Berita Manggarai Barat
Warisan Budaya Tak Benda Asal NTT Belum Banyak Diketahui Masyarakat
I Made menyampaikan, semiloka ini juga sebagai salah satu upaya dalam menggali potensi kuliner tradisional di NTT, khususnya di Manggarai Raya
Penulis: Engelbertus Aprianus | Editor: Eflin Rote
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Berto Kalu
POS-KUPANG.COM, LABUAN BAJO - Banyak wWarisan Budaya Tak Benda (WBTB) dari Provinsi NTT yang belum diketahui masyarakat.
Hal tersebut disampaikan Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XVI Provinsi NTT Kementerian Pendididikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, I Made Dharma Suteja, dalam kegiatan seminar loka karya atau semiloka yang berlangsung di Labuan Bajo, Selasa 15 Agustus 2023.
I Made menyampaikan, semiloka ini juga sebagai salah satu upaya dalam menggali potensi kuliner tradisional di NTT, khususnya di Manggarai Raya agar bisa menjadi warisan budaya tak benda Indonesia asal Provinsi NTT.
Baca juga: Wakapolda NTT Tinjau Kesiapan Jelang Pelaksanaan AMMTC di Labuan Bajo Manggarai Barat
"kuliner tradisional di setiap kabupaten dan kota dalam wilayah NTT perlu digali dan dihidupkan lagi agar bisa menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia" kata Made Suteja di Hotel Laprima Labuan Bajo.
Lebih lanjut Made Suteja menjelaskan selain kuliner seperti Sei, ada sejumlah WBTB Indonesia yang berasal dari NTT yang berkaitan dengan budaya, alat musik tradisional, tarian khas, dan beberapa lainnya.
"NTT memiliki ciri pangan yang khas, antara lain jagung, umbi-umbian serta pangan yang memiliki kaitan budaya yang sering disajikan dalam upacara-upacara adat atau sehari-hari," ungkap Suteja.
Baca juga: Wakapolda NTT Tinjau Kesiapan Jelang Pelaksanaan AMMTC di Labuan Bajo Manggarai Barat
BPK NTT, kata dia, berkomitmen untuk mendorong tranformasi pangan berbasis budaya berkeadilan dan berkelanjutan di wilayah NTT.
Asisten Administrasi Umum Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) Aloysius Lahi, mengatakan saat ini banyak pangan lokal di Mabar khususnya dan Manggarai Raya umumnya yang mulai hilang.
"Dulu di zaman orang tua kita masih buat, sekarang banyak yang tidak ada lagi. Ini tantangan bagi kita," kata Aloysius. (*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lain di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.