Data Terpilah Profil GEDSI Penting untuk Provinsi NTT

Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) perlu memiliki data Terpilah terkait Profil kesetaraan Gender Disabilitas dan Inklusi Sosial (GEDSI) di NTT.

|
SCREENSHOT/POS KUPANG
LOKAKARYA PROFIL GEDSI - lokakarya sehari terkait Profil kesetaraan Gender Disabilitas dan Inklusi Sosial (GEDSI) di NTT, Rabu (30/8) pagi. Lokakarya ini digelar oleh Kemitraan Australia Indonesia untuk Ketahanan Kesehatan (AIHSP) bersama Bapelitbangda NTT dan lembaga terkait di Aston Hotel Kupang, secara ofline dan During. 

Sementara itu, Juliana Ndolu menjelaskan, angka kesakitan mulai menurun di tahun 2022 dengan terkendalinya pandemic COVID-19.

PTD Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak NTT mencatat tahun 2022 terjadi 779 kasus kekerasan terhadap anak (KTA), perempuan 611 orang, Laki-laki 168 orang, mayoritas kasus kekerasan seksual pada anak perempuan. Sebanyak 802 kasus kekerasan terhadap perempuan dewasa (KTP), mayoritas kasus KDRT.

"Saat Pandemi COVID-19 KTP meningkat 50 persen, namun mereka kesulitan mengakses layanan akibat pembatasan," kata Juliana Ndolu.

Pada saat bencana Seroja tugas perempuan semakin berat untuk memastikan ke terpenuhan kebutuhanrumah tangga, sehingga rentan terhadap masalah kesehatan termasuk kesehatan reproduksi. Keamanan perempuan juga terganggu karena tempat tinggal yang tidak aman.

Saat Pandemi COVID-19, perempuan lebih taat menjalan protokol kesehatan dibandingkan laki- laki. Lebih banyak perempuan atau 76,2 persen mendapatkanvaksin dengan kesadaran sendiri dibandingkan dengan laki-laki  atau 70,0 persen persen.

LOKAKARYA PROFIL GEDSI - lokakarya sehari terkait Profil kesetaraan Gender Disabilitas dan Inklusi Sosial (GEDSI) di NTT, Rabu (30/8) pagi. Lokakarya ini digelar oleh Kemitraan Australia Indonesia untuk Ketahanan Kesehatan (AIHSP) bersama Bapelitbangda NTT dan lembaga terkait di Aston Hotel Kupang, secara ofline dan During.
LOKAKARYA PROFIL GEDSI - lokakarya sehari terkait Profil kesetaraan Gender Disabilitas dan Inklusi Sosial (GEDSI) di NTT, Rabu (30/8) pagi. Lokakarya ini digelar oleh Kemitraan Australia Indonesia untuk Ketahanan Kesehatan (AIHSP) bersama Bapelitbangda NTT dan lembaga terkait di Aston Hotel Kupang, secara ofline dan During. (SCREENSHOT/POS KUPANG)


 "Situasi ini dipengaruhi oleh peran perempuan sebagai penanggung jawab perawatan kesehatan keluarga, sehingga mereka lebih banyak mengakses informasi kesehatan . Anak-anak, Lansia dan difabel kurang mendapatkan akses vaksin karena kurangnya pendataan yang lengkap dan kesulitan menjangkau tempat vaksin," jelas Juliana Ndolu.

Terkait kesehatan hewan dan masyarakat, jelas Juliana, ternak Babi merupakan hewan piaraan yang penting dalam kehidupan masyarakat NTT. Umumnya ternak babi dipelihara disekitar rumah dan mayoritas perempuan bertanggungjawab dalam pemeliharaan. Mulai dari membersihkan kandang, menyiapkan dan memberi makan, membeli obat dan memanggil vaksinator untuk vaksin ternak, dikerjakan oleh perempuan.

Saat penyakit ASF/ Flu babi,  demikian Juliana Ndolu, NTT kehilangan sekitar 500.000-an babi dengan kerugian mencapai miliaran rupiah. Semahalnya dengan kasus kehilangan pekerjaan akibat COVID 19. Kerugian ini dapat mempengaruhi kondisi perekonomian keluarga, kesehatan, nutrisi kesehatan ibu hamil dan anak (stunting), bahkan konflik dalam rumah tangga atau kekerasan.

Pemeliharaan ternak umumnya dilakukan secara tradisional dengan pengetahuan yang terbatas soal kesehatan hewan dan manusia. Sebagai contoh, tidak adanya pengetahuan tentang biosekuriti kandang ternak dan peternakan semi intensifmembuatwabah ASF cepat sekali menyebar

Dalam hal rabies, Anjing merupakan hewan pelindung manusia dan penjaga aset keluarga dan komunitas. Umumnya lebih banyak perempuan berperan dalam pemeliharaan anjing, terutama dalam memberi makan atau merawat anjing sakit.

Anak merupakan kelompok yang senang bermain dengan anjing termasuk memprovokasi anjing (terutama anak laki- laki) . Perempuan merupakan perawat utama dalam keluarga ketika anak tergigit anjing. Saat kasus penyakit anjing rabies merebak di TTS, jumlah korban gigitan anjing 1.092 orang mayoritas pada kelompok anak. Terdapat 6 orang meninggal, 1 dewasa dan 5 orang anak (L: 4, P: 2).

Masih banyak kelompok yang belum terpapar informasi tentang rabies di masyarakat, terutamad alam hal penanganan gigitan dan interpretasi seberapa parah gigitan anjing Informasi untuk pencegahan rabies belum secara cermat mempertimbangkan detil informasi yang dapat dipahami masyarakat, media yang sesuai dengan kelompok sasaran, serta bahasa yang digunakan dalam keragaman etnis dan bahasa yang ada.

Kesimpulan dari lokakarya itu, bahwa konstruksi sosial atas peran perempuan danlaki-laki, anak-anak dan orang dewasa, difabel dan non difabel turut mempengaruhi akses dan pengalaman yang berbeda dalam hal pendidikan dan pekerjaan, kesehatan, kerentanan terhadap penyakit.

"Partisipasi kerja perempuan yang lebih rendah dari laki-laki, dan dominasi ranah kerja perempuan di sektor tak berbayar dan perawatan keluarga memposisikan mereka sebagai pihak yang banyak terpapar penyakit ketika melakukan aktivitas untuk perawatan keluarga dan rumah tangga, termasuk dalam perawatan hewan peliharaan atau ternak," katanya.

Selanjutnya, perempuan dan anak-anak pun menjadi lebih rentan terhadap penyakit pada masa pandemi COVID-19, bencana Seroja, dan tertular penyakit dari hewan akibat aktivitas dan peran mereka di masyarakat.

Sumber: Pos Kupang
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved