Psikolog Andriyani Emilia Lay Beri Tips Cegah Seseorang Bunuh Diri

Psikolog Andriyani Emilia Lay beri tips cegah seseorang melakukan bunuh diri.

|
PK/HO
Andriyani Emilia Lay, MA, Psikolog 

"Orang dengan masalah kejiwaan umumnya berisiko tinggi melakukan tindakan bunuh diri. Keluarga perlu lebih waspada dan peka terhadap situasi anggota keluarga," katanya.

Kedua, Mendengarkan. Mendengarkan disini termasuk memperhatikan perubahan perilaku ketika anggota keluarga menjadi pendiam atau tidak berbicara. Diam tidak selalu berarti berarti baik-baik saja.

Ketiga, memberikan dukungan dengan empati. "Tidak memandang remeh pikiran atau ucapan untuk bunuh diri sebagai drama atau mengada-ada untuk mencari perhatian," katanya.

Menurut Andriyani Emilia Lay, bentuk perhatian dan empati dapat ditunjukkan misalnya dengan menanyakan apakah kamu baik-baik saja? Atau apakah kamu memikirkan sesuatu yang mengganggu? Apakah kamu ingin menceritakan permasalahanmu? Katakan pada saya jika kamu membutuhkan sesuatu?

Baca juga: Rambu Kudu Anaknya Ceria, Pamit Keluarga untuk Wisuda Ditemukan Tak Bernyawa

Keempat, segera cari bantuan professional. Kelima, jauhkan segala sesuatu di sekitar rumah yang dapat dijadikan alat untuk melangsungkan niat bunuh diri. Keenam, Jangan biarkan anggota keluarga sendirian.

Berikan dorongan untuk bertemu keluarga atau teman yang dapat membangkit semangat atau memberikan pengaruh positif.

"Perlu diingat, perlu bersabar karena membutuhkan waktu dalam menangani masalah mental," kata Andriyani Emilia Lay.

Apa yang mesti dilakukan individu agar tak memutuskan untuk bunuh diri, Andriyani mengatakan, hal yang bisa dilakukan yakni menceritakan permasalahan yang dihadapi dengan orang seperti teman atau anggota keluarga yang dapat dipercaya untuk berbagi perasaan.

Jembatan Liliba di jalan Piet A Talo Kota Kupang tampak dari udara.
Jembatan Liliba di jalan Piet A Talo Kota Kupang tampak dari udara. (Antara)

"Ingatlah, semua permasalahan pasti ada jalan keluarnya, meski terkadang ada yang membutuhkan waktu yang agak lama. Carilah bantuan profesional kesehatan mental sesegera mungkin," kata Andriyani Emilia Lay.

Selain itu, bisa dilakukan dengan mengalihkan pikiran-pikiran yang menganggu dengan mengingat hal-hal berarti / positif dari diri. Jika tidak dapat mengatasinya maka mintalah bantuan profesional untuk membantu memahami pikiran dan perasaan yang sedang dialami.

"Ingatlah, bahwa pikiran bunuh diri hanyalah pikiran dan perasaan sesaat. Mengakhiri hidup tidak berarti menyesaikan masalah namun hanyalah bentuk dari pelarian/menghidari masalah," katanya.

Baca juga: Mahasiswi Poltekkes Kemenkes Kupang Bunuh Diri, Ibu Korban: Dia Bilang Jubah dan Toga Ada di Teman

Belajar cara untuk mengatasi dan memecahkan masalah. "Misalnya: menyimpan nomor kontak yang dapat dihubungi untuk memintai bantuan, membuat rencana bagaimana menghidari situasi-situasi yang memicu munculnya niat untuk mengakhiri hidup," kata Andriyani.

Selain itu, bisa juga dengan cara membuat rencana atau tujuan kehidupan yang ingin dicapai.

"Bangun kehidupan rohani dan terlibat dalam kegiatans osial untuk membantu menumbuhkan perasaan-perasaan positif seperti perasaan berharga, diterima dan membangun sumber dukungan sosial," saran Andriyani Emilia Lay.

Seorang remaja putri ditemukan sudah tidak bernyawa di kali Liliba, Kelurahan Liliba, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, Selasa (10/10/2023). Korban diduga bunuh diri dengan cara melompat dari Jembatan Liliba.
Seorang remaja putri ditemukan sudah tidak bernyawa di kali Liliba, Kelurahan Liliba, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, Selasa (10/10/2023). Korban diduga bunuh diri dengan cara melompat dari Jembatan Liliba. (TANGKAPAN LAYAR)

Terkait peran kampus atau dunia pendidikan agar mahasiswa tak melakukan tindakan bunuh diri, Andriyani Emilia Lay mengatakan, sebenarnya tidak hanya terbatas pada kampus tapi untuk semua institusi, harusnya dapat membantu mencegah tindakan bunuh diri dengan beberapa cara.

"Bagaimana melakukan kampanye atau promosi kesehatan mental di lingkungan organisasi, membangun kesetiakawanan atau kepedulian bersama. Kemudian, mengindentifikasi individu yang berisiko melakukan tindakan bunuh diri dan membuat sistem layanan untuk merespon ketika ada peristiwa yang terjadi," saran Andriyani Emilia Lay. (vel)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved