Berita NTT
Ansy Lema Bawa Sesditjen KSDAE KLHK Bertemu Masyarakat Adat Mutis
Menurutnya, CA Mutis adalah simbol budaya Atoni Pah Meto (Suku Dawan), jantung peradaban, dan paru-paru Timor yang harus tetap dijaga kelestariannya.
Penulis: Ryan Nong | Editor: Oby Lewanmeru
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ryan Nong
POS-KUPANG.COM, FATUMNASI - Harapan dan kerinduan masyarakat adat Mutis Atoni Pah Meto (Suku Dawan) yang berdiam di sekitar Cagar Alam (CA) Mutis untuk bertemu pejuang aspirasi dan konservasi mereka, anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Yohanis Fransiskus Lema, S.IP, M.Si akhirnya terpenuhi.
Jumat (28/7/2023), politisi yang akrab dipanggil Ansy Lema melakukan reses di Fatumnasi, CA Mutis, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).
Ansy bertemu masyarakat adat Mutis dengan membawa Sekretaris Direktorat Jenderal (Sesditjen) Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Suharyono, SH, M.Hum, M.Si .
Baca juga: Stunting dan Kemiskinan Masih Jadi Momok NTT, Ansy Lema Ajak Warga Perang Dengan Gemarikan
Hadir dalam kunjungan tersebut Kepala Balai Besar KSDA NTT Ir. Arief Mahmud, M.Si, Kepala Balai Taman Nasional Komodo Rani Siga Lazio, S.Hut, M.Si, Kepala Balai Kelimutu Budi Mulyanto, S.Pd, M.Si, dan Kepala Balai Batalawa Agung Widodo, S.Hut.
Rombongan disambut masyarakat adat di depan gerbang CA Mutis.
"Berdasarkan regulasi, Ditjen KSDAE adalah otoritas pusat yang berwenang mengatur CA Mutis. Karena itu, saya berinisiatif memboyong Sesditjen KSDAE untuk bertemu dan berdialog dengan masyarakat adat Mutis. Sebagai wakil rakyat, saya wajib menjembatani hubungan antara masyarakat adat dan pemegang otoritas konservasi di CA Mutis," tegas Ansy.
Jangan Utak-atik CA Mutis!
Di hadapan otoritas konservasi dan masyarakat adat, legislator asal NTT tersebut secara tegas mengulangi komitmennya menolak penurunan status CA Mutis di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur (NTT), menjadi Taman Wisata Alam (TWA) atau Taman Nasional.
Menurutnya, CA Mutis adalah simbol budaya Atoni Pah Meto (Suku Dawan), jantung peradaban, dan paru-paru Timor yang harus tetap dijaga kelestariannya.
"Kajian kami, penurunan status akan mengancam CA Mutis sebagai pusat budaya Atoni Pah Meto, sumber kehidupan berbagai ekosistem, sumber air minum, paru-paru Timor, dan sumber kehidupan generasi masa depan masyarakat Timor. Maka, saya minta KLHK jangan mengutak-atik CA Mutis,” tegas Ansy.
Baca juga: Safari Gemarikan, Ansy Lema Perangi Stunting di Kota Kupang
Alih-alih ingin menurunkan status, Ansy justru mendorong KLHK dan lembaga tinggi negara lainnya untuk melibatkan masyarakat dalam kemitraan konservasi dan memberikan berbagai program pro-rakyat untuk menyejahterakan masyarakat sekitar kawasan konservasi.
"Konservasi harus jalan beriringan dengan kerja nyata membangun masyarakat sekitar konservasi. Jangan sampai masyarakat dipinggirkan secara sosial, hukum, dan ekonomi," ujarnya.
KLHK Dengar Aspirasi Masyarakat
Lusianus Tusalakh, tokoh masyarakat adat Mutis mengaku berterima kasih atas kunjungan Ansy Lema dan otoritas KSDAE. Karena melalui kunjungan ini masyarakat adat Atoni Pah Meto dapat menyampaikan aspirasi mereka.