Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Rabu 2 Agustus 2023, Wajahnya Bercahaya

Bruder Pio Hayon menulis Renungan Harian Katolik ini dengan merujuk bacaan pertama dari Kitab Keluaran 34: 29-35, dan bacaan Injil Matius 13: 44-46.

|
Editor: Agustinus Sape
FOTO PRIBADI
RENUNGAN - Bruder Pio Hayon SVD menyampaikan Renungan Harian Katolik untuk hari Rabu 2 Agustus 2023 dengan judul Wajahnya Bercahaya. 

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik berikut ditulis oleh Bruder Pio Hayon SVD dengan judul Wajahnya Bercahaya.

Bruder Pio Hayon menulis Renungan Harian Katolik ini dengan merujuk bacaan pertama dari Kitab Keluaran 34: 29-35, dan bacaan Injil Matius 13: 44-46.

Di bagian akhir Renungan Harian Katolik ini disediakan pula teks lengkap bacaan Rabu 2 Agustus 2023 beserta mazmur tanggapan dan bait pengantar Injil.

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus.

Salam sejahtera untuk kita semua. Semua kita punya wajah. Wajah itu adalah gambaran tentang kita pemilik wajah itu.

Wajah dalam konteks Kitab Suci adalah juga gambaran wajah Allah karena diciptakan serupa gambar wajah Allah.

Wajah itu sebagai tanda pengenal paling natural walaupun di zaman ini wajah natural itu lalu menjadi wajah polesan dengan segala macam hal.

Kita kadang tidak percaya dengan wajah kita sendiri dan takut memiliki wajah seperti apa adanya lalu kita mencari jalan mengubah wajah kita.

Ternyata wajah itu punya makna mendalam. Jadikan wajah kita gambaran Allah sendiri bagi sesama.

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus.

Perjalanan bangsa Israel keluar dari tanah Mesir selalu memberi banyak tantangan dan perjuangan tanpa henti dari Musa yang ditugaskan Allah untuk menghantar umat Israel itu.

Salah satu kisah yang menarik perhatian adalah bahwa Musa benar-benar mendapat kasih karunia yang besar dari Allah sebagai orang pilihan Allah yang mampu berbicara muka dengan muka bersama Allah.

Dan itu bisa terjadi karena berkat kasih karunia Allah kepada Musa dan bagaimana Musa menjawab itu dengan kesetiaannya kepada Allah bahkan sampai berpuasa tidak makan dan tidak minum di atas gunung Sinai dan berjumpa dengan Allah.

Musa menggantungkan seluruh hidupnya hanya kepada Allah saja.

Dan oleh karena kedekatan inilah Musa selalu mendapat berkat dari Allah secara nyata.

Itu tampak dari wajahnya yang bercahaya setelah berjumpa dengan Tuhan dan ketika turun dari Gunung Sinai itu.

“Ketika Musa turun dari gunung Sinai dengan membawa kedua loh hukum Allah, ia tidak tahu bahwa kulit wajahnya bercahaya karena ia telah berbicara dengan Allah.”

Oleh perjumpaan dengan Allah itu, Musa mendapatkan kasih karunia nyata yang tampak dalam wajahnya yang bercahaya.

Musa menjadi contoh tentang bagaimana dia telah mendapatkan kerajaan Allah itu dalam versi Injil yang kita dengarkan pada hari ini.

Sebuah pemberian diri yang total kepada Allah itulah sebuah perjumpaan dengan kerajaan Allah itu sendiri.

Perjumpaan dengan Allah membuat Musa melepaskan segala yang ada pada dirinya dan hanya memiliki Allah sendiri.

Seluruh hidupnya dipersembahkan untuk Allah saja.

Relasi itu menjadi khusus dan tak tergantikan oleh siapa pun.

Musa harus selalu masuk kemah dan berbicara dengan Allah di dalam kemah tempat Tuhan datang dalam bentuk tiang awan itu dan Musa pun mulai berbicara dengan Allah.

Secara khusus kemah itu berada di atas gunung Sinai, tempat Allah menampakkan diriNya kepada Musa dan berbicara dengannya.

Naik ke atas gunung Sinai juga adalah sebuah simbol tentang menaikkan sebuah kesadaran transendental atau spiritual kita di hadapan Allah.

Untuk mampu berbicara dengan Allah kita butuh sebuah gerakan menaikan kesadaran transendental kita di mana seluruh hidup kita sudah dilepaskan dan hanya muncul kesadaran akan Allah yang menyelimuti diri kita. Itulah kesadaran transendental.

Tingkat kesadaran transendental inilah yang mampu menghubungkan kita dengan Allah.

Dalam kesadaran transendental, Roh Tuhan yang ada dalam diri kita diaktifkan secara penuh sehingga kita mendapat kepenuhan Roh di dalam Tuhan sendiri.

Dalam situasi itulah kita mampu berbicara dengan Tuhan karena Tuhan hanya dapat di jumpai dalam Roh dan Kebenaran itu sendiri.

Dalam hidup, kita memiliki kesempatan untuk membangun relasi dengan Tuhan dalam doa dan ekaristi misalnya. Kita bisa jadi menjalankan itu setiap hari dengan jadwal yang sangat tepat dan selalu setia.

Namun mengapa kita tetap selalu saja merasa tidak mampu berbicara dengan Tuhan bahkan doa kita masih tidak terasa apa-apa, hidup kita pun tetap biasa-biasa saja apalagi wajah kita pun tak bercahaya seperti Musa?

Kemungkinan terbesar karena ketika kita berdoa, kita belum sanggup masuk dalam kesadaran transendental yang tinggi.

Kita hanya masih berkutat dengan hingar bingar hidup keduniawian kita sehingga kita pasti masih sulit mencapai kesadaran itu sehingga kadang walaupun kita doa terus atau misa terus tapi wajah kita masih tetap tak bersahabat atau cemberut selalu dan tak bercahaya.

Tak mampu memancarkan cahaya Allah dalam wajah dan tingkah laku hidup kita karena kita masih melekat kuat dengan keduniawian kita.

Marilah kita belajar untuk “bergerak untuk menaikkan kesadaran transendental” kita agar kita mampu berjumpa dengan Allah muka dengan muka

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus.

Pesan untuk kita, pertama, Allah hanya dapat dijumpai lewat kesadaran transendental kita ketika diri kita mencapai kepenuhan Roh Tuhan.

Kedua, untuk itu, lepaskan dulu kelekatan duniawi kita baru kita bisa naik ke kesadaran transendental kita.

Ketiga, belajar selalu untuk mencari Tuhan dalam Roh dan KebenaranNya.

Teks Lengkap Bacaan 2 Agustus 2023

BACAAN - Ilustrasi Alkitab Katolik. Silakan membaca teks lengkap bacaan Renungan Harian Katolik Rabu 2 Agustus 2023.
BACAAN - Ilustrasi Alkitab Katolik. Silakan membaca teks lengkap bacaan Renungan Harian Katolik Rabu 2 Agustus 2023. (Tokopedia)

Bacaan Pertama Keluaran 34:29-35

"Melihat wajah Musa, orang-orang Israel takut mendekat"

Bacaan dari Kitab Keluaran:

Ketika Musa turun dari Gunung Sinai dengan membawa kedua loh hukum Allah, ia tidak tahu bahwa kulit wajahnya bercahaya karena ia telah berbicara kepada Tuhan. Dan ketika Harun dan semua orang Israel melihat Musa, tampaklah kulit wajahnya bercahaya.

Maka mereka takut mendapati dia. Tetapi Musa memanggil mereka. Lalu Harun dan para pemimpin jemaah datang kepadanya dan Musa berbicara kepada mereka.

Sesudah itu mendekatlah semua orang Israel lalu disampaikannyalah kepada mereka segala perintah yang diucapkan Tuhan kepadanya di atas Gunung Sinai.

Setelah Musa selesai berbicara dengan mereka, diselubunginyalah wajahnya. Tetapi apabila Musa masuk menghadap Tuhan untuk berbicara dengan Dia, ditanggalkannyalah selubung itu sampai ia keluar.

Dan apabila keluar, ia menyampaikan kepada orang Israel apa yang diperintahkan kepadanya. Apabila orang Israel melihat bahwa kulit wajah Musa bercahaya, maka Musa menyelubungi wajahnya kembali sampai ia masuk menghadap untuk berbicara dengan Tuhan.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U: Syukur Kepada Allah.

Mazmur Tanggapan Mzm. 99:5.6.7.9

Refr. Kuduslah Tuhan, Allah kita.

1. Tinggikanlah Tuhan, Allah kita, dan sujudlah menyembah kepada tumpuan kaki-Nya! Kuduskanlah Ia!

2. Musa dan Harun di antara imam-imam-Nya, dan Samuel di antara orang-orang yang menyerukan nama-Nya. Mereka berseru kepada Tuhan, dan Ia menjawab mereka.

3. Dalam tiang awan Ia berbicara kepada mereka; mereka telah berpegang pada peringatan-peringatan-Nya, dan pada ketetapan yang diberikan-Nya kepada mereka.

4. Tinggikanlah Tuhan, Allah kita, dan sujudlah menyembah di hadapan gunung-Nya yang kudus! Sebab kuduslah Tuhan, Allah kita!

Bait Pengantar Injil 1 Yohanes 2:5

Refr. Alleluya, alleluya, alleluya.

Sempurnalah cinta Allah dalam hati orang yang mendengarkan sabda Kristus.

Bacaan Injil Matius 13:44-46

"Ia menjual seluruh miliknya, lalu membeli ladang itu"

Inilah Injil suci menurut Matius:

Sekali peristiwa Yesus mengajar orang banyak, "Hal Kerajaan Surga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Karena sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya, lalu membeli ladang itu.

Demikian pula hal Kerajaan Surga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."

Demikianlah Sabda Tuhan.

U: Terpujilah Kristus.

Renungan Harian Katolik lainnya

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved