Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Jumat 24 November 2023, Sarang penyamun!
Sarang penyamun berarti juga sarang tempat para penjahat berkumpul untuk melakukan kejahatan
POS-KUPANG.COM- Renungan Harian Katolik berikut ditulis oleh Bruder Pio Hayon SVD dengan judul Sarang penyamun!
Untuk Hari Jumat Biasa XXXIII Bruder Pio Hayon SVD PW. Sto. Andreas Dῡng-Ląc menulis renungannya merujuk pada Bacaan I : 1Mak. 4:36-37.52-59, Injil:Luk.19:45-48
Berikut ini teks lengkap renungan yang ditulis, Bruder Pio Hayon SVD hari ini.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Salam damai sejahtera untuk kita semua. Mendengar kata penyamun, semua kita langsung tahu bahwa itu selalu punya hubungan dengan penjahat atau pelaku kejahatan.
Jika itu ditambah lagi dengan sarang penyamun berarti itu tempat para penjahat melakukan aktivitas mereka.
Sarang penyamun berarti juga sarang tempat para penjahat berkumpul untuk melakukan kejahatan. Intinya sarang penyamun adalah tempat para penjahat berkumpul untuk satu tindakan kejahatan.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Hari ini, gereja secara khusus merayakan peringatan wajib santo Andreas Dung Lac dkk. Mereka adalah misionari Katolik secara khusus para imam Katolik yang membawa iman katolik masuk ke Vietnam pada abad keenambelas.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 23 November 2023, Menjadi Pribadi yang Damai
Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 23 November 2023, Saat Allah Melawati Engkau
Pada abad ke 17 – 19, umat Kristen mulai menderita penganiayaan disebabkan oleh iman mereka. Banyak di antara mereka yang wafat sebagai martir, terutama pada masa pemerintahan Kaisar Minh-Mang (1820-1840).
Di antara mereka yang terbunuh ialah 117 martir yang dirayakan pada 24 November. Mereka dinyatakan kudus oleh Sri Paus Yohanes Paulus II pada 19 Jun 1988.117 martir tersebut terdiri dari 96 orang Vietnam, 11 orang Sepanyol serta sepuluh orang Perancis.
Delapan orang di antara mereka adalah Uskup, 50 orang adalah imam dan limapuluh sembilan orang lainnya adalah umat Katolik awam.Sebagian daripada para imam tersebut adalah para imam Dominikan dan yang lainnya berasal dari Serikat Misi Paris.
Mereka mempersembahkan iman dan hidup mereka kepada Allah demi tegaknya iman Katolik. Mereka akhirnya menjadi martir setia yang siap mengorbankan diri untuk mempertahankan iman mereka.
Mereka tak mau mencemarkan iman mereka tapi siap mati demi iman mereka kepada Allah.
Seperti Yudas Makabe yang kembali mentahirkan Bait Allah dari semua orang yang telah menjaniskannya dan kembali menggunakan Bait Allah itu sesuai dengan fungsinya yakni mempersembahkan persembahan yang layak bagi Tuhan.
Menjadikannya kembali tempat untuk berdoa dan memuji Tuhan lewat doa-doa dan korban persembahan kepada Tuhan. Para musuh telah menajiskan bait Allah itu dan telah ditahirkan kembali sebagaimana layaknya sebuah bait Allah.
Seperti Matatias bersama anak-anaknya yang mentahirkan kembali bait suci, Yesus pun mentahirkan kembali bait suci Yerusalem dari semua pedagang yang menjadikan bait suci sebagai tempat untuk berdagang dengan praktek-praktek kotor.
Mereka tidak hanya berdagang tetapi di dalamnya ada begitu banyak praktek-praktek kotor yang dilakukan oleh para pedagang bekerja sama dengan para petugas bait Allah itu untuk mendapatkan keuntungan.
Sebagai contoh, mereka menaikan harga bahan-bahan persembahan yang akan dipersembahkan kepada Tuhan dan para peziarah yang datang ke bait suci untuk mempersembahkan persembahan itu mau tidak mau harus membeli karena memang tujuan mereka ke bait suci adalah untuk berdoa dan mempersembahkan korban kepada Tuhan.
Lebih buruk lagi, para imam dan petugas bait Allah itu bekerja sama dengan para pedangang itu untuk mendapatkan keuntungan dan mendapatkan prosentasi keuntungan dari para pedagang-pedagang itu.
Dan masih begitu banyak praktek-praktek kotor lainnya seperti pertukaran nilai mata uang yang ada.
Mereka menaikan semua harga kurs mata uang dari beberapa mata uang hanya untuk kepentingan mereka dan selalu bekerja sama dengan para petugas bait Allah dan para imam yang bertugas di bait Allah.
Praktek-praktek kotor dan kolusi semacam ini juga terjadi sampai juga dengan kita yang sekarang. Entah di bidang pemerintahan, kerja-kerja sosial, badan-badan usaha negara atau swasta, atau dalam gereja masih saja juga ada praktek-praktek semacam ini.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 22 November 2023, Mempertanggungjawabkan Iman Kekatolikanku
Dan kita tidak bisa hindari lagi karena sudah berakar pinang sejak negara ini ada. Dari hal yang paling sederhana sampai paling tinggi tetap ada praktek semacam ini.
Lalu Yesus menjadi marah dan mengusir para pedagang di bait Allah itu karena telah menjadikan rumah doa itu sebagai sarang penyamun.
Kita juga atas cara yang sama telah membuat bait Allah hati kita tempat Tuhan tinggal itu sebagai sarang penyamun untuk melakukan kejahatan dalam hidup kita. Kita menjadikan hati dan diri kita sebagai sarang penyamun.
Mari kita belajar untuk mentahirkan hati dan diri kita agar kita layak menjadi rumah kediaman Allah.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Pesan untuk kita, pertama: dengan permandian, Roh Kudus telah menjadikan hati dan diri kita adalah kenisah Allah. Kedua, hati dan diri kita adalah tempat doa, dan bukan sarang penyamun. Ketiga, Tuhan menciptakan kita sangat baik adanya, tetapi kita sendirilah yang merusakkan citra Allah itu praktek-praktek kejahatan.(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.