Wawancara Eksklusif

Wawancara Eksklusif Prof Siti Zuhro: Lembaga Survei Harus Transparan Siapa Pendananya

Fungsi lembaga survei sejatinya menyempurnakan pilar demokrasi terutama menjelang Pemilu Presiden 2024.

Editor: Alfons Nedabang
TRIBUNNEWS.COM
Logo acara Periset Talks bersama Tribun Network. 

Dia akan menggiring opini, memengaruhi yang lain dan lain sebagainya. Tolong ingat bahwa pendidikan orang Indonesia yang perguruan tinggi kalau dihitung hanya lima persen. Maka kita punya empati lah.

Lembaga-lembaga survei itu saatnya di pemilu yang keenam nasional ini turun gunung menyempurnakan proses demokrasi bagaiamana agar tahapan pemilu serentak terlalui dengan bagus.

Kita harus sadar lho karena apa kita menyaksikan law enforcement kita turun drastis ke titik nadir. Penegakan hukum kita luar bisa beratnya. Kita menghormati Pak Menkopulhukam upayanya yntuk menegakan kembali hukum kita tetapi masih tertatih-tatih.

Maka kita ngeri kalau landasan hukumnya tidak berkualitas untuk memberikan katakan sebagai penopang tahapan pemilu maka yang terjadi distorsi. Maka akan terhadi penyimpangan besar-besaran.

Kalau MK sudah nggak dipercaya lagi sekarang kita sudah mendengarkan kayak apa yang namanya Mahkamak Konstitusi. Lalu institusi penegak hukum seperti kepolisian, jaksa agung dan lain sebagainya.

Maka yang kita harapkan masyarakat memiliki public trust yang utuh. Media, hand-in-hand dengan kampus, perhimpunan periset, dan ormas harus kita berikan ruang supaya at the end at the day tidak ada blaming. Menyalahkan bahwa ini pemilu curang, lalu marah mereka, itu jelek.

Kita ingin endingnua bagus siapapun menang kita rayakn. Karena apa tidak ada dusta, kalau lembaga survei quick count ini yang menang. Pasti akan terjadi mosi tidak percaya.

Syarat utama mendeklarasikan hasil survei adalah mempublikasikan siapa pendananya, selain itu apa lagi?

Representasi dan respondennya itu seperti apa, kalau respondennya homogen ya iyalah memenangkan siapa. Katakanlah sudah ditelfon satu per satu tapi siapa respondennya itu.

Terus jawabannya sudah disiapkan itu-itu juga. Ya tentu lah buyers. Jadi melakukn survei kalau nawaitunya ingin menyempurnakan sebagai pilar demokrasi.

Menurut saya variasi tadi itu, karena penduduk kita bhineka tunggal ika, maka kapan itu saya mengatakan survei ini kejam banget sih. Representasi perempuan hanya nol koma.

Jadi dengan kata lain nggak ada yang muncul dari perempuan. Mbok ya disemangati. Kalau repondennya devote ngomong aja apa adanya. Saya ini peneliti sejak tahun 1986 jadi sudah tahu lah kita bisa menggiring ini jawabannya nanti.

Tetapi fenomena (menggiring jawaban survei) itu memang ada ya?

Suatu ketika terjadi silang sengkarut karena marah kepada lembaga survei. Pada tahun 2008 waktu itu Pilkada Jatim karena hasil survei bagaimana gitu sehingga daerah tersebut tidak terima.

Jadi pahamilah Indonesia ini majemuk yang sebagian besar pendidikannya belun tinggi. Maka yang diperlukan adalah proses pembelajaran. Kita harus sabar dan harus punya empati.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved