Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Minggu 6 Agustus 2023, Berdirilah, Jangan Takut
Di bagian akhir Renungan Harian Katolik ini disediakan teks lengkap bacaan Minggu 6 Agustus 2023 beserta mazmur tanggapan dan bait pengantar Injil
POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik berikut ditulis oleh Bruder Pio Hayon SVD dengan judul Berdirilah, Jangan Takut.
Bruder Pio Hayon menulis Renungan Harian Katolik ini dengan merujuk bacaan pertama dari Kitab Daniel 7: 9-10.13-14, bacaan kedua 2 Petrus 1: 16-19, dan bacaan Injil Matius 14: 1-12; Pesta Yesus Menampakkan Kemuliaan-Nya.
Di bagian akhir Renungan Harian Katolik ini disediakan pula teks lengkap bacaan Minggu 6 Agustus 2023 beserta mazmur tanggapan dan bait pengantar Injil.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus.
Salam damai sejahtera. Ketika kita berada pada posisi berdiri artinya kita sudah pada sebuah posisi awal yang duduk atau tidur menjadi sebuah gerakan berdiri.
Gerakan berdiri ini merujuk pada satu tindakan “siap” dari posisi sebelumnya.
Pada posisi berdiri inilah orang bisa merasakan sikap kesiapsediaan atas satu langkah yang harus diambil.
Berdiri juga berarti bangkit dari posisi duduk atau tidur. Dalam posisi inilah satu tindakan punya makna yang mendalam dalam satu tugas perutusan kita.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus.
Hari ini kita merayakan Pesta Yesus menampakkan kemuliaanNya di atas gunung Tabor.
Pesta ini dirayakan setara dengan pesta-pesta besar lainnya dalam Gereja untuk menghormati Yesus.
Kisah ini memang sudah menjadi kisah yang biasa dibicarakan oleh banyak orang dan dianggap biasa karena ini adalah kisah yang sudah terbiasa didengarkan atau dibacakan.
Namun apa pun itu, kita perlu melihatnya dalam konteks seluruh bacaan yang dipakai dalam perayaan hari Minggu ini.
Dalam bacaan pertama kitab Daniel yang mendapat penglihatan tentang takhta Allah.
“Aku, Daniel, melihat takhta-takhta dipasang,, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya. PakaianNya putih seperti salju, dan rambutNya bersih seperti bulu domba.”
Kisah ini masih berlanjut dengan begitu detail tentang bagaimana takhta sang Lanjut Usia itu.
Kisah tentang penglihatan Daniel ini mengungkapkan tentang Singgasana Allah yang dari kekal sampai kekal telah Ada karena Allah adalah kekal.
Dan terlihat di sana sebuah kisah akan kemuliaan Allah dengan kekuasaanNya “…Ia menghadap Dia Yang Lanjut Usia itu dan ia dihantar ke hadapanNya. Kepada Dia yang serupa Anak Manusia itu diserahkan kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja.”
Kisah penglihatan ini menjadi sebuah tanda akan kebenaran Allah sendiri. Dan kemuliaan yang diberikan kepada Anak Manusia itu tampak juga dalam kisah Injil hari ini ketika Yesus menampakkan kemuliaanNya di atas gunung Tabor.
Petrus dalam suratnya menyatakan tentang kebenaran ini bahwa apa yang diwartakan adalah apa yang langsung dilihat dan didengar oleh mereka dalam kisah-kisah tentang Yesus Kristus raja itu.
Mereka adalah saksi mata karena Petrus, Yohanes dan Yakobus adalah tiga muridNya yang dibawa Yesus saat naik ke atas gunung Tabor itu yang di dalam kisah ini disebutkan sebagai sebuah gunung yang tinggi.
Gunung yang tinggi disejajarkan sebagai tempat yang Kudus seperti Musa yang selalu naik ke atas gunung Sinai untuk berjumpa dengan Allah.
Dalam perspektif lain, gunung tinggi juga melambangkan sebuah kesadaran spiritual yang tinggi.
Yesus membawa ketiga muridNya itu ke gunung yang tinggi juga berarti Yesus membawa mereka kepada sebuah kesadaran tertinggi untuk bisa berjumpa dengan Tuhan sendiri dan pada akhirnya benar bahwa mereka langsung melihat kemuliaan Yesus dalam kerajaan surgawiNya tempat di mana Dia berkuasa sebagai seorang Raja.
Bagi Petrus yang juga telah memberi kesaksian dalam suratnya melihat adegan kemuliaan ini dan hendak mendirikan kemah. “Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini.
Jika Engkau mau, biarkan kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa, dan satu untuk Elia.”
Petrus juga menginginkan kemuliaan itu agar tetap menjadi kepunyaannya untuk selalu bisa dijaga dan dapat dilihat kapan saja karena sudah dibuatkan kemah.
Dan itu semakin memperkuat Petrus setelah mendengar tentang sebuah pelantikan itu.
“Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.”
Pernyataan ini sangat membuat Petrus semakin yakin akan keberadaan Yesus sebagai Raja dalam kemuliaanNya.
Dan semakin membuat niatnya untuk mendirikan kemah-kemah itu.
Namun bukan itu sebenarnya tujuan Yesus membawa ketiga muridNya.
Bagi Yesus, itu adalah kenyataan kebenaran akan Allah dan Anak Manusia yang kepadaNya Allah berkenan.
Dan kenyataan kebenaran ini tidak boleh tinggal tetap dalam sebuah kemah kecil otak dan pengalaman sendiri karena Allah itu tak bisa disekat begitu saja dalam satu kemah atau kotak-kotak kecil atau dalam otak-otak kecil kita.
Allah itu harus diwartakan selalu kepada segala bangsa dan manusia.
Maka Yesus mendekati mereka lalu berkata, “Berdirilah, jangan takut.” Yesus mau agar para muridNya yang mengalami itu harus bangkit berdiri dan terus berkarya tak perlu takut.
Mereka harus turun kembali kepada kenyataan hidup yang nyata untuk mewartakan kebenaran Allah kepada manusia dan segala bangsa.
Dan itu terlihat dalam pesan Yesus ketika mereka turun.
Bersama dengan Yesus mereka pun turun kembali ke bawah kaki gunung dan melanjutkan karya keselamatan itu.
Allah itu universal yang harus diwartakan kepada segala bangsa dan kepada semua manusia.
Maka dengan itu, para muridNya adalah saksi mata paling nyata untuk mewartakan kebenaran iman ini.
Begitupun dengan kita, kita diberi anugerah untuk melihat dan mendengar kisah tentang kebenaran iman kita akan Yesus Kristus yang adalah Raja dalam kemuliaan Allah itu.
Kita pun diberi kuasa yang sama untuk kembali “berdiri” sebagai tanda kesiapsediaan kita untuk turun ke bawah kenyataan hidup kita untuk mewartakan kebenaran Tuhan.
Kita pun diingatkan pula bahwa sebelum mewartakan tentang Tuhan itu, kita pun diminta untuk harus “naik ke gunung yang tinggi” yakni harus masuk dalam kesadaran transendental kita agar kita mampu berjumpa dengan Allah dan dari situlah kita memperoleh kekuatan untuk turun ke kenyataan hidup kita dan mewartakan kebenaran Tuhan dan bukan mewartakan diri kita sendiri.
Itulah kecenderungan diri kita sebagai manusia. Kita bahkan sudah mengalami kasih karunia Tuhan, tetapi ketika kita turun ke kenyataan hidup harian, kita bukan mewartakan Allah tetapi mewartakan diri kita di hadapan sesama kita.
Mari kita belajar untuk rendah hati untuk selalu mewartakan Tuhan dalam hidup harian kita.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 6 Agustus 2023, Pesta Yesus Menampakkan Kemuliaan-Nya
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus.
Pesan untuk kita, pertama:,Allah itu dari kekal sampai kekal tetap Allah dalam kemuliaanNya karena Dia adalah Allah yang kekal.
Kedua, untuk bisa berjumpa dengan Allah, selalu menaikan kesadaran spiritual kita ke level yang tinggi.
Ketiga, perjumpaan dengan Allah harus juga menjadi bekal bagi kita untuk turun dan mewartakan kasih dan kebenaran Allah kepada semua orang.
Teks Lengkap Bacaan 6 Agustus 2023

Bacaan Pertama Daniel 7:9-10.13-14
"Pakaian-Nya putih seperti salju"
Bacaan dari Kitab Daniel:
Aku, Daniel, melihat takhta-takhta dipasang, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya. Pakaian-Nya putih seperti salju, dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba. Takhta-Nya dari nyala api, roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar.
Suatu sungai api timbul dan mengalir dari hadapan-Nya. Beribu-ribu melayani Dia, beratus-ratus ribu berdiri di hadapan-Nya. Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-Kitab.
Aku terus melihat dalam penglihatan itu, tampak dari langit bersama awan-gemawan seorang serupa Anak Manusia. Ia menghadap Dia Yang Lanjut Usianya itu, dan Ia dihantar ke hadapan-Nya.
Kepada Dia yang serupa Anak Manusia itu diserahkan kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja. Maka segala bangsa, suku dan bahasa mengabdi kepada-Nya. Kekuasaan-Nya kekal adanya, dan kerajaan-Nya tidak akan binasa.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U: Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan Mzm. 97:1-2.5-6.9
Refr. Tuhan adalah Raja, Mahatinggi di atas seluruh bumi.
1. Tuhan adalah Raja. Biarlah bumi bersorak-sorai, biarlah banyak pulau bersukacita! Awan dan kekelaman ada di sekeliling-Nya, keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Nya.
2. Gunung-gunung luluh laksana lilin di hadapan Tuhan, di hadapan Tuhan semesta alam. Langit memberitakan keadilan-Nya dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya.
3. Sebab, ya Tuhan Engkaulah Yang Mahatinggi di atas seluruh bumi, Engkau sangat dimuliakan di atas segala dewata.
Bacaan Kedua 2 Petrus 1:16-19
"Suara itu kami dengar datang dari surga"
Bacaan dari Surat Kedua Petrus:
Saudara-saudara, kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitakan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya.
Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika suara dari Yang Mahamulia datang kepada-Nya dan mengatakan, "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."
Suara itu kami dengar datang dari surga, ketika kami bersama-sama dengan Dia di atas gunung yang kudus. Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi.
Alangkah baik kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing, dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U: Syukur Kepada Allah.
Bait Pengantar Injil Matius 17:5c
Refr. Alleluya, alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya, alleluya.
Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia!
Bacaan Injil Matius 17:1-9
"Ketika sedang berdoa, berubahlah rupa wajah Yesus"
Bacaan dari Injil Matius:
Sekali peristiwa Yesus membawa Petrus, Yohanes dan Yakobus, lalu naik ke atas gunung untuk berdoa. Ketika sedang berdoa, wajah Yesus berubah, dan pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan.
Dan tampaklah dua orang berbicara dengan Dia, yaitu Musa dan Elia. Keduanya menampakkan diri dalam kemuliaan, dan berbicara tentang tujuan kepergian Yesus yang akan digenapi-Nya di Yerusalem.
Sementara itu Petrus dan teman-temannya telah tertidur, dan ketika terbangun, mereka melihat Yesus dalam kemuliaan-Nya; juga kedua orang yang berdiri di dekat Yesus itu.
Dan ketika kedua orang itu hendak meninggalkan Yesus, Petrus berkata kepada Yesus, “Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.”
Tetapi Petrus tidak tahu apa yang dikatakannya itu. Sementara Petrus berkata demikian, datanglah awan menaungi mereka. Dan ketika masuk ke dalam awan itu, takutlah mereka.
Maka terdengarlah suara dari dalam awan itu, yang berkata, “Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia!” Ketika suara itu terdengar, nampaklah Yesus tinggal seorang diri.
Murid-murid itu merahasiakan semua itu, dan pada masa itu mereka tidak menceritakan kepada siapa pun apa yang telah mereka lihat itu.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U: Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik lainnya
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.