Psikolog Andriyani Emilia Lay Beri Tips Cegah Seseorang Bunuh Diri

Psikolog Andriyani Emilia Lay beri tips cegah seseorang melakukan bunuh diri.

|
PK/HO
Andriyani Emilia Lay, MA, Psikolog 

POS-KUPANG,COM, KUPANG - Psikolog Andriyani Emilia Lay, MA, Psikolog, membeirkans ejumlah tips untuk mencegah seseorang melakukan tindak bunuh diri.

Andriyani Emilia Lay dimintai tanggapannya, terkait kasus dugaan bunuh diri yang dilakukan Rambu Kudu, mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kupang, Selasa (10/10) yang melompat dari atas Jembatan Liliba di Kupang.

Andriyani Emilia Lay mengatakan, Jembatan Liliba di Kupang yang sering menjadi pilihan orang bunuh diri itu bisa dikatakan sebagai metode atau cara yang dipilih oleh seseorang untuk mengakhiri hidupnya. Mengapa memilih metodei ini atau metode lainnya?

Baca juga: Psikolog Juliana : Cegah Kasus Bunuh Diri, Kampus Mesti Siapkan Layanan Kesehatan Mental

Beberapa penelitian pada kasus-kasus bunuh diri mengemukakan ada beberapa faktor yang memengaruhi seseorang dalam memilih metode untuk mengakhiri hidupnya. Yakni adanya niat, keseriusan niat seseorang untuk mengakhiri hidup.

Orang yang masih memiliki sedikit harapan untuk hidup akan memilih metode yang tidak mematikan secara langsung atau tingka tkeparahan.

Kedua, adanya etersediaan/akses ke metode yakni ketersediaan atau kemudahan untuk mendapatkan atau menggunakan metode tersebut. Pengetahuan pelaku mengenai metode yang dipilih dan kemungkinan mematikan.

Terkait kasus dugana bunuh diri yang dilakukan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kupang, Rambu Kudu, Selasa (10/10) pagi lalu, Andriyani Emilia Lay menyatakan turut berduka cita.

Andriyani Emilia Lay
Andriyani Emilia Lay, MA, Psikolog (PK/HO)

"Saya turut berduka dan menyayangkan terjadinya peristiwa ini. Kejadian ini memberi pesan untuk kita semua untuk lebih peduli terhadap masalah kesehatan mental," kata Andriyani Emilia Lay.

Menurutnya, seiring dengan perkembangan jaman membawa perubahan dan tuntutan kehidupan yang semakin kompetitif. "Ini berarti kita perlu memiliki ketangguhan mental untuk beradaptasi dengan berbagai tantangan kehidupan," katan Andriyani Emilia Lay.

Andriyani Emilia Lay menjelaskan, sebenarnya yang menyebabkan orang bunuh diri itu ada banyak alasan. Untuk memahami 'alasan atau mengapa seseorang mengakhiri hidupnya', dapat disebabkan oleh beberapa faktor.

Baca juga: Polisi Dalami Kasus Mahasiswi Bunuh Diri di Jembatan Liliba Kota Kupang

Pertama, menderita gangguan mental seperti gangguan bipolar atau gangguan suasana hati/mood. "Orang dengan ganguan kepribadian ambang, pengguna obat-obatan dan alkohol, penderita schizophrenia, depresi, mengalami stres kehidupan seperti masalah keuangan, relasi/hubungan dengan orang lain," kata Andriyani Emilia Lay.

Berikutnya, karena menghindari dari situasi atau perasaan yang dinilai tidak mungkin dihadapi misalnya aspek perasaan seperti merasa malu, bersalah, merasa menjadi beban bagi orang lain, ditolak, kehilangan, kesepian.

"Beberapa situasi atau peristiwa yang dihadapi seseorang dapat menjadi faktor pendorongs eperti dengan lanjut usia, kematian pasangan, pencandu obat atau alkohol, menderitas akits erius, kehilangan pekerjaan atau masalah keuangan," katanya.

TANGIS KELUARGA - Tangis keluarga almh Anggreani Kudu Lobo di ruang instalasi pemulasaran jenazah (IPJ) RSB Titus Ully, Selasa (10/10).
TANGIS KELUARGA - Tangis keluarga almh Anggreani Kudu Lobo di ruang instalasi pemulasaran jenazah (IPJ) RSB Titus Ully, Selasa (10/10). (POS KUPANG/RAY REBON)

Bagi Andriyani Emilia Lay antisipasi yang bisa dilakukan untuk mencegah tindakan bunuh diri yakni adanya dukungan sosial atau lingkungan. Hal ini sangat diperlukan untuk membantu mencegah terjadinya tindakan ini.

Menurut Andriyani, ada beberapa tips yang dapat dilakukan keluarga, seperti pertama kenali tanda-tanda seseorang memiliki masalah mental seperti yang disebutkan di atas.

"Orang dengan masalah kejiwaan umumnya berisiko tinggi melakukan tindakan bunuh diri. Keluarga perlu lebih waspada dan peka terhadap situasi anggota keluarga," katanya.

Kedua, Mendengarkan. Mendengarkan disini termasuk memperhatikan perubahan perilaku ketika anggota keluarga menjadi pendiam atau tidak berbicara. Diam tidak selalu berarti berarti baik-baik saja.

Ketiga, memberikan dukungan dengan empati. "Tidak memandang remeh pikiran atau ucapan untuk bunuh diri sebagai drama atau mengada-ada untuk mencari perhatian," katanya.

Menurut Andriyani Emilia Lay, bentuk perhatian dan empati dapat ditunjukkan misalnya dengan menanyakan apakah kamu baik-baik saja? Atau apakah kamu memikirkan sesuatu yang mengganggu? Apakah kamu ingin menceritakan permasalahanmu? Katakan pada saya jika kamu membutuhkan sesuatu?

Baca juga: Rambu Kudu Anaknya Ceria, Pamit Keluarga untuk Wisuda Ditemukan Tak Bernyawa

Keempat, segera cari bantuan professional. Kelima, jauhkan segala sesuatu di sekitar rumah yang dapat dijadikan alat untuk melangsungkan niat bunuh diri. Keenam, Jangan biarkan anggota keluarga sendirian.

Berikan dorongan untuk bertemu keluarga atau teman yang dapat membangkit semangat atau memberikan pengaruh positif.

"Perlu diingat, perlu bersabar karena membutuhkan waktu dalam menangani masalah mental," kata Andriyani Emilia Lay.

Apa yang mesti dilakukan individu agar tak memutuskan untuk bunuh diri, Andriyani mengatakan, hal yang bisa dilakukan yakni menceritakan permasalahan yang dihadapi dengan orang seperti teman atau anggota keluarga yang dapat dipercaya untuk berbagi perasaan.

Jembatan Liliba di jalan Piet A Talo Kota Kupang tampak dari udara.
Jembatan Liliba di jalan Piet A Talo Kota Kupang tampak dari udara. (Antara)

"Ingatlah, semua permasalahan pasti ada jalan keluarnya, meski terkadang ada yang membutuhkan waktu yang agak lama. Carilah bantuan profesional kesehatan mental sesegera mungkin," kata Andriyani Emilia Lay.

Selain itu, bisa dilakukan dengan mengalihkan pikiran-pikiran yang menganggu dengan mengingat hal-hal berarti / positif dari diri. Jika tidak dapat mengatasinya maka mintalah bantuan profesional untuk membantu memahami pikiran dan perasaan yang sedang dialami.

"Ingatlah, bahwa pikiran bunuh diri hanyalah pikiran dan perasaan sesaat. Mengakhiri hidup tidak berarti menyesaikan masalah namun hanyalah bentuk dari pelarian/menghidari masalah," katanya.

Baca juga: Mahasiswi Poltekkes Kemenkes Kupang Bunuh Diri, Ibu Korban: Dia Bilang Jubah dan Toga Ada di Teman

Belajar cara untuk mengatasi dan memecahkan masalah. "Misalnya: menyimpan nomor kontak yang dapat dihubungi untuk memintai bantuan, membuat rencana bagaimana menghidari situasi-situasi yang memicu munculnya niat untuk mengakhiri hidup," kata Andriyani.

Selain itu, bisa juga dengan cara membuat rencana atau tujuan kehidupan yang ingin dicapai.

"Bangun kehidupan rohani dan terlibat dalam kegiatans osial untuk membantu menumbuhkan perasaan-perasaan positif seperti perasaan berharga, diterima dan membangun sumber dukungan sosial," saran Andriyani Emilia Lay.

Seorang remaja putri ditemukan sudah tidak bernyawa di kali Liliba, Kelurahan Liliba, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, Selasa (10/10/2023). Korban diduga bunuh diri dengan cara melompat dari Jembatan Liliba.
Seorang remaja putri ditemukan sudah tidak bernyawa di kali Liliba, Kelurahan Liliba, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, Selasa (10/10/2023). Korban diduga bunuh diri dengan cara melompat dari Jembatan Liliba. (TANGKAPAN LAYAR)

Terkait peran kampus atau dunia pendidikan agar mahasiswa tak melakukan tindakan bunuh diri, Andriyani Emilia Lay mengatakan, sebenarnya tidak hanya terbatas pada kampus tapi untuk semua institusi, harusnya dapat membantu mencegah tindakan bunuh diri dengan beberapa cara.

"Bagaimana melakukan kampanye atau promosi kesehatan mental di lingkungan organisasi, membangun kesetiakawanan atau kepedulian bersama. Kemudian, mengindentifikasi individu yang berisiko melakukan tindakan bunuh diri dan membuat sistem layanan untuk merespon ketika ada peristiwa yang terjadi," saran Andriyani Emilia Lay. (vel)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved