Mahasiswa Tanpa Skripsi
Beda Sikap Mahasiswa Unika Ruteng Merespon Kebijakan Tidak Wajib Skripsi
Menanggapi keputusan itu, beragam respon disampaikan oleh Mahasiswa/Mahasiswi Unika Santo Paulus Ruteng. Ada yang stuju dan juga tidak setuju.
"Saya sebagai mahasiswi tingkat 4 di Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng, setuju dengan kebijakan tersebut karena dengan tidak diwajibkan skripsi bukan berarti mahasiswa diberi keringanan atau bermental instan untuk menyandang sarjana. Namun, dengan tidak diwajibkan skripsi mahasiswa dituntut untuk membuat tugas akhir berupa produk, aplikasi, program, atau tulisan yang berguna dan dapat digunakan oleh masyarakat," terangnya
Prodak yang dihasilkan itu nanti, selaras dengan program studi yang ditempuh, seperti barang dan jasa ataupun karya monumental lain.
Baca juga: BEM Unika Ruteng Bantu Anok Bocah Lumpuh di Manggarai Timur Dengan Galang Dana
"Produk yang dihasilkan harus sesuai dengan program studi yang ditempuh mahasiswa dan berbentuk barang dan jasa, seperti peralatan, konstruksi, material, makanan, pakaian/busana, prototipe/model, perangkat lunak sistem, karya seni, dan karya monumental lainnya," jelasnya
Ani mengumpamakan, dirinya yang saat ini sebagai mahasiswa Keguruan, tugas akir yang diselesaikan bisa berupa modul dengan validasi teruji.
Poin penting menurut Ani dengan adanya transfomasi yang dilakukan oleh Menteri Nadiem dalam trobosan baru untuk menghasilkan kerja-kerja nyata
"Misalnya saya sebagai mahasiswa keguruan bisa saja tugas akhirnya mengembangkan produk berupa modul ajar dengan validitas teruji.
Intinya kita harus melakukan terobosan baru dalam menjamin mutu pendidikan di Indonesia dengan kerja-kerja nyata. BEM Unika Santo Paulus Ruteng," tutupnya. (*)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.