Wawancara Eksklusif

Wawancara Eksklusif TB Hasanuddin: Membeli Pesawat Jangan Hanya Karena Selera Pemimpin

TB Hasanuddin terus menyoroti soal pembelian pesawat bekas Mirage 2000-5 dari Qatar senilai Rp 12 triliun oleh Kemenhan.

Editor: Alfons Nedabang
TRIBUNNEWS.COM
Anggota Komisi I DPR RI TB Hasanuddin dan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra di kantor Tribun Network, Palmerah, Jakarta, Kamis 17 Agustus 2023. 

Pak TB, ada yang berpendapat ketika terjadi perang, pesawat kita ini nggak ada satu pun yang siap untuk bertempur karena macam-macam sebab?

Kalau itu yang namanya perang teknologi mungkin iya. Perang teknologi itu ada perang terutama yang menggunakan alat perlengkapan yang memang tidak bisa dibuat dalam waktu segera, misalnya pesawat udara, pesawat tempur, kapal perang tetapi perang itu bukan hanya di udara dan di laut kita kan juga bisa bertempur di darat dan sebaliknya sesuai dengan doktrinnya itu yang kita miliki.

Tapi kalau mau bicara pesawat mohon maaf bukan pesawat tetapi kalau tentara kita lemah tidak juga. Kita ini ranking kelima belas di dunia.

Kemudian kalau di wilayah Asia Tenggara ya pertama lah, nomor satu. Kalau di Asia mungkin kita nomor tiga atau nomor empat setelah India, Jepang dan China. Kita masih cukup kuat.

Soal ini, pembelian 1 skuadron atau 12 unit jet tempur Mirage 2000-5 dari Qatar. Manurut Pak TB, ini kan konon untuk memperkuat alusista kita juga?

Begini, jadi soal Qatar ini, menjadi bahan pembicaraan, baik di lingkungan Komisi I DPR maupun di kalangan pengamat militer dan juga di masyarakat.

Mari kita lihat, Pembelian di Qatar itu sampai sekarang ini belum pernah dibahas di komisi I. Jadi tidak pernah dipaparkan bahwa kami akan membeli nih 10 atau 11 unit dari Mirage 2000-5 Dari Qatar atau bekas untuk dibeli ke Indonesia.

Saya sendiri anggota Komisi I DPR hanya mendapatkan informasi itu dari media. Lalu kami coba mencari informasi bahwa pesawat itu pun itu akan dibeli dan sudah cukup tua. Lifetime nya itu tinggal 10 tahun.

Lalu saya dapat informasi juga penjelasan dari Dinas Penerangan Kemenhan bahwa pembelian Mirage dari Qatar Itu dalam rangka mengisi kekosongan ketika pesawat Rafale dari Perancis itu datang tiga tahun kemudian.

Oke, sambil nunggu tiga tahun di tahun sekarang ini di tahun 2023 ke 2026 baru datang. Kekosongannya itu karena apa karena pesawat-pesawat kita tidak efektif seluruhnya bisa terbang. Karena maintenancenya dan suku cadangnya. Karena jujur biaya pemeliharaan juga kurang.

Tetapi setelah itu kami dapat informasi pesawat Mirage dari Qatar Itu juga tidak serta merta sekarang bisa dikirim. Lalu mereka akan reparasi dulu, pemeliharaan dulu baru dua tahun kemudian akan tiba. Kalau dua tahun baru akan tiba, lalu dari hari ini sampai dua tahun kemudian pake pesawat apa kita. Kosong juga.

Saya diskusi dengan para perwira mantan-mantan penerbang TNI AU, kenapa kalau misalnya kita ada uang sampai dengan Rp 10 triliun separuhnya saja Rp 5 triliun dipakai untuk revitalisasi pesawat-pesawat yang sekarang ini, baik Sokhoi maupun F-16, ya itu akan bangkit semua. Cukup. Kenapa tidak jalan itu yang diambil.

Nah ini kan konon biaya untuk membeli pesawat bekas dari Qatar ini kan sekitar Rp12 Triliun. Ini duitnya dari mana?

Tidak tahu. Kenapa Komisi I tidak tahu, Iya tidak pernah dilaporkan, tidak perlu diskusikan.

Jadi seharunya setiap anggaran kan harusnya lolos dulu di DPR?

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved