Berita Jakarta
Kualitas Udara di Jakarta pada Tingkat Berbahaya, Para Eksekutif Mendiskusikan Cara Memerangi Polusi
Kualitas udara di wilayah padat penduduk Jakarta, Indonesia telah mencapai tingkat berbahaya dalam beberapa minggu terakhir.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengatakan para dokter telah memantau kondisi Presiden.
Sementara itu, Joko Widodo telah mengarahkan intervensi pemerintah yang mendesak terkait masalah tersebut saat ia mengadakan rapat kabinet darurat dengan para menteri pada 14 Agustus untuk membahas polusi udara yang memburuk.
Joko Widodo juga mengimbau para pekerja untuk mengurai kemacetan lalu lintas dengan bekerja dari rumah.
Risiko kesehatan
Di tengah tingginya tingkat polusi, terjadi pula peningkatan jumlah risiko kesehatan.
Mereka yang tinggal di Jakarta mengalami gejala seperti infeksi dada, iritasi pada mata, kulit, mulut dan hidung, serta peningkatan kerentanan terhadap penyakit pernapasan seperti emfisema, bronkitis, dan asma berat.
Kondisi lainnya termasuk kerusakan pada jantung dan sistem peredaran darah, karena ukuran PM2.5 yang sangat kecil.
Sejauh ini, para ahli menyebut tingkat kualitas udara di Jakarta malah semakin buruk dan bukannya membaik.
1.200 Anak meninggal setiap tahun
Sebuah penelitian di Eropa menemukan bahwa polusi udara membunuh 1.200 anak setiap tahun dan juga berkontribusi terhadap penyakit mental pada manusia.
Menurut penelitian tersebut, polusi udara telah membuat hampir semua anak di seluruh benua Eropa terpapar udara yang tidak memenuhi standar kesehatan dan menunda pembersihan sumber polusi.
Menurut penilaian terbaru Badan Lingkungan Hidup Eropa mengenai polusi udara, setidaknya 1.200 anak meninggal sebelum waktunya di seluruh Eropa setiap tahunnya akibat menghirup udara kotor, dan ribuan lainnya menderita masalah kesehatan fisik dan mental yang mungkin berdampak seumur hidup.
Baca juga: Semangat Membangun Negeri, UI Kembangkan Teh dan Kopi Kesehatan Tanpa Kafein
Anak-anak sangat rentan terhadap polusi udara, menurut Gerardo Sanchez Martinez, pakar lingkungan dan kesehatan EEA. Polutan dapat memiliki efek jangka panjang pada perkembangan anak.
Penelitian telah mengaitkan polusi dengan berat badan lahir rendah dan kelahiran prematur, sehingga efeknya dimulai bahkan sebelum konsepsi.
Asma, yang sudah menyerang 9 persen remaja dan anak-anak di Eropa, juga lebih umum terjadi saat terpapar polusi udara tingkat tinggi, bersamaan dengan penurunan fungsi paru-paru, infeksi saluran pernapasan, dan alergi, menurut Deutch Welle (DW).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.