Lepas Komodo di CA Wae Wuul

Enam Komodo Dilepasliarkan di CA Wae Wuul Labuan Bajo, Semuanya Jantan

Pemantauan itu dilakukan melalui GPS yang dipasang pada tubuh komodo, serta pantauan dari kamera trap.

|
Penulis: Engelbertus Aprianus | Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/BERTO KALU
CAGAR ALAM - Komodo saat dilepasliarkan di Cagar Alam Wae Wuul, Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, ditampilkan secara streaming dari layar televisi, Sabtu 23 September 2023. 

Sementara Sr Section Manager of GA PT Smelting Saptohadi Prayetno menyebut GPS yang dipasang di tubuh komodo dipastikan aman, tidak menggangu maupun melukai tubuh dari komodo. GPS itu dapat memantau pergerakan komodo sejauh 8 kilometer.

"Dipasang di bagian selangkangannya tetapi posisi di belakang, dijamin aman. Ini juga supaya gampang kita lakukan monitor, ketika misalnya komodo sudah berjalan melewati batas wilayah itu ketahuan," ungkapnya.

Sapto menyebut, dari data GPS itu juga akan digunakan sebagai bahan tulisan yang dipublikasikan sebagai kontribusi untuk Ilmu terapan dalam bidang konservasi komodo. Untuk diketahui, pelepasliaran enam ekor Komodo ini merupakan salah satu program CSR dalam hal konservasi yang dilakukan PT Smelting.

Pelepasliaran Komodo Pertama di Dunia

Direktur Taman Safari Indonesia (SFI) Jansen Manansang menyebut, pelepasliaran enam komodo dari hasil pengembangbiakan di TSI itu adalah yang pertama terjadi di dunia.

Jansen bersyukur enam komodo bisa pulang kampung ke habitat aslinya di CA Wae Wuul Manggarai Barat. Menurutnya kepulangan enam komodo ke habitat aslinya menjadi suatu keharusan.

"Ini suatu peristiwa yang baru terjadi di dunia, TSI yang telah ditetapkan oleh KLHK sebagai lembaga konservasi memiliki peran dan fungsi dalam pengembangan konservasi Ex Situ dan In Situ," kata Jansen.

Baca juga: BKSDA Sebut Komodo Tak Hanya Hidup di TN Komodo, Ada Juga di Taman Laut 17 Pulau Riung

Sementara itu, dokter hewan di Taman Safari Indonesia drh. Bongot menjelaskan, enam komodo yang dilepasliarkan ini lahir pada Februari 2022, rata-rata berusia 3 tahun.

Sejak lahir, kata Bongot, enam komodo ini sudah dilatih untuk hidup di alam liar, mulai dari pemberian makanan dengan cara disembunyikan, bertujuan agar komodo memiliki insting berburu, kemudian memberikan makanan yang tidak bersih, sesuai temuan di alam, dan melatih pergerakan leher menyesuaikan dengan cara makan komodo.

"Untuk saat ini masih ada 50 lebih komodo yang hidup di Taman Safari Indonesia, didominasi komodo jantan," ungkapnya.

Respon Pemerintah Daerah

Bupati Manggarai Barat Edistasius Endi menyambut baik kepulangan enam komodo ke habitat aslinya di CA Wae Wuul. Kendati demikian dia tidak menginginkan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat komodo mudah ditemukan di luar Manggarai Barat.

"Menjadi kegundahan apabila dengan kemajuan iptek nanti dimana-mana ada itu komodo, saya kira bukan itu tujuannya, tetapi murni untuk kepentingan bagaimana komodo tetap lestari, kalaupun di tempat lain ada (komodo) tetapi tidak seperti di Manggarai Barat," ujarnya.

 

Edi Endi menyebut, dari seluruh populasi komodo yang hidup di Manggarai Barat didominasi spesies jantan, dia khawatir hal itu akan berdampak pada kelestarian komodo di Manggarai Barat.

"Di Taman Safari itu lebih banyak produksi betina, pas usianya sudah bisa bereproduksi bawalah kembali ke sini habitat aslinya (Manggarai Barat)," harap Edi Endi. (*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved