba, Kamis, 23 November 2023 siang. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, RICKO WAWO

POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA - Mama Ega, janda dua orang anak, dijemput dari homestay Taman Daun ke rumah barunya di kawasan Waikilok, Kota Lewoleba, Kamis, 23 November 2023 siang. 

Selama tiga hari dia tinggal di homestay karena rumah reyotnya sedang dibedah menjadi lebih layak huni. Di dalam mobil, Mama Ega sempat tidak membayangkan puluhan orang sedang menunggu, termasuk tiga orang relawan Taman Daun dari luar negeri, Mary (Jerman), Julia (Brazil) dan Elis (Republik Ceko).

Ketika sampai di halaman rumah, tangisnya langsung pecah. Dia terharu. Ada begitu banyak orang yang sedang menanti kedatangannya. Kesedihan tidak bisa dibendung. Rumahnya sudah berubah drastis. Dari gubuk reyot mirip kandang hewan yang tak layak huni menjadi rumah yang sangat layak huni.

Baca juga: Dosen Undana Hamzah Wulakada Pimpin Tim Penyusunan Naskah Pokok Pikiran Kebudayaan Lembata

Perempuan asal Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) dan dua orang anaknya itu disambut dengan tarian asal pulau Timor yang dibawakan enam orang bocah perempuan berpakaian adat etnis Dawan. Dia diantar masuk ke dalam rumah dengan air mata kebahagiaan.

“Terima kasih Taman Daun,” Mama Ega tidak sanggup berkata-kata lagi. 

Di dalam kamar tidurnya yang baru, perempuan paruh baya itu meluapkan rasa harunya dengan menangis sejadi-jadinya. Dia memeluk erat dua orang anaknya. Kerabat, tetangga dan keluarga turut menyaksikannya dengan rasa haru.

Wilfridus Usfinit, perwakilan keluarga besar Timor Tengah Utara, tak hentinya mengucapkan terima kasih kepada Taman Daun. Menurut dia, komunitas non profit itu sudah banyak sekali melakukan aksi sosial kepada masyarakat kecil. Salah satunya adalah dengan melakukan bedah rumah tidak layak huni.

Baca juga: DPRD Lembata Sesalkan Pasar Pada Terbengkelai Usai Dibangun

Wilfridus bersyukur karena kali ini salah satu kerabatnya dari pulau Timor justru yang dibantu. Dia menyanjung para relawan yang membantu orang-orang kecil dengan semangat gotong royong (Lamaholot: gemohing). Semangat gemohing ini mulai luntur dalam kehidupan masyarakat, tetapi relawan Taman Daun justru menegaskannya bahwa hidup dengan gotong royong itu sangat mungkin.

Galang Tahir, relawan Taman Daun, menjelaskan, rumah Mama Ega sebelumnya sangat tidak layak huni. Dia yakin jika rumah itu tidak segera diperbaiki maka janda dan dua orang anaknya itu tidak bisa bertahan di situ lagi saat hujan tiba.

“Makanya kami langsung berinisiatif membedah rumahnya,” ujar Galang.

Baca juga: Musrenbang Lembata Tidak Menyentuh Masalah Pekerja Migran Indonesia

Seperti aksi bedah rumah sebelumnya, relawan Taman Daun masih tetap mengandalkan semangat gotong royong (gemohing) untuk ‘menyulap’ rumah tersebut. Para pekerja pun merupakan relawan Taman Daun yang juga kebanyakan tinggal di kompleks Woloklaus dan sekitar kota Lewoleba.

“Semoga Mama Ega dan anak-anaknya bisa semakin sejahtera,” harap Galang.

Yanto Wutun, relawan lainnya, mengakui, mengatakan rumah merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Jika tidak ada rumah yang layak, maka itu pertanda orang itu masih terkungkung dalam jerat kemiskinan.

Maka dari itu, aksi bedah rumah yang dilakukan Taman Daun sebenarnya bertujuan untuk memutus rantai kemiskinan masyarakat Lembata.

“Kalau rumah sudah layak, maka penghasilan warga bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan lainnya seperti makan, minum, pendidikan anak dan kesehatan,” ucap Yanto. (*)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved