Berita Manggarai Barat
8 Pelajar di Labuan Bajo Jadi Korban Kekerasan Seksual di Media Sosial
8 orang pelajar SMP di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat diduga menjadi korban kekerasan seksual berbasis online melalui media sosial
Penulis: Engelbertus Aprianus | Editor: Eflin Rote
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Berto Kalu
POS-KUPANG.COM, LABUAN BAJO - 8 orang pelajar di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP) menjadi korban kekerasan seksual berbasis online melalui media sosial.
Informasi ini disampaikan Suster Frederika Tanggu Hana, Koordinator Komisi Keadilan, Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan atau Justice, Peace, and Integrity of Creation (JPIC) SSpS Flores Barat, rumah perlindungan perempuan dan anak, Selasa 15 Agustus 2023.
Adapun modus yang digunakan pelaku terlebih dahulu berteman dengan korban melalui media sosial Facebook, lalu mengirimkan pesan yang menginformasikan pelaku sudah mengantongi foto tanpa busana milik korban.
Baca juga: 6 Komodo Pulang Kampung ke Labuan Bajo Naik Pesawat Garuda
Itu bertujuan untuk menakut-nakuti sehingga korban menuruti segala permintaan pelaku. Suster Frederika mengatakan korban rata-rata berusia 12-13 tahun.
Ia mengungkapkan, ada juga pelaku yang berpura-pura menjadi polisi dengan foto profil seragam lengkap dan mengirim pesan kepada korban melalui media sosial, menjelaskan bahwa cara penyelesaian masalah itu adalah korban harus mengirim foto tanpa busana agar aman.
Para korban yang masih usia SMP umumnya masih lugu dan menuruti permintaan pelaku karena takut.
"Lalu kemudian dia (pelaku) kasih tahu bahwa saya ini polisi sudah banyak urus kasus, kalau korban kirim foto lagi dengan sendirinya akan dihapus, anak ini tidak pikir panjang langsung kirim. Padahal itu foto pertama kali yang diterima pelaku ini," jelas Suster Frederika.
Baca juga: BREAKING NEWS: Taman Safari Bogor Kembalikan 6 Komodo ke Labuan Bajo
Setelah mendapatkan foto dari korban pertama, lanjut Frederika, pelaku kemudian menyasar korban lain, yakni teman sekolah korban pertama.
Kepada korban kedua, pelaku mengatakan bahwa ia telah mengantongi foto tanpa busana milik temannya (korban pertama), modus ini dia gunakan untuk mendapatkan foto yang sama dari korban kedua, hal yang sama pelaku lakukan terhadap korban-korban lain.
"Mereka sampai 8 orang dalam satu kelas yang jadi korban, tidak saling bertanya juga karena takut. Pelaku betul-betul buat para korban menjadi ketakutan, apalagi anak-anak ini usianya rentan sekali yang tidak pernah pikir panjang terhadap hal itu," ujarnya.
Tak berhenti sampai di situ, pelaku kemudian meminta para korban untuk membuat video dalam keadaan tanpa busana. Jika permintaan itu tidak dituruti, pelaku mengancam akan menyebarkan foto tak senonoh itu ke guru dan orang tua korban.
Baca juga: Ribuan Umat Katolik Ikuti Prosesi Laut Maria Assumpta dalam Festival Golo Koe Labuan Bajo
"Itu dia (korban) buat (video) dalam keadaan tertekan, tapi mau tidak mau buat karena diancam. Demi tutup itu korban layani, tetapi itu justru membuat korban ini terperosok lebih jauh," ungkapnya.
Dijelaskannya, foto atau video korban tidak hanya menjadi koleksi pribadi pelaku, bahkan di jual ke berbagai orang di luar negeri disertai dengan narasi yang menggoda.
"Mereka berjejaring, diduga kelompok internasional yang menyukai pedofil, sistemnya jual foto dan video dan ada target harganya," kata Frederika.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.