Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Rabu 15 November 2023 : Kembali Sambil Memuliakan Allah
Contoh, setelah bekerja seharian di tempat kerja maka kita kembali ke rumah lagi setelah pergi dari rumah sejak pagi hari.
POS-KUPANG.COM- Renungan Harian Katolik berikut ditulis oleh Bruder Pio Hayon SVD dengan judul : Kembali Sambil Memuliakan Allah.
Untuk Hari Rabu Biasa XXXII Bruder Pio Hayon SVD menulis renungannya merujuk pada Bacaan I : Bacaan I: Keb. 6: 1-11 dan Injil : Luk. 17: 11-19.
Berikut ini teks lengkap renungan yang ditulis, Bruder Pio Hayon SVD hari ini.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Salam damai sejahtera untuk kita semua. Tindakan untuk kembali setelah melakukan satu kegiatan adalah sebuah kebiasaan yang kadang sadar atau tidak sadar terjadi begitu saja.
Contoh, setelah bekerja seharian di tempat kerja maka kita kembali ke rumah lagi setelah pergi dari rumah sejak pagi hari.
Kita juga bisa mengambil contoh lainnya sebagai bentuk tindakan kembali setelah satu kejadian, peristiwa atau apa saja itu. Kita kembali karena ada satu panggilan moral untuk yang sudah terbentuk dalam diri kita.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Kembali lagi pada hari ini, kita disuguhkan lagi dengan kerendahan hati. Kitab Kebijaksanaan secara khusus memberi peringatan dengan penuh kasih kepada para pembesar yang telah memerintah: “Hendaknya kalian belajar menjadi bijaksana dan jangan sampai jatuh. Sebab mereka yang secara suci memelihara yang suci akan disucikan pula dan yang dalam hal itu terpelajar akan mendapat pembelaan.”
Kitab kebijaksanaan dalam hal ini telah memperingati para pembesar dan penguasa: “Maka kalau kalian tidak memerintah dengan tepat, tidak tepat pula menepati hukum, atau tidak berlaku menurut kehendak Allah. Ia akan mendatangi kalian dengan dasyat dan cepat. Pengadilan yang tak terelakan akan menimpa para pembesar.”
Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 15 November 2023, Tiga Cara Tetap Bersyukur dengan Situasi Up and Down
Kitab Kebijaksanaan secara moral spiritual memberikan catatan penting bagi para pembesar dan penguasa agar selalu sadar dan rendah hati bahwa kekuasaan yang mereka dapatkan itu adalah dari Tuhan sendiri karena Tuhanlah penguasa tertinggi dan mampu mengadili semua yang tak melaksanakan tugas dengan baik dan benar dengan keadilanNya.
Di sini, para pembesar selalu dituntut untuk rendah hati dalam tindakan mereka setiap hari secara khusus kepada rakyat yang telah dipercayakan kepada mereka.
Dan tindakan kerendahan hati ini diangkat secara khusus oleh Yesus dalam pengajaranNya kepada para muridNya dan semua orang yang mengikutiNya dalam perjalanan ke Yerusalem dan berjumpa dengan orang-orang yang sakit kusta.
Dikisahkan bahwa ada 10 orang kusta yang menemui Dia dan meminta disembuhkan dan semua mereka disembuhkan lalu Yesus meminta mereka untuk memperlihatkan diri mereka kepada Imam akan kesembuhan mereka.
Namun setelah semuanya sembuh dan melakukan apa yang diperintahkan Yesus, salah satu orang dari mereka yang adalah seorang Samaria, kembali kepada Yesus dan bersyukur dan memuji Tuhan atas kesembuhan yang dia alami.
Mungkin kelihatan sangat sederhana, tetapi bagi Yesus ini adalah satu tindakan mulia apalagi dia seorang Samaria. Dalam konteks sosial masyarakat, orang Samaria dianggap kelompok masyarakat kelas kedua dari orang Yahudi apalagi ditambah dengan penyakit kusta, mereka semakin dikucilkan dalam masyarakat.
Yesus meminta mereka memperlihatkan diri kepada imam adalah juga salah satu bentuk mengembalikan orang-orang kusta itu kepada masyarakat lagi bahwa mereka sudah sembuh agar diterima kembali dalam masyarakat.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 15 November 2023, Bersyukur
Baca juga: Renungan Harian Katolik Selasa 14 November 2023, Jiwa Orang Benar Ada di Tangan Allah
Tindakan “kembali” oleh seorang Samaria itu harus menjadi juga contoh bagi kita. Kita kadang sudah mendapat banyak hal entah dari sesama yang adalah juga dari Tuhan, maka tindakan “kembali” untuk bersyukur dan memuliakan Tuhan sebagai bentuk kerendahan hati kita di hadapan Tuhan adalah sebuah tindakan moral spiritual yang sangat tepat.
Karena kecenderungan manusiawi kita adalah gampang sekali melupakan orang yang berbuat baik kepada kita dan lebih fokus kepada apa pemberiannya. Karena terlalu fokus dengan kebaikan itu kita kadang atau bahkan sering melupakan pemberinya.
Dan lebih lucu lagi, setelah mendapatkan itu sikap kita bisa berubah 180 derajat kepada sang pemberi. Mulai muncul penyakit lupa. Ini cerita klasik di antara kita. Atau juga ketika musim politik seperti ini, segala sesuatunya dapat berubah 180 derajat dari sikap kita sebelumnya.
Orang bisa menjadi musuh bahkan bisa saling membunuh dan melupakan untuk “kembali”. Mari kita belajar dari seorang Samaria yang telah “kembali” kepada Yesus untuk bersyukur selalu dalam semua hal yang kita terima dari Tuhan sendiri.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Pesan untuk kita, pertama: semua kekuasaan berasal dari Allah, maka bersikaplah selalu rendah hati. Kedua, setiap pemberian yang kita terima bersumber pada Allah. Ketiga, jangan pernah lupa untuk “kembali” kepada Tuhan sumber segala sesuatunya dalam hidup kita.(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/PIO-HAYON_06.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.