Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Kamis 23 November 2023, Menjadi Pribadi yang Damai
Di samping itu, banyak orang mengalami stress dengan situasi sosial, sehingga kapan saja bisa terjadi kerusuhan yang berbau suku, agama dan ras
POS-KUPANG.COM- Renungan Harian Katolik berikut ditulis oleh RP. John Lewar SVD dengan judul Menjadi Pribadi yang Damai.
Kali ini RP. John Lewar SVD menulis Renungan Harian Katolik Hari Kamis Biasa XXXIII merujuk pada bacaan : 1Makabe 2: 15-29, Mazmur 50: 1-2.5-6. 14-15 dan Lukas 19:41-44
Saudari – saudaraku yang terkasih dalam Kristus.
Beberapa hari yang lalu saya melewati sebuah jalan protocol di sebuah kota. Saya melihat sebuah tulisan pada spanduk besar: “Damai itu indah”. Saya melanjutkan perjalanan sambil merenungkan kata-kata ini, begitu sederhana tetapi amat mendalam dan kontekstual bagi kota ini.
Saya mengatakan demikian karena kota ini termasuk salah satu kota yang tidak terlalu toleran bagi setiap umat beragama. Banyak umat Minoritas merasakan perlakuan yang sewenang-wenang, ijin membangun tempat ibadah sudah dikantongi tetapi masih susah juga untuk membangunnya.
Di samping itu, banyak orang mengalami stress dengan situasi sosial, sehingga kapan saja bisa terjadi kerusuhan yang berbau suku, agama dan ras.
Kota ini memang memimpikan sebuah damai sejahtera bukan hanya sebuah selogan yang ditulis begitu indah dan rapi di atas spanduk. Damai bukan sebuah iklan belaka yang membuat orang merasa nyaman sejenak.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 23 November 2023, Saat Allah Melawati Engkau
Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 22 November 2023, Hari Peringatan Santa Sesilia
Bacaan Injil hari ini mengisahkan tentang Tuhan Yesus menangisi kota Yerusalem. Ia sedang dalam perjalanan untuk menyempurnakan semua pekerjaan Bapa dengan menderita, wafat dan bangkit di Yerusalem.
Lukas mengisahkan bahwa ketika tiba di bukit Zaitun, Yesus merasa sudah berada dekat dengan kota Yerusalem, kota damai yang ditujuiNya.
Ia mengangkat kepala dan memandang dengan wajah penuh belas kasih sambil berkata: “Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.” (Luk 19:42).
Yerusalem di dalam Kitab Mazmur memang dipuji karena ketangguhan kota ini. Daud bahkan mendoakan kesejahteraan kota ini dengan berkata: “Hai Yerusalem yang telah didirikan sebagai kota yang bersambung rapat, biarlah damai sejahtera ada di lingkungan tembokmu dan sentosa di purimu.” (Mzm 122:3.7).
Sangatlah disayangkan karena pujian Daud ini meleset dari kebenaran. Orangorang di Yerusalem memiliki hati yang keras. Mereka memiliki mata namun tidak melihat, memiliki telinga namun tidak mendengar.
Dengan sikap hidup seperti ini maka mereka bukannya dekat melainkan jauh dari Tuhan. Yerusalem yang berarti kota damai sejahtera, tapi apakah sungguhsungguh menjadi kediaman yang menawarkan damai sejahtera bagi manusia yang mendiaminya?
Ataukah orang-orang yang mendiami kota Yerusalem sendiri yang tidak mampu menciptakan damai sejahtera karena mereka di penuhi dengan kejahatan? Hal inilah yang ditangisi Yesus, yakni mereka yang buta dan tuli akan kehadiran Allah yang nyata dalam diri Yesus, yakni manusia yang mengisi hatinya dengan berbagai
macam hal jahat.
Yesus menangisi kedegilan hati manusia, namun apakah manusia sendiri menyadari kasih yang besar ini?
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.