Berita Nasional
Delegasi KTT ASEAN Ke-43 Gunakan MRT dan Kendaraan Listrik
Namun, transformasi ini tidak hanya terbatas pada mobil listrik. Indonesia juga mengintegrasikan MRT dalam mobilitas delegasi.
Penulis: Apolonia M Dhiu | Editor: Oby Lewanmeru
Dua lokasi utama lainnya antara lain Hutan Kota GBK untuk acara Gala Dinner pada 6 September mulai pukul 6 sore hingga malam hari. Selain itu, ada juga program untuk para pasangan delegasi di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
“Program Spouse ini diharapkan dapat menawarkan pengalaman budaya yang unik, termasuk pemandangan miniatur pulau Indonesia setelah proses reboisasi,” lanjut dia.
Rekayasa Mobilitas
Sebagai persiapan menyambut KTT ke-43 ASEAN, pemerintah telah melangkah lebih jauh dalam memastikan kelancaran mobilitas para delegasi. Dalam forum yang sama, Juru Bicara Kementerian Perhubungan RI Adita Irawati, telah menyoroti peran penting MRT dalam mobilitas delegasi selama KTT ASEAN.
“MRT, sebagai simbol teknologi tinggi dan pelayanan terbaik, akan tetap tersedia untuk masyarakat umum. Namun, akan ada pengaturan khusus untuk delegasi pada jam-jam tertentu,” katanya.
Rute MRT yang akan digunakan oleh delegasi telah dipilih secara strategis, termasuk titik-titik penting seperti kantor ASEAN dan GBK. Hal ini mempermudah mobilitas dan aksesibilitas para delegasi ke tempat-tempat yang relevan.
Baca juga: Transisi ke Kendaraan Listrik Berpotensi Tekan Emisi 6,9 Juta Ton CO2
Di sisi lain, dalam rangka memberikan pengalaman yang lancar dan efisien bagi para delegasi, Adita menjelaskan bahwa serangkaian persiapan telah dilakukan.
Pertama, langkah pengaturan di Bandara akan dilakukan, mirip dengan pendekatan yang telah diterapkan dalam KTT G20 sebelumnya. Tujuannya adalah memastikan bahwa tiba di Indonesia adalah pengalaman yang menyenangkan bagi para delegasi.
“Selanjutnya, fokus akan beralih pada mobilitas dan konektivitas selama KTT. Salah satu aspek yang menonjol adalah penerapan ganjil genap dan rekayasa lalu lintas yang terencana,” jelasnya.
Upaya mengurangi dampak mobilitas yang tinggi selama KTT ASEAN juga melibatkan rekayasa lalu lintas yang disusun dengan cermat.
Baca juga: PNS Eselon I dan II Diberi Kendaraan Listrik, Kemenkeu Atur Uang Lembur dan Perjalanan Dinas
Adita mengakui bahwa tidak mungkin untuk menghindari mobilitas sepenuhnya, terutama di sektor-sektor tertentu yang memerlukan kehadiran fisik. Maka dari itu, solusi seperti WFH (work for home) diperkenalkan sebagai upaya untuk mengurangi mobilitas di beberapa sektor.
Dalam hal informasi kepada masyarakat, Adita menekankan pentingnya kesadaran masyarakat dalam mencari informasi tentang peraturan lalulintas dan mobilitas selama KTT ASEAN.
“Pemerintah melalui pihak berwenang akan terus berusaha untuk memberikan sosialisasi agar masyarakat dapat mengantisipasi dengan baik,” pungkasnya.
Dengan kerja sama antara pemerintah, operator transportasi, dan masyarakat, Indonesia dapat mencapai KTT ASEAN yang sukses dalam segi substansi dan penyelenggaraan, sambil memberikan dampak positif pada lingkungan dan masyarakat. (*)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.