Berita Lembata
LSM Barakat Perkuat Pengelola Muro untuk Jaga Eksistensi Konservasi Alam dengan Kearifan Lokal
LSM Barakat melihat Muro sebagai strategi cerdas peninggalan nenek moyang di Lembata untuk menjaga keberlanjutan pangan yang seimbang
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Eflin Rote
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo
POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA - Sudah hampir satu dekade LSM Barakat mendampingi masyarakat untuk menjaga eksistensi Muro, sebuah model konservasi laut dengan kearifan lokal. Muro merupakan kawasan yang dilindungi dan dijaga oleh masyarakat melalui ritual dan aturan adat.
LSM Barakat melihat Muro sebagai strategi cerdas peninggalan nenek moyang di Lembata untuk menjaga keberlanjutan pangan yang seimbang, sekaligus metode adaptasi perubahan iklim yang mutakhir.
Di Lembata, setidaknya ada lima desa pesisir yang saat ini masih mempraktikkan Muro yakni di Kolontobo (Ile Ape), Lamawolo (Ile Ape Timur), Lamatokan (Ile Ape Timur), Tapobaran (Lebatukan), dan Dikesare (Lebatukan).
Baca juga: Kapolres, Ketua DPRD dan Sekda Lembata Tonton Langsung, Persebata Lolos 8 Besar El Tari Memorial Cup
Untuk memperkuat kapasitas para pengelola Muro di lima desa ini, Koalisi Adaptasi dan LSM Barakat menggelar Training of Trainer (ToT) kepada para pengelola Muro di lima desa ini selama dua hari, 23-24 Agustus 2023.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Amplifying Voices for Just Climate Actions yang didukung oleh Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial (HIVOS – Indonesia).
“Selama ini organisasinya sudah ada dengan SK tapi mereka belum bergerak dan dinamika tidak berjalan maka kita fasilitasi mereka bahwa pengelolaan muro butuh struktur yang baik,” kata Direktur LSM Barakat, Benediktus Bedil saat ditemui di Moting Ema Maria, Lewoleba, Kamis, 24 Agustus 2023.
Baca juga: Yayasan Plan Indonesia Kumpulkan Pemangku Kepentingan Susun Rencana Aksi Kebakaran Lahan di Lembata
Pada kesempatan itu, Romo Yansen Raring, Pr sebagai fasilitator terlebih dahulu membangun kesadaran para pengelola Muro tentang eksistensi Muro di tengah situasi perubahan iklim dan pendidihan global yang semakin memburuk. Kemudian, Romo Yansen meminta para pengelola Muro untuk membangun narasi yang kuat tentang pentingnya Muro supaya bisa digaungkan kepada semua orang.
Benediktus mengatakan pelatihan itu juga menggarisbawahi pentingnya penguatan kelompok Muro dengan merancang program kerja dengan inovasi-inovasi adaptasi ramah lingkungan.
Para pengelola Muro juga sudah tergabung dalam koperasi Lamatobo Baran Sare yang bertujuan untuk membuat skema keuangan kerakyatan bagi keberlangsungan ekonomi para pelaku Muro di desa.
“Barakat tetap komitmen perkuat Muro dan sekarang ada beberapa desa sudah mandiri mengelola Muro seperti desa Tapobaran dan Kolontobo yang sudah hasilkan peraturan desa (perdes). Hasilnya sudah mereka rasakan,” katanya.
Baca juga: Polres Lembata Tanam Seribu Pohon Beringin Afrika dan Ipi
Sherly Maran, staf LSM Barakat, menambahkan, selama ini Muro masih sebatas ritual adat tetapi dengan penguatan kapasitas yang mereka gelar, para pengelola Muro diberi pengetahuan yang lebih luas sehingga kelompok Muro bisa menjadi organisasi masyarakat sipil.
Pelatihan itu memang bertujuan untuk memperkuat suara-suara untuk aksi iklim yang adil dengan cara melakukan meningkatkan kapasitas kelompok/organisasi masyarakat sipil lokal dan kelompok marjinal di wilayah sasaran program, akuisisi narasi media lokal dan pengembangan hubungan dengan media nasional dan jaringan advokasi organisasi masyarakat sipil, pengelolaan, penciptaan, pertukaran pengetahuan dan kearifan lokal dalam skala nasional. (*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lain di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.